Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Thursday, August 1, 2019

PEMBELAJARAN AGAMA KATOLIK

AYO TAMPILKAN DIRIMU!!! SIAPA TAKUT?

BERKREASI MENGHASILKAN SESUATU

MANA HASILMU? INI LHO BUATANKU SENDIRI

ADA YANG LAGI ASYIK ......

MENIKMATI PEKERJAAN PERLU KONSENTRASI NICH!

DLOSORPUN PERLU DILAKUKAN

MAINKAN PERANMU!

DIBUAT BAGAIMANA NICH? AKU BINGUNG ......

SATU SISI

Saat mendengarkan dan menikmati renungan Bu Sisil di pagi hari sebelum belajar

Miss Sesi memberikan renungan pagi di Aula SMPN 16

Pembiasaan Renungan Pagi bergilir dari Guru-guru beragama Katolik

Mengembangkan Kasih Karunia

Bertumbuh dalam Kasih Karunia
"la tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. 
Ketika la dicaci maki, la tidak membalas dengan mencaci maki; ketika la menderita, la tidak mengancam, 
tetapi la menyerahkannya kepada Dia, 
yang menghakimi dengan adil"
(1 Petrus 2:22, 23).
Kristus memiliki tidak hanya sifat kerohanian yang bersih, tetapi juga karak­ter rohani yang bersih. Karakter berbeda dengan sifat. Dengan sifat rohani maksudnya kecenderungan moral seseorang, yaitu, orientasi mendasar seseorang berkenaan dengan yang baik dan yang jahat. Dengan karakter moral maksudnya respons aktif seseorang terhadap hukum yang benar dan yang salah baik melalui pemikiran maupun perbuatan.

Kedua hal itu penting bagi Adam, meskipun dimulai dengan sifat rohani yang tidak berdosa (sempurna), harus terus mengembangkan dan mempertahankan karakter yang sempurna (tidak bercacat). Meskipun Adam pertama berdosa dan dengan demikian mencemarkan sifat rohaninya yang sempurna, membebani keturunannya dengan "dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku" (lihat Mzm. 51:5), Adam Kedua tidak pernah berdosa. Dia menjalani hidup-Nya tanpa cacat. Ketika Dia bertumbuh secara fisik, secara rohani karakter-Nya diperkuat; sifat kerohanian-Nya yang sempurna tidak tercemar oleh pilihan yang salah. Dalam hal inilah disebut "Ye­sus bebas dari segala dosa dan kesalahan; tidak ada jejak ketidaksempurnaan dalam hidup atau karakter-Nya. Dia mempertahankan kemurnian yang bersih dalam keadaan yang paling sulit:' (The Seventh-day Adventist Bible Commen­ tary, Ellen G. White Comments, jld. 7, hlm. 929). Dan bahwa "dalam hidup­ Nya di dunia, Kristus mengembangkan karakter yang sempurna, Dia menunjukkan ketaatan yang sempurna kepada hukum Bapa-Nya" (Selected Messages, jld. 3, hlm. 133).

Menyadari bahwa konsekuensi kehidupan Kristus yang taat secara sempurna akan menganulir kemenangan-Nya di Eden dan membuktikan kebenaran Tuhan di hadapan alam semesta, Setan melecehkan dan menyerang Yesus tanpa henti. Mulai dari usahanya membinasakan Dia ketika masih bayi hingga pada usahanya untuk membuat Dia putus asa di kayu salib, dia tidak pernah berhenti berusaha untuk menggagalkan misi Kristus. Misinya adalah menghancurkan Dia secara fisik dan, jika gagal, membuat Dia tidak menurut dengan segala cara.

Tetapi Adam yang lahir di Betlehem berhasil di mana Adam yang dicipta­ kan di Eden gagal. Dia yang lahir dengan sifat yang benar dan yang mengembangkan karakter yang benar mati dengan kedua hal murni tersebut. Dengan upaya yang tidak dapat ditiru, Adam kita yang lebih baik membuktikan bahwa hukum Allah adalah adil, bahwa dosa Adam telah diampuni, bahwa Setan ada­lah pendusta dan pencuri kebahagiaan sejati, dan bahwa oleh kasih karunia Allah kita juga, kita juga beroleh keselamatan.

KESETARAAN WANITA DAN LAKI-LAKI

A. Arti setara
  1. Sederajat, seimbang dan sebanding atau sepadan.
  2. Laki-laki dan perempuan setara artinya laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sederajat, sama, sepadan dengan perempuan.
  3. Diantara laki-laki dan perempuan tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah melainkan satu sama lain memiliki kedudukan yang sama, oleh karena itu laki-laki dan perempuan harus saling melengkapi, mengembangkan dan menyempurnakan.
B. PANDANGAN , KEBIASAAN , SIKAP MASYARAKAT TENTANG
KEDUDUKAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI.


1. laki-laki lebih berharga dibandingkan dengan perempuan.
2. laki-laki sering dianggap andalan masa depan karena ia akan menjadi tulang punggung keluarga
3. Laki-laki lebih berkuasa ( Superioritas ) dan perempuan lebih rendah ( Inferioritas )
4. Laki-laki memiliki hak-hak yang lebih besar
5. Budaya yang memandang kedudukan kaum laki-laki lebih penting daripada kedudukan kaum perempuan ( Budaya Patriarki )

C. PERLAKUAN YANG MERENDAHKAN PEREMPUAN
1. Perempuan di pandang sebagai pribadi yang lemah sehingga tidak memperoleh kesempatan untuk berkembang.
2. Perempuan dipandang tidak mampu memimpin sehingga sering diperlakukan tidak adil ( sebagai pembantu, sebagai budak,sebagai ibu rumah tangga )
4. Pelecehan terhadap kaum perempuan
5. Perempuan dinomorduakan dalam aspek-aspek kehidupan
6. Pemberian upah yang rendah

D. DAMPAK NEGATIF PANDANGAN YANG KELIRU TENTANG KEDUDUKAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

1. Kesenjangan hak-hak antara laki-laki dan perempuan.
2. Terjadi tindakan yang saling merendahkan/ melecehkan.
3. Terjadi tindak kekerasan yang merugikan banyak pihak
4. merendahkan nilai-nilai kemanusiaan
5. martabat kemanusiaan direndahkan
6. Tidak tercipta kemajuan yang berkesimbangan
7. tidak mencapai kesejahteraan hidup bersama
8. Penderitaan, kemiskinan.
9. Bertentangan dengan kehendak Allah, banyak dosa
10. HAM diabaikan

E. DAMPAK positif PANDANGAN YANG KELIRU TENTANG KEDUDUKAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
1. Berjuang bersama untuk mewujudkan kesederajatan.
2.Menumbuhkan sikap saling menghargai dan memberikan hak-hak secara seimbang.
3.Menumbuhkan kesadaran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sederajat.

F. USAHA UNTUK MENGEMBANGKAN KESEDERAJATAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.
1. Meluruskan pandangan yang salah tentang laki-laki dan perempuan.
2. Menghapus budaya patriarki
3. Mengikis sikap superioritas dan inferioritas.
4.Memberi hak-hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan.

G. BERBAGAI BIDANG YANG HARUS DI KEMBANGKAN DALAM KESEDERAJATAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
1. Bidang politik ( DPR, MPR, Ketua partai dsb )
2. Bidang jabatan struktural pemerintahan ( Presiden, gubernur, wali kota, Bupati )
3. Bidang Ekonomi ( Pengusaha, pengembang modal usaha )
4. Bidang sosial ( menjadi Sukarelawan penanggulangan bencana )
5. Bidang Budaya ( Duta wisata )

H. KESEDERAJATAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN BERDASARAKAN AJARAN GEREJA DAN PANDANGAN KITAB SUCI

Katekismus Gereja Katolik Artikel 369

Pria dan wanita diciptakan, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak dalam kepriaan dan kewanitaannya. “Kepriaan” dan “kewanitaan” adalah sesuatu yang baik dan dikehendaki Allah: keduanya, pria dan wanita, memiliki martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Allah, Penciptanya. Keduanya, pria dan wanita, bermartabat sama “menurut citra Allah”.

Dalam kepriaan dan kewanitaannya mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta.

Katekismus Gereja Katolik Artikel 371
Allah menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain.

Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab Suci:
“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18).

Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia (Kej. 2:19-20).

Wanita yang Allah “bentuk” dari rusuk pria, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kej. 2:23).


Pria menemukan wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia.

Katekismus Gereja Katolik Artikel 372

Pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya.

Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi” (Kej. 1:28).

Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus.

Yesus hidup dalam masyarakat Yahudi tatkala kaum perempuan menjadi warga masyarakat kelas dua dalam tatanan masyarakat.

Pada masa itu, kaum perempuan Yahudi banyak mendapat perlakuan tidak adil.

Beberapa kasus dalam Kitab Suci memperlihatkan hal itu. Antara lain: Perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dihakimi secara sepihak oleh orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (lih. Yoh. 8: 2-11).

Peraturan-peraturan yang diberlakukan dalam pertemuan-pertemuan jemaat menunjukkan betapa kaum perempuan terpinggirkan, kurang diberi tempat (lih. 1Kor. 14: 26-40; 1Tim. 2:11-14).

I. Ajaran agama-agama berkaitan dengan kesetaraan laki-laki dan perempuan
Berbagai agama mengajarkan hubungan laki-laki dan perempuan adalah kemitraan yang setara.
Yakni hubungan yang saling menghargai, menghormati, melengkapi, memperkaya; perbedaan jenis bukan membedakan antara mana lebih tinggi dan lebih rendah tetapi perbedaan yang saling melengkapi dan memperkembangkan

Di berbagai agama memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bersama-sama, baik oleh kaum lelaki maupun perempuan dengan meninggalkan mitos dan pola pikir yang keliru sehingga tercapai kesetaraan hidup yang membangun kesejahteraan bersama

Agama Islam
  1. Dalam Alquran di tegaskan bahwa semua manusia adalah bebas dan sederajat dalam hak dan tanggung jawab sebagai manusia ciptaan Tuhan ( surah Al-hujarat ayat 13 ).
  2. Laki-laki dan perempuan sebaagai manusia sama derajatnya di hadapan Tuhan.
  3. Dalam kehidupan sosial laki-laki dan wanita mempunyai peran atau tugas dan tangung jawab masing-masing ( suarah Al-baqarah ayat 228 ).

Agama Kristen
  1. Allah menjadikan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar-Nya diciptakan laki-laki dan perempuan ( Kej 1: 25-28 ).
  2. Dalam Kejadian 2: 18-25 dikisahkan bahwa perempuan diciptakan dari rusuk adam.
Hal ini mau menjelaskan bahwa hawa yang berasal dari sisi adam harus ditempatkan dalam kedudukan yang sederajat.

Agama Hindu
  1. Laki-laki (Purusa ) dan wanita ( Prakerti ) merupakan kekuatan Tuhan.
  2. Secara esensial antara pria dan wanita memiliki kesamaan secara spiritual.
  3. Antara laki-laki dan perempuam tidak ada yang superioritas dan tidak ada yang inferioritas.
  4. Kederajatan antara laki-laki dan wanita yang sesungguhnya realisasi kemanusiaan.
  5. Perempuan sebagai partner laki-laki.

1. Perbedaan antara pria dan wanita merupakan sifat dasar kepriaan dan kewanitaan yang khas yang di perlukan dalam kebersamaan hidup yang saling melengkapi dan saling membutuhkan ( Kejadian 2:18).

2. Pria dan wanita menerima tugas perutusannya dunia dan mengembangkannya ( Kej 2: 20-24 ) sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya.

Agama Buddha
  1. Sang buddha mengajarkan hubungan antara suami isteri dalam kehidupan rumah tangga, menekankan pentingnya hubungan timbal balik saling mengisi pada tugas dan tanggung jawab diantara mereka.
  2. Menurut agama budha antara pria dan wanita memiliki kedudukan yang sama.
  3. Antara pria dan wanita sama-sama memiliki kelemahan dan kelebihan.

Agama Khonghucu

Laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan meskipun masing-masing memiliki peranan yang satu mungkin berbeda dengan yang lain.

GEREJA KATOLIK

GEREJA YANG KATOLIK
Dimana ada uskup, disitu ada jemaat, seperti dimana ada Kristus disitu ada Gereja Katolik.(ungkapan St. Ignatius dari Anthiokia). Yang di maksud ialah dalam perayaan Ekaristi, yang dipimpin oleh uskup, hadir bukanlah jemaat setempat tetapi seluruh Gereja. "Gereja katolik yang satu dan tunggal berada dalam gereja-gereja setempat dan terhimpun daripadanya (LG 23)".




Gereja selalu "lengkap", penuh. Tidak ada Gereja setengah-setengah atau sebagian. Gereja setempat, baik keuskupan maupun paroki bukanlah "cabang" Gereja Universal. Setiap Gereja setempat, bahkan setiap perkumpulan orang beriman yang sah, merupakan seluruh Gereja. Gereja tidak dapat dipotong-potong menjadi "Gereja-Gereja bagian".

Kata "Katolik" selanjutnya juga dipakai untuk menyebut Gereja yang benar, Gereja universal yang dilawankan dengan sekte-sekte. Dengan demikian kata "katolik" mendapat arti yang lain :"gereja disebut Katolik, karena tersebar diseluruh muka bumi dan juga karena mengajarkan secara menyeluruh dan lengkap segala ajaran iman tertuju kepada sesama manusia, yang mau disembuhkan secara menyeluruh pula" (St. Sirilius dari Yerusalem).

Sejak itu kata "Katolik" tidak hanya mempunyai arti geografis, tersebar keseluruh dunia, tetapi juga "menyeluruh", dalam arti "lengkap", berkaitan dengan ajarannya, serta "terbuka" dalam arti tertuju kepada siapa saja. Pada abad ke 5 masih ditambahkan bahwa gereja tidak hanya untuk segala bangsa, tetapi juga untuk segala Zaman.

Pada zaman reformasi kata "Katolik" muncul lagi untuk menunjuk pada Gereja yang tersebar dimana-mana, dibedakan dengan Gereja-gereja Protestan. Sejak itu pula kata "Katolik" secara khusus dimaksudkan umat kristen yang mengakui Paus sebagai pemimpin Gereja Universal, tetapi dalam syahadat kata "Katolik" masih mempunyai arti asli "universal" atau "umum". Ternyata universal pun mempunyai dua arti, yang kuantitatif dan kualitatif.

Dalam Konsili vatikan II tidak lagi memusatkan Gereja sebagai kelompok manusia yang terbatas, melainkan kepada Gereja sebagai sakramen Roh Kristus. "kekhatolikan" Gereja berarti bahwa pengaruh dan daya pengudus Roh tidak terbatas pada para anggota Gereja saja, mealinkan juga terarah kepada seluruh dunia. dengan sifat "katolik" dimaksudkan bahwa Gereja mampu mengatasi keterbatasannya sendiri akrena Roh yang berkarya di dalamnya. Oleh karena itu yang "katolik" bukanlah hanya Gereja universal, melainkan juga setiap anggotanya sebab di dalam jemaat hadirlah seluruh Gereja.

Gereja Kristus itu sungguh hadir dalam semua jemaat beriman setempat yang sah, yang mematuhi para gembala mereka, dan dalam Perjanjian Baru disebut Gereja (Lih. Kis 8:1; 14:22-23; 20:17). Gereja-Gereja itu ditempatnya masing-masing merupakan umat baru yang dipanggil oleh Allah, dalam Roh Kudus dan dengan sepenuh-penuhnya (lih 1Tes 1:5). Di jemaat-jemaat itu, meskipun sering hanya kecil dan miskin, atau tinggal tersebar, hiduplah Kristus; dan berkat kekuatan-Nya terhimpunlah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik (Lih. S. AGUSTINUS, Melawan faustus, 12, 20: PL 42, 265; Kotbah 57,7: PL 38, 389) (LG 26).

GEREJA KATOLIK KUDUS

GEREJA YANG KUDUS
Kekudusan Gereja dibicarakan dalam Konsili Vatikan II, konstitusi Lumen Gentium pada bab V. Kekudusan Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua, mealinkan semua mengambil bagian dalam satu kesucian Gereja, yang berasal dari Kristus, yang mengikutsertakan Gereja dalam gerakan-Nya kepada Bapa oleh Roh Kudus.

Pada taraf misteri ilahi Gereja sudah suci : "Didunia ini gereja sudah ditandai oleh kesucian yang sungguhnya, meskipun tidak sempurna" (LG 48). Ketidaksempurnaan ini menyangkut pelaksanaan insani, sama seperti kesatuannya. Dalam hal kesucian pun yang pokok bukanlah bentuk pelaksanaannya, melainkan sikap dasarnya.

"Suci" sebetulnya berarti yang dikhususkan bagi Tuhan. Jadi yang pertama-tama menyangkut seluruh bidang sakral atau keagamaan. Yang suci bukan hanya tempat, waktu, barang yang dikhususkan bagi Tuhan, atau orang. Malahan sebenarnya harus dikatakan bahwa "yang kudus)" adalah Tuhan sendiri. Semua yang lain, barang maupun orang, disebut "kudus" karena termasuk lingkup kehidupan Tuhan.

Kudus pertama-tama bukanlah termasuk kategori moral yang menyangkut kelakukan manusia, melainkan kategori teologal (ilahi), yang menetukan hubungan dengan Allah.ini bukan berarti kelakuan moral tidak penting. karena apa yang di khususkan bagi Tuhan, harus "sempurna" (Im 1:3, Rm 6:19, 22).
"Gereja itu suci dan sekaligus harus dibersihkan, serta terus menerus menjalankan pertobatan dan pembaruan "(LG 8). Dimana kesucian Gereja adalah kesucian perjuangan, terus menerus

HIERARKI GEREJA KATOLIK

HIERARKI GEREJA KATOLIK
Menurut Ajaran resmi Gereja struktur Hierarkis termasuk hakikat kehidupan-nya juga. Perutusan ilahi, yang dipercayakan Kristus kepada para rasul itu, akan berlangsung sampai akhir zaman (lih. Mat 28:20). Sebab Injil, yang harus mereka wartakan, bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu dalam himpunan yang tersusun secara hirarkis yaitu para Rasul telah berusha mengangkat para pengganti mereka.Maka Konsili mengajarkan bahwa "atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" Kepada mereka itu para Rasul  berpesan, agar mereka menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis 20:28).(LG 20). Pengganti meraka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir jaman (LG 18).

maksud dari "atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" ialah bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbulah keplompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam Gereja perdana atau Gereja para rasul, Yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci Perjanjian baru. Jadi, dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan kemartiran St. Ignatius dari Antiokhia pada awal abad kedua, secara prinsip terbentuklah hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja sekarang.
Striktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para imam serta diakon sebagai pembantu uskup

1. Para Rasul


Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok keduabelas rasul. Inilah kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti Paulus juga menyebutnya kelompok itu " mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku" (Gal 1:17). Demikian juga Paulus pun seorang rasul, sebagaimana dalam Kitab Suci (1Kor 9:1, 15:9, dsb)
Pada akhir perkembangannya ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia, yang mengenal "penilik" (Episkopos), "penatua" (presbyteros), dan "pelayan" (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur Hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon.

2. Dewan Para Uskup
Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II (LG 20). Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena duabelas rasul). Disini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. hal tersebut juga di pertegas dalam Konsili Vatikan II (LG 20 dan LG 22).
Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena diterima kedalam dewan itu. itulah Tahbisan uskup, "Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepada maupun para anggota dewan" (LG 22). Sebagai sifat kolegial ini, tahbisan uskup belalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima kedalam dewan para uskup (LG 21).

3. Paus
Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup.



Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma pertama. Karena itu Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan tradisi, uskup roma itu pengganti petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma, dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus. hal ini dapat kita lihat dalam sabda Yesus sendiri :
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:17-19).

4. Uskup
Paus adalah juga seorang uskup. kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia ketua dewan para uskup. Tugas pokok uskup ditempatnya sendiri dan Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatuTugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup "dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing" (LG 27).
Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan dan pelayanan. Maka dalam tiga bidang itu para uskup, dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya. "Diantara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injilah yang terpenting" (LG 25). Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.

5. Imam
Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut "pastor kepala" pada zaman itu. dan imam-imam "pastor pembantu", lama kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan Demikian, para uskup semakin diserap oleh tugas oraganisasi dan administrasi. Tetapi itu sebetulnya tidak menyangkut tugasnya sendiri sebagai uskup, melainkan cara melaksanakannya. sehingga uskup sebagai pemimpin Gereja lokal, jarang kelihatan ditengah-tengah umat.
melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. "Di masing-masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ mereka" (LG 28).
Tugas konkret mereka sama seperti uskup: "Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi"

6. Diakon
"Pada tingkat hiererki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan 'bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan'" (LG29). Mereka pembantu uskup tetapi tidak mewakilinya.
Para uskup mempunyai 2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan pembantu khusus (disebut diakon). Bisa dikatakan juga diakon sebagai "pembantu dengan tugas terbatas". jadi diakon juga termasuk kedalam anggota hierarki


-o)0(o-


Istilah nama:
seorang kardinal adalah seorang uskup yang diberi tugas dan wewenang memilih Paus baru, bila ada seorang Paus yang meninggal. (karena Paus adalah uskup roma, maka Paus baru sebetulnya dipilih oleh pastor-pastor kota Roma, khususnya pastor-pastor dari gereja-gereja "utama" (cardinalis)).
Dewasa ini para kardinal dipilih dari uskup-uskup seluruh dunia. lama kelamaan para kardinal juga berfungsi sebagai penasihat Paus, bahkan fungsi kardinal menjadi suatu jabatan kehormatan. Para kardinal diangkat oleh Paus. Sejak abad ke 13 warna pakaian khas adalah merah lembayung.

SILABUS KELAS XI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SMA SMK