Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sunday, January 5, 2020

LAHIR MENJADI MANUSIA BARU, Sebuah Refleksi

  • Natal adalah sebuah kelahiran. Kelahiran membawa hidup baru. Merayakan Natal berarti merayakan sebuah kelahiran dan kehidupan baru. Karena itu Natal membawa kebahagiaan, kedamaian dan ketenteraman. 
  • Pengalaman kita akan kelahiran dan kehidupan baru setidaknya mengajarkan sebuah nilai yang patut kita hidupi yakni rasa syukur. Kita bersyukur karena itu merupakan sebuah pemberian, anugerah dan rahmat. Ada sesuatu yang datang dari luar dan ada penerimaan dari dalam. 
  • Natal, karenanya, merupakan sebuah siklus lahir, hidup baru, syukur karena anugerah yang diterima dan pujian untuk anugerah itu sendiri.
  • Natal merupakan hari raya kelahiran Yesus Kristus. Rasanya terlalu klise untuk mengemukakan hal ini karena kita semua mengetahuinya. Namun di tengah dunia zaman ini, rasanya penting mengulanginya terus-menerus. Karena Natal telah beralih makna menjadi lahan komersial, iklan konsumeristik, hiruk-pikuk dalam kegemerlapan semu. 
  • Itulah yang banyak kali terjadi, disadari pun tidak, orang sibuk mempersiapkan Natal tanpa tahu, lupa, melupakan atau 'malas tau' siapa yang ber-HUT. Dia yang berultah dilupakan dan terlupakan. Dia yang berpesta tidak kebagian tempat. Dia disisihkan, Dia 'diperalat' dan dijadikan alasan demi tercapainya kepuasan kita.
  • Yang pasti Ia tidak membutuhkan kado yang indah dan mewah dari kita. Lalu apa yang seharusnya menjadi kado kita buat Yesus di hari Natal? Tentunya hati kita, seluruh diri dan hidup kita. Semua yang kita punya adalah milikNya dan apa yang kita punya telah Ia miliki pula. Namun kekhasan hidup masing-masing kita menjadi milik yang dapat kita persembahkan sebagai tanda penyerahan total hidup dan karya kita kepada Sang empunya kehidupan itu sendiri. 
  • Natal adalah juga perayaan kekeluargaan. Dengan merayakan Natal kita merayakan persaudaraan universal dan membagi pengalaman akan cinta kasih dan kebersamaan. Makanya di saat-saat seperti ini kita begitu merasakan suasana kekeluargaan dan persaudaraan. Bagi yang jauh dari keluarganya, saat-saat seperti ini membangkitkan kerinduan yang luar biasa akan kebersamaan berada di tengah-tengah keluarga. Meskipun demikian, masih ada sahabat-kenalan yang menjadi tali simpul kekeluargaan itu. 
Natal Imanuel dan Natal kita
  • Kita merayakan kehidupan baru dalam diri Yesus Kristus sekaligus hidup baru yang kita terima. Suasana bahagia dan gembira meliputi kita karena kita merayakan hari penyelamatan kita. Karena itu rasa syukur dan pujian kita sampaikan kepada Allah karena PuteraNya berkenan lahir di dunia, mengambil rupa manusia untuk turut merasakan kemanusiaan kita. Merayakan Natal, karena itu, berarti merayakan kemenangan atas dosa dan maut. Karena Yesus Kristus adalah penebus dosa-dosa kita. Dialah Imanuel, Allah beserta kita; Allah yang berkenan tinggal di tengah-tengah umatNya; Allah yang berkenan membangun kediamanNya di antara kita untuk membagi suka duka bersama kita, berjalan bersama mengukir kisah, melukis kenangan dan membangun sejarah bersama umat kesayanganNya.
  • Sang penebus terus lahir setiap saat. Natal kita sudah seharusnya menjadi Natal harian dan bukannya Natal tahunan. Kita merayakan Natal setahun sekali seperti halnya hari-hari raya lainnya, untuk kita diingatkan dan disadarkan akan makna perayaan ini. Namun sudah seharusnya kita mengamalkan dan menghidupi nilai-nilainya setiap hari, sepanjang perjalanan hidup kita
  • Yesus terus lahir setiap saat dan setiap waktu dalam berbagai cara, berbagai pengalaman dan kejadian hidup, dalam berbagai orang dan situasi. Yesus terus lahir di saat-saat orang merasa kehilangan pegangan dan hasrat untuk hidup. Yesus lahir di tengah pertentangan, peperangan dan situasi-situasi genting. Yesus lahir dan hadir pada orang-orang kecil dan sederhana, yang miskin dan menderita. Yesus terus lahir di tengah krisis mundial yang berkepanjangan.
  • Kita merayakan Natal dalam berbagai situasi. Ada yang merayakannya dalam suasana persaudaraan dan kekeluargaan, penuh kedamaian dan ketenteraman. Tetapi ada yang merayakannya dalam dentuman senjata perang, dalam ketakutan dan kegelisahan. Ada yang merayakan Natal penuh ketenangan, dalam kelimpahan dan kecukupan. Tetapi ada yang merayakannya dalam suasana gelisah, was-was. Itulah Natal! Yesus sendiri lahir dalam situasi menegangkan, penuh keterbatasan. Namun dari situasi ini lahirlah penyelamatan kita.
  • Allah menggunakan berbagai macam cara baik berupa kejadian hidup maupun lewat orang-orang lain untuk mewujudkan rencanaNya. Karena itu kita mestinya tanggap dan terbuka untuk sanggup membaca tanda-tanda zaman. Di sana Allah hendak berbicara sesuatu kepada kita.
  • Itulah rahmat Allah kepada kita manusia bukan karena kebaikan yang telah kita buat tetapi semata-mata karena kasih Allah. Kasih yang nyata dalam diri Yesus Kristus juru selamat kita, supaya kita diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal.

AJARAN KATOLIK tentang Keluarga

Cara berpikir tentang tradisi keluarga kristiani diteruskan ke dalam berbagai ajaran Gereja tentang Keluarga sebagai pendidik utama dan pertama. 
Bagaimana Gereja bersuara tentang keluarga ketika berhadapan dengan individualisme, tuntutan kesetaraan laki-laki dan perempuan, industrialisasi, serta etika pasar bebas yang melanda masyarakat kita?

Salah satu istilah yang memegang peranan penting adalah “domestic church”. 
Dalam Familiaris Consortio, Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa keluarga dipanggil menjadi sebuah “gereja” demi mendorong partisipasi semakin banyak keluarga bagi hidup menggereja, membantu perkembangan hidup doa dan katekese di dalam rumah, dan mendorong dedikasi keluarga bagi kebaikan bersama.  

Dalam hal ini, yang dipikirkan oleh ensiklik adalah bahwa misi sosial keluarga berasal identitasnya sebagai orang Kristiani dankarena tanggung jawab atas kebaikan bersama itu berasal koderatnya sebagai manusia. 

Domestic church ini ditujukan pada tanggung jawab keluarga kristiani atas keadilan ekonomidan keadilan gender. Pandangan bahwa domestic church itu berkaitan dengan keadilan ekonomi dan persoalan gender dipengaruhi oleh cara pikir modern tentang nilai seorang individu dan kebebasannya. Nilai individualitas dan kebebasan individu ini, seperti dikatakan di atas, mempengaruhi pemikiran tentang keadilan ekonomi dan kesetaraan gender (problem feminisme). 

Apa yang dipikirkan di dalam Familiaris Consortio, senada dengan apa yangdipikirkan di dalam dokumen-dokumen lain, misalnya: Rerum Novarum (tentang kondisi pekerja, termasuk pekerja wanita), Populorum Progressio (tentang solidaritas kepada merekayang miskin), Piagam bagi Keluarga Kristiani, dan sebagainya