Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Tuesday, October 20, 2020

SAKRAMEN EKARISTI

Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup kristiani (LG11) berarti bahwa dalam seluruh pelayanan Gereja dirayakan dengan Sakramen Ekaristi. Di sinilah tampak jelas bahwa Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri dimana Kristus telah mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa untuk kita, agar kita pun ikut ambil bagian dalam pengorbanan diri-Nya, dan Dia telah memberikan diri-Nya bagi kita sebagai roti hidup sepanjang ziarah kita di dunia ini menuju kepada Bapa

 Dengan pemahaman kesadaran seperti itulah maka hendaknya kita dapat mendewasakan iman kita dengan mengetahui cara berdoa yang baik menghormati sakramen mahakudus dan keterlibatan aktif umat beriman dalam Perayaan Ekaristi amat penting, karena untuk mengungkapkan dengan lebih jelas bahwa pada dasarnya Perayaan Ekaristi adalah perayaan umat bersama.

Ekaristi berasal dari bahasa Yunani yakni eucharistien yang berarti puji syukur, dan kegembiraan. Dengan demikian kita memandang ekaristi sebagai: 

a) Syukur dan pujian kepada Bapa, 

b) Kenangan akan kurban Kristus dan tubuh-Nya, 

c) Kehadiran Kristus oleh kekuatan perkataan-Nya dan Roh-Nya. 

Perjamuan Kudus didasari pada makan malam terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya pada malam sebelum Ia ditangkap dan disalibkan (Markus 14:12-21) (KGK 1358).

Sebelum menderita sengsara, Yesus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya sebagai tanda perpisahan yang kita kenal dengan “Perjamuan Malam Terakhir”.

Dalam perjamuan tersebut, ada dua hal yang dilakukan Yesus yaitu:

1) Yesus mengambil cawan berisi anggur dan roti, Ia mengucap syukur dan memberikan pesan, “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Daku” (ay. 19). Ini artinya, bahwa roti melambangkan diri Yesus sendiri yang akan dipersembahkan melalui penderitaan-Nya di salib demi keselamatan manusia.

2) Yesus mengambol cawan berisi anggur dan berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagimu” (ay. 20). Ini mengandung arti bahwa anggur melambangkan darah Kristus yang tertumpah di salib, juga demi keselamatan manusia. Yesus berpesan agar para murid selalu melakukan kembali peristiwa ini, untuk mengenangkan diri-Nya.

Sesuai dengan pesan Yesus itu, maka Perjamuan Tuhan itu diteruskan oleh Gereja hingga kini dalam bentuk Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi mengenangkan sekaligus menghadirkan kembali tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus kepada umat manusia sekaligus mensyukurinya.

Dengan demikian, bagi Gereja sekarang, ekaristi pertama-tama merupakan Ucapan Syukur dan Pujian Kepada Bapa. Kita bersyukur kepada Allah atas segala kebaikan-Nya: untuk segala sesuatu yang Ia laksanakan dalam penciptaan, penebusan, dan pengudusan.

Syukuran merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam masyarakat kita. Biasanya orang mensyukuri peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya, terlebih syukuran atas peristiwa yang menyenangkan.

Biasanya, syukuran diakhiri dengan perjamuan makan bersama. Makanan yang tersaji sama dan mereka semua memakan makanan yang telah disediakan bersama-sama.

Begitulah dengan Perayaan Ekaristi. Sebagai ungkapan syukur atas karya dan pengorbanan Yesus Kristus.

Dalam Perayaan Ekaristi, sikap dalam berdoa ada beberapa yang antara lain: ada saatnya untuk berdiri, duduk dan juga berlutut. Sakramen Ekaristi berpuncak pada saat doa syukur agung.

Ekaristi juga berarti sebagi jaminan akan kemuliaan yang akan datang maksudnya adalah dengan mengikuti Perayaan Ekaristi merupakan berkat dan rahmat yang memperkuat kita untuk menjalani kehidupan ini yang dipersatukan oleh Kristus, Gereja dan Bunda Maria.

Untuk menyambut komuni kudus, seseorang yang sudah tergabung dalam Gereja Katolik hendaknya dalam keadaan rahmat yang berarti tidak berdosa apabila dengan sadar melakukan dosa hendaknya melakukan pengakuan dosa terlebih dahulu. Maka sikap yang pantas dalam mengikuti perayaan ekaristi hendaknya mengenakan pakaian yang pantas dan bersih, serta menjaga sikap dan perilaku selama Perayaan Ekaristi berlangsung.

 

SAKRAMEN TOBAT/REKONSILIASI

Ada ungkapan yang menyatakan “Tiada gading yang tak retak”. Ungkapan ini mengandung makna bahwa tiada seorang manusia yang sempurna. Berarti tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbuat dosa.

Gereja Katolik menyadari hal ini karena setiap orang mempunyai kelemahan dan keterbatasan, itulah sebabnya manusia kerap jatuh ke dalam dosa.

Dosa dipandang sebagai perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama, yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan dalam keadaan bebas.

Dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama. Suatu tindakan disebut dosa apabila tindakan tersebut dilakukan secara sadar, sengaja, dan dalam keadaan bebas, yang berakibat merugikan orang lain dan dirinya sendiri serta merusak hubungannya dengan Tuhan.

Akibat dari dosa adalah retaknya/rusaknya bahkan terputusnya hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungannya.

Allah adalah Maha Rahim, Ia Maha pengampun, Ia tidak mau manusia hidup dalam kungkungan dosa. Dalam kebaikan-Nya, Ia selalu menanti dan mengusahakan agar manusia kembali kepadaNya, bahkan membebaskannya, tanpa memperhitungkan besarnya dosa manusia (lih. I Yoh 4: 16b).

Allah selalu mengundang orang yang berdosa untuk kembali bersatu dengan-Nya. Ia mengundang orang berdosa untuk bertobat (bdk I Yoh 1: 9).

Kerahiman Allah terhadap orang yang berdosa digambarkan secara indah oleh Yesus dalam perumpamaan “Anak yang Hilang” (lih. Luk 15: 11-32) dan dinyatakan dalam kuasa-Nya sendiri untuk mengampuni dosa. Kuasa itulah yang diwariskan Yesus kepada Gereja-Nya yaitu untuk memberikan pengampunan atas anggota Gereja yang bertobat (lih. Yoh 20: 19-23; bdk. Mat 18:20).

Pada saat manusia dirundung dosa, maka Roh Kudus terus bekerja untuk mengembalikan manusia kepada Tuhan. Inilah yang dialami oleh si bungsu, yang pada akhirnya “menyadari keadaannya, menyadari kedosaannya” (ayat 17).

Bertobat artinya berbalik kembali kepada Allah. Kembali ke jalan menuju kepada Allah.

Kini dalam Gereja Katolik, Peristiwa kerahiman Allah tersebut terjadi di dalam Sakramen Tobat, yang disebut juga dengan istilah Sakramen Rekonsiliasi.

Sakramen Tobat menjadi tanda dan sarana pemulihan hubungan yang retak atau rusak akibat perbuatan dosa, menjadi suatu hubungan yang damai dan harmonis antara Allah dan Manusia, manusia dan sesama, serta lingkungannya.

Seseorang yang telah menerima Sakramen Tobat , telah diampuni dosanya (lih Yoh 20: 23; bdk. Mat 18: 19). Sakramen Tobat atau Pengakuan Dosa adalah sakramen yang memberikan berkat pengampunan dan kesembuhan dari Tuhan kepada anggota Gereja atas dosa-dosa berat dan ringan yang dibuat setelah menerima Sakramen Baptis.

Untuk bertobat biasanya seseorang tidak sertamerta begitu saja bertobat, tetapi melalui beberapa tahapan atau proses. Tahapan itu antara lain:
  • Mengakui/ menyadari akan kesalahan/dosa,
  • Menyesali segala kesalahan/dosa,
  • Berjanji untuk tidak mengulangi lagi atas kesalahan/dosa yang pernah dilakukan dan
  • Menyatakan diri bertobat.
Pertobatan dalam Gereja Katolik diwujudnyatakan pula dengan melakukan pengakuan dosa. Langkah-langkah dalam melakukan pengakuan dosa antara lain:
  • Melakukan pemeriksaan batin. Orang yang mengaku dosa diajak untuk mengingat kembali dosa yang telah diperbuat dalam suasana hening dan berdoa.
  • Mempunyai niat untuk bertobat menyesali dosa-dosa.
  • Masuk ruang pengakuan dan mengakui segala dosa-dosanya, minta pengampunan dan melakukan penitensi sebagi silih atas dosa yang diperbuat.
  • Merubah sikap dan tutur kata yang senantiasa menjadi baik.
Buah dari sakramen tobat antara lain memberikan kedamaian, ketenangan, dan kekuatan untuk berjuang mengalahkan kuasa dan dosa. Selain dari pada itu dengan sakramen tobat kita juga mendapatkan perdamaian, yaitu kita berdamai dengan Allah dan juga dengan sesama. Dengan sakramen tobat, kekudusan gereja di pullihkan kembali karna pertobatan kita

SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT

  • Sebagai manusia, kita sangat menyadari akan kelemahan kita baik secara fisik maupun secara psikis. Manusia selalu memiliki berbagai keterbatasan. Salah satu keterbatasan kita adalah keterbatasan secara fisik. Kita dapat saja dan mungkin sering mengalami sakit secara fisik.
  • Atas berbagai keterbatasan fisik kita tersebut, ada berbagai sikap/perasaan yang dapat muncul pada saat kita mengalami sakit, seperti; merasa bersalah, merasa takut, merasa sendirian, merasa diri menjadi orang yang terbuang, menyalahkan orang lain, merasa ditinggalkan keluarga dan sebagainya.
  • Namun demikian ada pula yang tetap menyikapinya secara positif yaitu dengan menyesali perbuatan-perbuatannya yang keliru, banyak berdoa dan berserah diri kepada Tuhan.
  • Apapun sikap yang mereka tampakkan pada saat mengalami sakit, dalam ketidak berdayaan seperti itu, mereka sangat membutuhkan pendampingan, penghiburan dan kekuatan baik dari sesama maupun dari Tuhan.
  • Orang yang mengalami jatuh sakit, dapat saja diakibatkan oleh karena kesalahan sendiri, kesalahan orang lain ataupun juga karena dampak dari lingkungan/virus yang melanda dirinya.
  • Namun demikian dalam Perjanjian Lama dan juga pada jaman Yesus, diyakini oleh orang-orang Yahudi bahwa seseorang yang menderita sakit, bahkan menderita cacat ataupun penderitaan dari lahir, itu semua diakibatkan oleh karena dosa. Sehingga bagi mereka, orang yang sakit itu akan sembuh jika dosanya telah diampuni oleh Tuhan.
  • Yesus tampil untuk senantiasa memberikan kabar suka cita bagi semua orang terlebih yang menderita. Demikian pula terhadap orang yang menderita sakit. Berlatarbelakang pemahaman orang Yahudi tersebut, maka Yesus dalam memberikan kesembuhan kepada mereka yang sakit dengan cara memberikan pengampunan atas dosa mereka.
  • Sebagai contoh, ketika Yesus menyembuhkan orang yang sakit, Ia mengatakan “dosamu diampuni” maka orang tersebut sembuh dari sakitnya. Yesus datang untuk menyembuhkan manusia secara utuh, jiwa dan raga.
  • Gereja sampai saat ini juga senantiasa memperhatikan orang yang sakit, yaitu dengan memberikan pendampingan kepadanya melalui pemberian Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
  • Sakramen ini diberikan kepada orang beriman yang merasa mulai menghadapi bahaya maut karena sakitnya atau karena lanjut usia atau orang yang menghadapi operasi besar.
  • Sakramen ini dapat diterima seseorang lebih dari satu kali. Jika ia telah sembuh setelah menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit ini, maka iapun dapat pula menerima kembali sakramen ini jika suatu saat ia jatuh sakit lagi.

Dalam menerimakan Sakramen Pengurapan Orang Sakit dapat dilakukan di gereja, di rumah, atau di rumah sakit. Urutan perayaan sakramen ini adalah:

  •  Jika masih memungkinkan, sangat baik jika pemberian sakramen ini didahului dengan penerimaan Sakramen Tobat,
  •  Uskup/ Imam meletakkan tangan ke atas orang sakit sambil berdoa bagi si sakit.
  •  Pengurapan dengan minyak, dan
  •  Jika memungkinkan juga dapat dilanjutkan dengan penerimaan komuni.

Makna dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit ini antara lain:

  • Menganugerahkan rahmat Roh Kudus yang menjadikan si penderita mempunyai kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan akibat sakitnya.
  • Mengajak si sakit untuk mempersatukan penderitaan yang dialaminya dengan penderitaan Yesus Kristus.
  • Menganugerahkan rahmat Gerejani, keikutsertaan dalam penderitaan dan sengsara Kristus menyucikan dirinya.
  • Menyiapkan orang agar bila akhirnya meninggal, ia layak menghadap Bapa.

Berdasarkan makna dari sakramen pengurapan orang sakit tersebut, dapatlah kita melihat buah-buah dari sakramen pengurapan orang sakit ini yaitu:

  1.  Mendapatkan kekuatan, ketenangan dan kebesaran hati,
  2.  Membarui iman, harapan kepada Allah dan menguatkan melawan segala godaan,
  3.  Bantuan Tuhan dalam kesembuhan dari penyakit penderita, dan
  4.  Dosanya telah terampuni (Yak 5: 15).