Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup kristiani (LG11) berarti bahwa dalam seluruh pelayanan Gereja dirayakan dengan Sakramen Ekaristi. Di sinilah tampak jelas bahwa Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri dimana Kristus telah mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa untuk kita, agar kita pun ikut ambil bagian dalam pengorbanan diri-Nya, dan Dia telah memberikan diri-Nya bagi kita sebagai roti hidup sepanjang ziarah kita di dunia ini menuju kepada Bapa
Dengan pemahaman kesadaran seperti itulah maka hendaknya kita dapat mendewasakan iman kita dengan mengetahui cara berdoa yang baik menghormati sakramen mahakudus dan keterlibatan aktif umat beriman dalam Perayaan Ekaristi amat penting, karena untuk mengungkapkan dengan lebih jelas bahwa pada dasarnya Perayaan Ekaristi adalah perayaan umat bersama.
Ekaristi berasal dari bahasa Yunani yakni eucharistien yang berarti puji syukur, dan kegembiraan. Dengan demikian kita memandang ekaristi sebagai:
a) Syukur dan pujian kepada Bapa,
b) Kenangan akan kurban Kristus dan tubuh-Nya,
c) Kehadiran Kristus oleh kekuatan perkataan-Nya dan Roh-Nya.
Perjamuan Kudus didasari pada makan malam terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya pada malam sebelum Ia ditangkap dan disalibkan (Markus 14:12-21) (KGK 1358).
Sebelum menderita sengsara, Yesus mengadakan perjamuan bersama para murid-Nya sebagai tanda perpisahan yang kita kenal dengan “Perjamuan Malam Terakhir”.
Dalam perjamuan tersebut, ada dua hal yang dilakukan Yesus yaitu:
1) Yesus mengambil cawan berisi anggur dan roti, Ia mengucap syukur dan memberikan pesan, “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Daku” (ay. 19). Ini artinya, bahwa roti melambangkan diri Yesus sendiri yang akan dipersembahkan melalui penderitaan-Nya di salib demi keselamatan manusia.
2) Yesus mengambol cawan berisi anggur dan berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagimu” (ay. 20). Ini mengandung arti bahwa anggur melambangkan darah Kristus yang tertumpah di salib, juga demi keselamatan manusia. Yesus berpesan agar para murid selalu melakukan kembali peristiwa ini, untuk mengenangkan diri-Nya.
Sesuai dengan pesan Yesus itu, maka Perjamuan Tuhan itu diteruskan oleh Gereja hingga kini dalam bentuk Perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi mengenangkan sekaligus menghadirkan kembali tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus kepada umat manusia sekaligus mensyukurinya.
Dengan demikian, bagi Gereja sekarang, ekaristi pertama-tama merupakan Ucapan Syukur dan Pujian Kepada Bapa. Kita bersyukur kepada Allah atas segala kebaikan-Nya: untuk segala sesuatu yang Ia laksanakan dalam penciptaan, penebusan, dan pengudusan.
Syukuran merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam masyarakat kita. Biasanya orang mensyukuri peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya, terlebih syukuran atas peristiwa yang menyenangkan.
Biasanya, syukuran diakhiri dengan perjamuan makan bersama. Makanan yang tersaji sama dan mereka semua memakan makanan yang telah disediakan bersama-sama.
Begitulah dengan Perayaan Ekaristi. Sebagai ungkapan syukur atas karya dan pengorbanan Yesus Kristus.
Dalam Perayaan Ekaristi, sikap dalam berdoa ada beberapa yang antara lain: ada saatnya untuk berdiri, duduk dan juga berlutut. Sakramen Ekaristi berpuncak pada saat doa syukur agung.
Ekaristi juga berarti sebagi jaminan akan kemuliaan yang akan datang maksudnya adalah dengan mengikuti Perayaan Ekaristi merupakan berkat dan rahmat yang memperkuat kita untuk menjalani kehidupan ini yang dipersatukan oleh Kristus, Gereja dan Bunda Maria.
Untuk menyambut komuni kudus, seseorang yang sudah tergabung dalam Gereja Katolik hendaknya dalam keadaan rahmat yang berarti tidak berdosa apabila dengan sadar melakukan dosa hendaknya melakukan pengakuan dosa terlebih dahulu. Maka sikap yang pantas dalam mengikuti perayaan ekaristi hendaknya mengenakan pakaian yang pantas dan bersih, serta menjaga sikap dan perilaku selama Perayaan Ekaristi berlangsung.