Hubungan yang erat antara Maria dan Yesus Puteranya juga dapat kita lihat dengan jelas pada kisah mukjizat pada pesta perkawinan di Kana, yaitu pada saat Bunda Maria mengambil peranan penting dalam perwujudan mukjizat Yesus yang pertama ini.
Dengan berkata pada Yesus, “Mereka kehabisan anggur”, dan kepada para pelayan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”,
Bunda Maria menempatkan diri sebagai pengantara, bukan sebagai orang asing, tetapi sebagai ibu.
Pengantaraan Maria sama sekali tidak menghalangi atau mengurangi pengantaraan Yesus yang esa dan satu-satunya kepada Allah Bapa (lih. 1 Tim 2:5) melainkan semakin menunjukkan kuasa pengantaraan Yesus itu.
Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa pengantaraan Bunda Maria merupakan bagian dari pengantaraan Yesus yang unik dan satu-satunya itu, sebab pengantaraan Maria ada di bawah kuasa pengantaraan Yesus.
((Redemptoris Mater, 21, 22, 38, 40))
Dengan mengandung Yesus yang adalah Kepala dari Tubuh mistik Gereja, Bunda Maria juga mengandung kita umat beriman, karena kita semua adalah anggota Tubuh Kristus/ Gereja.
Oleh karena itu
St. Bernardus mengatakan bahwa
Bunda Maria adalah “Leher dari Tubuh Mistik Kristus”
((Miravalle, Mark, STD, Introduction to Mary, (Santa Barbara: Queenship Publishing Company, 1993), 63, 76))
yang menghubungkan Yesus Sang Kepala dengan semua anggota Tubuh-Nya yaitu Gereja-Nya.
Inilah sebabnya mengapa Bunda Maria yang hadir di dalam misteri Kristus sebagai ibu, juga menjadi ibu rohani bagi semua orang percaya.
Bunda Maria merupakan pemenuhan janji Tuhan yang telah disebutkan pada awal mula
(lih. Kej 3:15)
dan pada akhir jaman
(Why 12:1-5).
Ia hadir pada awal misi keselamatan Yesus
(lih. Yoh 2:1-12)
sampai pada akhirnya,
saat ia berdiri di bawah kaki salib Yesus
(lih. Yoh 19:25).
Ia ada pada saat Sang Sabda menjelma menjadi manusia di dalam rahimnya, dan ia hadir pada saat kelahiran Gereja di hari Pentakosta.
Dengan demikian ia telah menjadi contoh dalam perjalanan iman.
Bunda Maria adalah seseorang yang pertama kali percaya akan janji Keselamatan, dan dengan imannya, ia menjadi teladan pertama sebagai saksi apostolik Gereja.
((Cf. Redemptoris Mater., 23, 24, 25, 26, 27,28))
Karena itu, Bunda Maria adalah juga Bunda Gereja.
Sejak awal Bunda Maria
telah memberikan dirinya tanpa batas kepada Yesus Puteranya, dan
ia berbuat yang sama terhadap Gereja, yang adalah ‘anak angkat’-nya.
Setelah Kristus bangkit dan naik ke surga,
Bunda Maria tetap memberikan dirinya sebagai pengantara semua anak-anak-nya kepada Tuhan.
((Cf. Ibid., 40))
St. Alphonsus Liguori mengatakannya dengan begitu indah, dengan mengutip kisah dari kitab 2 Sam 14:4-11.
Seorang perempuan bijak dari Tekoa menghadap Raja Daud, “Tuanku, hambamu ini mempunyai dua orang anak laki-laki, dan malangnya hamba ini, salah seorang dari puteraku itu membunuh yang lain, sehingga hamba kehilangan seorang putera, dan keadilan menghendaki agar anakku yang lain itupun mendapat hukuman mati karena perbuatannya..…; kasihanilah hamba, dan janganlah hamba sampai kehilangan kedua puteraku.”
Bunda Maria dapat berkata yang serupa,
“Tuhanku, hamba mempunyai dua putera, Yesus dan manusia; manusia membunuh Puteraku Yesus di salib, dan kini, keadilanMu menuntut puteraku yang bersalah. O, Tuhan, Yesusku sudah wafat, kasihanilah hamba, sebab hamba sudah kehilangan seorang, mohon jangan biarkan hamba juga kehilangan anakku yang lain.”
((Liguori, St. Alphonsus, Hail Holy Queen! (Rockford, Illinois: Tan Books and Publishers, Inc., 1995), 45))
Dan seperti Raja Daud akhirnya berbelas kasihan kepada ibu dari Tekoa itu dan mengabulkan permohonannya, maka Tuhan-pun berbelas kasihan dan tidak menghukum para pendosa yang didoakan oleh Bunda Maria.
Oleh pengantaraannya ini,
maka Bunda Maria dikatakan sebagai Mediatrix.
Teladan Gereja
Bunda Maria adalah teladan Gereja dalam hal iman,
kasih dan persatuan yang sempurna dengan Kristus.
Bunda Maria adalah contoh sempurna
yang mencerminkan Kristus.
Ia adalah contoh tetap bagi Gereja,
sebab Gereja juga dipanggil untuk menjadi Ibu dan perawan, sebagai mempelai Kristus.
Bunda Maria bekerjasama dalam kelahiran Gereja dan perkembangannya.
Sekarang ini, pada saat digalakkannya gerakan Ekumenism di mana semua orang Kristen berjuang untuk mencapai persatuan, ketaatan Maria menjadi contoh yang paling sempurna.
Dengan mempelajari dan merenungkan peran Bunda Maria dalam Gereja, semua umat Kristen akan dapat melakukan perkataan Yesus -seperti yang menjadi pesan Bunda Maria pada mukjizat di Kana.
Dengan demikian, perkataan Yesus,
“supaya mereka semua (umat Kristen) menjadi satu…”
(Yoh 17:21),
dapat terlaksana dengan dipimpin oleh Bunda Maria,
yang menjadi ibu bagi semua pengikut Kristus.
Sungguh benar,
bahwa keibuan Maria adalah rahmat
yang diberikan kepada setiap orang.
Kristus Penyelamat kita mempercayakan Ibu-Nya sendiri kepada murid yang dikasihiNya.
Murid itu mewakili semua umat manusia.
Jadi artinya Kristus memberikan Ibu-Nya untuk menjadi ibu bagi kita semua
((Cf. Redemptoris Mater., 42, 44, 30, 45)) (lih. Yoh 19:26-27).
Mari kita renungkan,
sudahkah kita ‘menerima’ Maria sebagai Ibu kita sendiri?
Jika kita mau sungguh mengasihi Tuhan Yesus seperti Rasul Yohanes, bukankah kitapun perlu meniru teladannya untuk menerima Maria di dalam ‘rumah’ hati kita dan di dalam kehidupan kita?