Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Tuesday, October 1, 2019

Maria, BUNDA KITA & BUNDA GEREJA

Hubungan yang erat antara Maria dan Yesus Puteranya juga dapat kita lihat dengan jelas pada kisah mukjizat pada pesta perkawinan di Kana, yaitu pada saat Bunda Maria mengambil peranan penting dalam perwujudan mukjizat Yesus yang pertama ini. 

Dengan berkata pada Yesus, “Mereka kehabisan anggur”, dan kepada para pelayan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”, 
Bunda Maria menempatkan diri sebagai pengantara, bukan sebagai orang asing, tetapi sebagai ibu. 
Pengantaraan Maria sama sekali tidak menghalangi atau mengurangi pengantaraan Yesus yang esa dan satu-satunya kepada Allah Bapa (lih. 1 Tim 2:5) melainkan semakin menunjukkan kuasa pengantaraan Yesus itu. 

Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa pengantaraan Bunda Maria merupakan bagian dari pengantaraan Yesus yang unik dan satu-satunya itu, sebab pengantaraan Maria ada di bawah kuasa pengantaraan Yesus. 
((Redemptoris Mater, 21, 22, 38, 40))

Dengan mengandung Yesus yang adalah Kepala dari Tubuh mistik Gereja, Bunda Maria juga mengandung kita umat beriman, karena kita semua adalah anggota Tubuh Kristus/ Gereja. 
Oleh karena itu 
St. Bernardus mengatakan bahwa 
Bunda Maria adalah “Leher dari Tubuh Mistik Kristus” 
((Miravalle, Mark, STD, Introduction to Mary, (Santa Barbara: Queenship Publishing Company, 1993), 63, 76)) 
yang menghubungkan Yesus Sang Kepala dengan semua anggota Tubuh-Nya yaitu Gereja-Nya. 
Inilah sebabnya mengapa Bunda Maria yang hadir di dalam misteri Kristus sebagai ibu, juga menjadi ibu rohani bagi semua orang percaya.

Bunda Maria merupakan pemenuhan janji Tuhan yang telah disebutkan pada awal mula 
(lih. Kej 3:15) 
dan pada akhir jaman 
(Why 12:1-5). 
Ia hadir pada awal misi keselamatan Yesus 
(lih. Yoh 2:1-12) 
sampai pada akhirnya, 
saat ia berdiri di bawah kaki salib Yesus 
(lih. Yoh 19:25). 

Ia ada pada saat Sang Sabda menjelma menjadi manusia di dalam rahimnya, dan ia hadir pada saat kelahiran Gereja di hari Pentakosta. 

Dengan demikian ia telah menjadi contoh dalam perjalanan iman. 
Bunda Maria adalah seseorang yang pertama kali percaya akan janji Keselamatan, dan dengan imannya, ia menjadi teladan pertama sebagai saksi apostolik Gereja. 
((Cf. Redemptoris Mater., 23, 24, 25, 26, 27,28)) 

Karena itu, Bunda Maria adalah juga Bunda Gereja.

Sejak awal Bunda Maria 
telah memberikan dirinya tanpa batas kepada Yesus Puteranya, dan 
ia berbuat yang sama terhadap Gereja, yang adalah ‘anak angkat’-nya. 

Setelah Kristus bangkit dan naik ke surga, 
Bunda Maria tetap memberikan dirinya sebagai pengantara semua anak-anak-nya kepada Tuhan. 
((Cf. Ibid., 40)) 

St. Alphonsus Liguori mengatakannya dengan begitu indah, dengan mengutip kisah dari kitab 2 Sam 14:4-11. 
Seorang perempuan bijak dari Tekoa menghadap Raja Daud, “Tuanku, hambamu ini mempunyai dua orang anak laki-laki, dan malangnya hamba ini, salah seorang dari puteraku itu membunuh yang lain, sehingga hamba kehilangan seorang putera, dan keadilan menghendaki agar anakku yang lain itupun mendapat hukuman mati karena perbuatannya..…; kasihanilah hamba, dan janganlah hamba sampai kehilangan kedua puteraku.” 

Bunda Maria dapat berkata yang serupa, 
“Tuhanku, hamba mempunyai dua putera, Yesus dan manusia; manusia membunuh Puteraku Yesus di salib, dan kini, keadilanMu menuntut puteraku yang bersalah. O, Tuhan, Yesusku sudah wafat, kasihanilah hamba, sebab hamba sudah kehilangan seorang, mohon jangan biarkan hamba juga kehilangan anakku yang lain.” 
((Liguori, St. Alphonsus, Hail Holy Queen! (Rockford, Illinois: Tan Books and Publishers, Inc., 1995), 45)) 

Dan seperti Raja Daud akhirnya berbelas kasihan kepada ibu dari Tekoa itu dan mengabulkan permohonannya, maka Tuhan-pun berbelas kasihan dan tidak menghukum para pendosa yang didoakan oleh Bunda Maria. 
Oleh pengantaraannya ini, 
maka Bunda Maria dikatakan sebagai Mediatrix.

Teladan Gereja

Bunda Maria adalah teladan Gereja dalam hal iman, 
kasih dan persatuan yang sempurna dengan Kristus. 

Bunda Maria adalah contoh sempurna 
yang mencerminkan Kristus. 

Ia adalah contoh tetap bagi Gereja, 
sebab Gereja juga dipanggil untuk menjadi Ibu dan perawan, sebagai mempelai Kristus.

Bunda Maria bekerjasama dalam kelahiran Gereja dan perkembangannya. 
Sekarang ini, pada saat digalakkannya gerakan Ekumenism di mana semua orang Kristen berjuang untuk mencapai persatuan, ketaatan Maria menjadi contoh yang paling sempurna. 

Dengan mempelajari dan merenungkan peran Bunda Maria dalam Gereja, semua umat Kristen akan dapat melakukan perkataan Yesus -seperti yang menjadi pesan Bunda Maria pada mukjizat di Kana. 

Dengan demikian, perkataan Yesus, 
“supaya mereka semua (umat Kristen) menjadi satu…”
(Yoh 17:21), 
dapat terlaksana dengan dipimpin oleh Bunda Maria, 
yang menjadi ibu bagi semua pengikut Kristus. 

Sungguh benar, 
bahwa keibuan Maria adalah rahmat 
yang diberikan kepada setiap orang. 

Kristus Penyelamat kita mempercayakan Ibu-Nya sendiri kepada murid yang dikasihiNya. 
Murid itu mewakili semua umat manusia. 

Jadi artinya Kristus memberikan Ibu-Nya untuk menjadi ibu bagi kita semua 
((Cf. Redemptoris Mater., 42, 44, 30, 45)) (lih. Yoh 19:26-27).

Mari kita renungkan, 
sudahkah kita ‘menerima’ Maria sebagai Ibu kita sendiri? 

Jika kita mau sungguh mengasihi Tuhan Yesus seperti Rasul Yohanes, bukankah kitapun perlu meniru teladannya untuk menerima Maria di dalam ‘rumah’ hati kita dan di dalam kehidupan kita?

MARIA BUNDA ALLAH

Para Bapa Gereja menghubungkan peran Maria sebagai Bunda Allah dengan perannya sebagai Hawa yang baru (the new Eve). 
Bunda Maria melahirkan Tuhan Yesus yang menyelamatkan manusia dari dosa yang diturunkan dari dosa Hawa. 
Karena dalam Pribadi Yesus, ke-Allahan dan kemanusiaan-Nya bersatu dengan sempurna, 
maka Bunda Maria dikatakan sebagai Bunda Yesus dan Bunda Allah, sebab, Yesus itu Allah.

1. St. Yustinus Martir (155) 
membandingkan Hawa dengan Bunda Maria. 
Hawa, manusia perempuan pertama terperdaya oleh Iblis yang kemudian membawa maut; 
sedangkan Maria percaya kepada pemberitaan malaikat Gabriel, dan karena itu ia mengandung Putera Allah yang membawa hidup. 
((Lihat St. Yustinus Martir, Dialogue with Trypho the Jew, 155 AD, p.100))

2. St. Irenaeus (180): 
“Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.” 
((Lihat St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24))

3. St. Gregorius Naziansa (390) menyatakan, 
barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. 
Sebab Bunda Maria bukan semata-mata saluran, 
melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi 
(karena tanpa campur tangan manusia) 
namun juga manusiawi 
(karena mengikuti hukum alam manusia). 
((Lihat Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume 2, (Queenship Publishing company, California, USA, 1996), p. 2-180.))

4. St. Ambrosius (397): 
“Kejahatan didatangkan oleh perempuan (Hawa), 
maka kebaikan juga harus didatangkan oleh Perempuan (Maria); 
sebab oleh karena Hawa kita jatuh, 
namun karena Maria kita berdiri; 
karena Hawa kita menjadi budak dosa, 
namun oleh Maria kita dibebaskan…. 
Hawa menyebabkan kita dihukum oleh buah pohon (pohon pengetahuan), 
sedangkan Maria membawa kepada kita 
pengampunan dengan rahmat dari Pohon yang lain 
(yaitu Salib Yesus), 
sebab Kristus tergantung di Pohon itu seperti Buahnya…” 
((Diterjemahkan dari Virgin Wholly Marvelous, seperti dikutip oleh Robert Payesko, Ibid., p. 2-78.))

5. St. Agustinus (416): 
”Kita dilahirkan ke dunia oleh karena Hawa, 
dan diangkat ke surga oleh karena Maria.” 
((St. Agustinus, Sermon))

6. St. Cyril dari Alexandria (444): 
“Bunda Maria, Bunda Allah…, 
bait Allah yang kudus yang di dalamnya 
Tuhan sendiri dikandung… 
Sebab jika Tuhan Yesus adalah Allah, 
bagaimanakah mungkin Bunda Maria 
yang mengandung-Nya tidak disebut 
sebagai Bunda Allah?” 
((Lihat St. Cyril dari Alexandria, Epistle ro the Monks of Egypt, I ))

7. Doktrin Maria sebagai Bunda Allah/“Theotokos” 
dinyatakan Gereja melalui 
Konsili di Efesus (431) dan 
Konsili keempat di Chalcedon (451). 

Pengajaran ini diresmikan pada kedua Konsili tersebut, namun bukan berarti bahwa sebelum tahun 431, 
Bunda Maria belum disebut sebagai Bunda Allah, 
dan Gereja ‘baru’ menobatkan Maria sebagai Bunda Allah pada tahun 431. 

Kepercayaan Gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru sudah berakar sejak abad awal. 

Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan “Theotokos” tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius. 
Nestorius hanya mengakui Maria sebagai ibu kemanusiaan Yesus, tapi bukan ibu Yesus sebagai Tuhan, 
sebab menurut Nestorius yang dilahirkan oleh Maria adalah manusia yang di dalamnya Tuhan tinggal, dan bukan Tuhan sendiri yang sungguh menjelma menjadi manusia. 

((Lihat William C. Placher, Readings in the History of Christian Theology, vol. 1, 
(Westminster John Knox Press, Kentucky, USA, 1988) p. 69-70: 
Nestorius mengenali Yesus yang lahir dari rahim Maria sebagai Bait Sang Sabda (a temple of the Logos) di mana Sang Sabda itu tinggal, dan bukannya Sang Sabda (the ‘Logos’) itu sendiri. 
Menurut Nestorius, Allah ada di dalam bayi Yesus, ada di dalam diri manusia yang tersalib di Kalvari, namun sang manusia itu bukan Tuhan sendiri. Jadi Nestorius gagal membedakan sifat keilahian dan kemanusiaan Yesus yang bersatu secara sempurna dalam Pribadi Yesus. Nestorius gagal melihat bahwa Maria adalah seorang Ibu dari seorang Pribadi manusia, yang kebetulan juga adalah Pribadi Allah. 
Jadi, Maria adalah ibu dari Yesus yang adalah Allah dan manusia, meskipun ia hanya melahirkan kemanusiaan Yesus.))

MARIA DAN ROSARIO

Secara tradisi, Gereja Katolik mendedikasikan bulan- bulan tertentu untuk devosi tertentu. 

Bulan Mei yang sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan, karena pada bulan Mei di negara- negara empat musim mengalami musim semi atau musim kembang. 

Maka bulan ini dihubungkan dengan Bunda Maria, yang menjadi Hawa yang Baru. 

Hawa sendiri artinya adalah ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living” (Kej 3:20). 

Devosi mengkhususkan bulan Mei sebagai bulan Maria diperkenalkan sejak akhir abad ke 13. 
Namun praktek ini baru menjadi populer di kalangan para Jesuit di Roma pada sekitar tahun 1700-an, dan baru kemudian menyebar ke seluruh Gereja.

Pada tahun 1809, 
Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. 
Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria. 

Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Bapa Paus dibebaskan, dan ia dapat kembali ke Roma. 

Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen. 

Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal.

Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, 
the Month of Mary mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati,” 
dan bulan Mei adalah kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. 

Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah, mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita … dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, the Month of May, 1)

Sedangkan penentuan bulan Oktober sebagai bulan Rosario, berkaitan dengan peristiwa yang terjadi 3 abad sebelumnya, yaitu ketika terjadi pertempuran di Lepanto pada tahun 1571, di mana negara- negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen. 

Terdapat ancaman genting saat itu, bahwa agama Kristen akan terancam punah di Eropa. 
Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. 
Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa rosario memohon pertolongan Bunda Maria. 
Demikian juga, umat Katolik di seluruh Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. 

Pada tanggal 7 Oktober 1571, 
Paus Pius V bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. 

Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. 

Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. 
Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.

Demikianlah sekilas mengenai mengapa bulan Mei dan Oktober dikhususkan sebagai bulan Maria. 

Bunda Maria memang terbukti telah menyertai Gereja dan mendoakan kita semua, para murid Kristus, yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus menjadi anak- anaknya (lih. Yoh 19:26-27). 

Bunda Maria turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Kristus Putera-Nya, dan bekerjasama dengan-Nya untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir jaman.