Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

GEREJA UMAT ALLAH

Gereja Umat Allah


A.  Gereja sebagai Umat Allah
 Berdasarkan pengalaman dan pembicaraan sehari-hari kita mendapati ada dua gambaran dan pemahaman mengenai Gereja, yaitu gereja sebagai tempat untuk beribadah (berupa gedung/bangunan) dan Gereja sebagai suatu persekutuan umat (kumpulan umat beriman). Hal tersebut tidak hanya dalam arti fisik, melainkan dalam arti yang lebih rohani. Meskipun terdapat dua pengertian mengenai Gereja, dalam banyak pembicaraan dan tulisan sebenarnya arti Gereja yang kedualah yang lebih sering dimaksudkan. Mengapa demikian?

Tentu ada alasannya mengapa istilah Gereja lebih sering dimaksudkan sebagai persekutuan umat daripada sebagai tempat. Untuk itu, kita akan diajak memahami apa arti dan makna Gereja itu, asal usulnya, ciri dan dasarnya, serta berbagai konsekuensi yang dikembangkan
1.        Arti dan Makna Gereja Sebagai Umat Allah.
Jika mendengar kata “Gereja”, yang terbayang dalam pikiran kita tentulah sebuah gedung atau kumpulan orang, yang secara spontan, Gereja dihubungkan dengan gedung tempat orang Kristiani beribadat, tempat untuk merayakan ekaristi dan melangsungkan doa-doa. Jika ditulis dengan huruf kecil “gereja’ berarti bangunan tempat beribadat, sedangkan jika ditulis dengan huruf besar, “Gereja”, dimaksudkan lebih kepada kumpulan orang. Namun demikian gambaran tersebut belum mengungkapkan hakikat Gereja yang sebenarnya.
Kata Gereja dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan kata igreja dalam bahasa Portugis. Kata igreja dalam bahasa Portugis pun merupakan terjemahan kata ecclesiadalam bahasa Latin. Dan kata ecclesia itu sendiri juga merupakan terjemahan kata Yunaniekklesia. Dalam bahasa Yunani kata ekklesia bisa berarti rapat, sidang, perkumpulan atau berkumpul. Dengan kata lain, kata ekklesia sebagai asal mula kata Gereja berhubungan dengan orang-orang yang berkumpul. Tetapi dalam konteks agama Kristen, orang-orang yang berkumpul itu memiliki kekhasan karena mereka dipersatukan oleh iman yang sama, yaitu iman kepada Yesus Kristus. Itulah sebabnya mengapa kata Gereja lebih sering dipahami sebagai persekutuan umat daripada sebagai tempat, meskipun dalam perkembangan selanjutnya gereja juga diartikan sebagai tempat bersekutunya orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus itu. Maka, kata ekklesia atau Gereja dipakai sebagai kata yang berarti “jemaat atau umat yang dipanggul secara khusus”. Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan.
Pengertian Gereja sebagai “Umat Allah bukan semata-mata fisik, melainkan yang rohani. Kita perlu tahu bahwa Gereja adalah umat Allah. Gereja adalah umat terpilih dari Allah.Sebutan umat Allah menekankan pada dua hal penting, pertama, bahwa Gereja bukanlah pertama-tama organisasi manusiawi, melaikan perwujudan karya Allah yang konkret. Tekanan ada pada pilihan dan kasih Allah. Kedua,  Gereja itu bukan hanya awam dan hierarki saja, melainkan seluruhnya sebagai umat Allah. 

2.        Ciri-ciri Gereja Sebagai Umat Allah. 
Untuk dapat menemukan ciri-ciri Gereja sebagai umat Allah, kita dapat menemukan dan melihat pengertian Gereja, kemudian menjabarkan unsur-unsur yang membentuk Gereha.
Dikatakan sebagai umat Allah, karena inisiatif pertama datang dari Allah sendiri, Allah memilih umat-Nya menjadi bangsa pilihan-Nya, Umat Allah dipilih oleh Allah sendiri, melalui iman akan Yesus Kristus. Dengan demikian ciri umat Allah yang pertama adalah bahwa panggilan itu berasal dari Allah.
       Tujuan Allah memanggil umat-Nya adalah untuk menyelamatkan dunia, dengan memilih manusia mau menunjukkan kepada manusia hubungan atau komunikasi antara Allah dan manusia. Hubungan itu telah diperjelas dalam diri Kristus. Demikian juga Gereja memperjelas hubunngan atau komunikasi Allah dan manusia dalam Lumen Gentium art 1.”Gereja itu di dalam Kristus bagaiman sakramen, yaitu tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh manusia”. Sebagai tanda dan sarana, Gereja harus dapat dinikmati oleh indra manusia. Lewat tanda dan sarana tersebut, sebenarnya mau diungkapkan sesuatu yang mendalam. Bila Gereja sebagai tanda dan sarana, yaitu sebagai sakramen, berarti keberadaan Gereja mengungkapkan kesatuan mesra antara manusia dengan Allah. kesatuan itu menjadi cirikedua yang membuat Gereja disebut sebagai Umau Allah. kesatuan yang membawa karya keselamatan bagi seluruh manusia. Pada intinya Gereja bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan agar karya keselamatan menjangkau semua orang diseluruh dunia dalam hubungannya dengan Allah atau sesama manusia.
       Dalam perjalanan sejarah, hubunngan mesra Allah dengan manusia dimateraikan atau diresmikan dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian cinta kasih (ciri ketiga). Cinta kasih menjadi dasar perjanjian manusia dengan Allah. Sebagaimana digambarkan bagaimana bangsa Israel melakukan perjalanan menuju tanah terjanji. Demikianlah juga Gereja sebagai umat Allah berciri selalu dalam perjalanan menuzi perziarahan ketanah terjanji, yaitu rumah Bapa. (ciri keempat)
       Dengan demikian, ciri Gereja sebagai umat Allah terlihat dari panggilan dan inisiatif Allah, persekutuan, hubungan mesra antara manusia dengan Allah, karya keselamatan dan perziarahan yag tak kunjung habis menuju rumah Bapa.

3.        Dasar dan Konsekuensi Gereja sebagai Umat Allah.
Jika Gereja sebagai Umat Allah, maka ada dasar dan konsekuensi yang terus dikembangkan. Sebagai umat Allah, tidak lagi terbedakan mereka yang tertabhis dan non tertabhis, biarawan/biarawati. Kesatuan tidak lagi didasarkan pada struktural organisatoris melainkan pada Roh Allah sendiri yang telah menjadikan Umat-Nya sebagai bangsa terpilih. Dengan demikian kita diajak untuk menyadari bahwa sebagai warga umat Allah, kita masing-masing secara pribadi dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan menggereja. Hal ini yang menjadi dasar dan konsekuensi penting, jika Gereja sebagai umat Allah.
       Dasar dari Gereja sebagai umat Allah adalah Pertama, hidup menjemaat pada dasarya merupakan, hakikat Gereja itu sendiri, sebab hakikat Gereja adalah persaudaraan dan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup jemaat perdana (Kis 2:41-47). Kedua, perlu disadari bahwa hidup menggereja atau menjemaat, ada banyak karisma atau karunia yang tumbuh dan berkembang dikalangan umat yang dapat dilihat adn diterima dan digunakan sedemikian rupa demi kekayaan seluruh anggota Gereja. Lih. 1Kor 12:7-10).Ketiga, dalam hidup menjemaat, kita semua memiliki martabat dan tanggunngjawab yang sama dan secar aktif terlibat sesuai dengan fungsi masing-masing. Hal ini diperlukan agar kita bisa membangun hidup menjemaat kita dan memberi lebih banyak kesaksian kepada masyarakat di sekitar kita. (lih. 1Kor 12:12-18).
      Sedangkan konsekuensi dari Gereja sebagai Umat Allah adalah,
 Konsekuensi bagi pimpinan Gereja (hierarki) Menyadari fungsi pimpinan sebagai fungsi pelayanan. Pimpinan bukan diatas umat, tetapi di tengah umat. Harus peka untuk melihat dan mendengar karisma dan karunia-karunia yang bertumbuh di kalangan umat.
Konsekuensi bagi setiap anggota umatMenyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang tak dapat menghayati kehidupan imannya secara individu saja.

Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma, karunia, dan fungsi yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat. Semua bertanggung jawab dalam hidup dan misi Gereja

Konsekuensi bagi hubungan awam dan hierarki
Paham Gereja sebagai Umat Allah jelas membawa konsekuensi dalam hubungan antara hierarki dan kaum awam. Kaum awam bukan lagi pelengkap penyerta (malah kadang-kadang pelengkap penderita), melainkan partner hierarki
Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hana berbeda dalam hal fungsi.

Pada intinya, kita masing-masing dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan umat Allah. melibatkan diri berarti terlibat dalam hidup “menjemaat”. Artinya kita bersama-sama terlibat dalam satu persekutuan yang dihidupi oleh kasih, bukan karena kuasa dan wewenang. Kasih menjadi dasar dan sarana yang menyatukan kehidupan menjemaat. Aktivitas dan tindakan kita harus selalu diperkaya oleh rupa-rupa roh dan karunia/karisma. Ropa-rupa roh dan karunia saling melengkapi sehingga menjadi kebanggaan bersama dan bisa menjadi milik bersama.
       Setiap dari kita dipanggil untuk menghayati martabat yang sama, yaitu sebagai umat yang dipilih oleh Allah. kita diajak untuk setia terhadap funngsi kita masing-masing tanpa harus merasa lebih dari yang lain. Masing-masing dari kita harus membangun Gereja umat Allah dan memberi kesaksian kepada masyarakat luas. Gereja yang bersaksi adalah gereja yang telah disatukan oleh Roh Allah.
       Gereja sebagai Umat Allah menjadikan Gereja kita terbuka, saling bekerja sama di antara anggotanya, saling menghargai keberadaan, saling melengkapi atau berbagai potensi yang ada. Hal ini yang menjadi konsekuensi, bagaimana Gereja mengelola keterlibatan anggota-anggotanya serta peran sertanya. Oleh karena itu masing-masing dari kita baik yang tertabhis maupun yang tidak tertabhis perlu menyadari dan menghayati panggilan hidupnya sesuai dengan karunia dan karisma yang diterima akan pentingnya nilai persatuan dan kesatuan serta kerja sama dengan seluruh anggota umat Allah. Keterlibatan dan kerjasama semua anggota umat Allah dapat menjadi daya dorong yang penting untuk tumbuh dan berkembang membawa Gereja sebagai sakramen keselamatan. Pahan Gereja sebagai Umat Allah ini membawa konsekuensi dalam hubungan natara Hierarki dan kaum awam. Kaum awam bukan hanya sebagai pelengkap melainkan partner hierarki. Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hanya fungsi keduanya berbeda. Keduanya saling melengkapi dan bekerja sama.

No comments:

Post a Comment