Yesus adalah Sahabat Sejati dan Idola Kaum Remaja
1. Apakah Yesus berarti bagi hidupku?
- Apa pun rumusannya, Yesus baru berarti bagiku jika Ia menjadi Yesusku, Yesus bagiku. Bukan Yesus hafalan dari pelajaran agama atau dari kotbah atau dari rumusan-rumusan doa, tetapi Yesus yang menyangkut pribadiku. Itulah Yesus yang berarti bagiku. Apa yang disampaikan dalam pelajaran agama, kotbah, ataupun rumusan-rumusan doa baru memiliki arti jika dihayati secara pribadi dalam kehidupan setiap hari.
2.Apakah Yesus dapat saya hayati sebagai sahabat yang sejati?
- Yesus dapat saya andalkan sebagai sahabat yang sejati, karena sikap-Nya terhadap para rasul sungguh-sungguh dihayati-Nya sebagai sahabat. “Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi “AKU MENYEBUT KAMU SAHABAT” (Yoh 15.15).
- Untuk memupuk persahabatan-Nya dengan para rasul, Yesus menuntut dari mereka kepercayaan. (Sebutkanlah ayat-ayat itu!).Sebaliknya, Ia sendiri sangat mempercayai rasul-rasul-Nya, walaupun sulit dimengerti. Misalnya: Yesus mempercayakan tugas-tugas penting kepada Petrus, padahal Petrus berulang kali tidak pantas dipercayai. (Perikope manakah itu?).
- Yesus sungguh mempercayai sahabat-sahabat-Nya. Kepercayaan itu pula yang sangat dibutuhkan kaum remaja. Yesus akan tetap mempercayai kita, walaupun mungkin kita telah mengecewakan-Nya berulang kali.
- Yesus sangat menghormatikawan-kawannya, walaupun mereka datang dari masyarakat kalangan bawah. Yesus menerima mereka seperti adanya. Yesus membuka seluruh rahasia diri-Nya dan tugas perutusan-Nya. “Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahu pada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku” (Yoh 15.15). Inilah sikap seorang sahabat yang sejati
- Yesus menuntut cinta dari sahabat-sahabat-Nya
- (Ayat-ayat manakah itu?)
Cinta yang penuh pengampunan
(Ayat-ayat mana yang menunjukkan hal itu) dan
cinta yang penuh pengorbanan,
bahkan sampai kepada korban nyawa
(Ayat manakah yang menunjukkan hal itu?)
3.Yesus adalah idola yang sejati bagi kaum remaja Yesus adalah tokoh yang dapat dijadikan panutan bagi kaum remaja.
Kepribadian-Nya, ajaran-Nya, dan tindakan-Nya dapat kita jadikan panutan dalam hidup kita!Ciri-ciri kepribadian Yesus antara lain adalah sebagai berikut:
a. Yesus dekat dengan sesama Yesus berasal dari desa Nazareth, dari keluarga yang sederhana.
- Ketika menjadi orang yang termasyur, Ia tidak lupa asal-Nya. Ia tidak tinggal di lingkungan tertutup, di kawasan elite yang aman.
- Ia hidup di tengah-tengah masyarakat, menjelajahi kota dan desa, daerah gunung, dan pantai.
- Ia ada di tengah-tengah suka duka hidup manusia.
- Dalam suasana gembira pesta nikah, Ia tidak sungkan untuk turut bergembira dan mengambil bagian di dalamnya (lih.Yoh 2: 2-12).
- Dalam suasana pedih karena menderita sakit, Ia turut merasa sakit dan menawarkan penyembuhan (lih.Mat 8: 14-17).
Pada saat sesama-Nya lapar,
Ia berusaha untuk mengenyangkan mereka
(lih.Mrk 6: 30-44).
Ia prihatin terhadap sesama-Nya yang terlantar, seperti domba tak bergembala.
Semakin terlibat dengan manusia, Ia semakin mengerti kesulitan dan kebutuhan mereka.
Sebab itu,
Ia mengawali warta-Nya bukan dengan instruksi dan ancaman, tetapi dengan warta tentang kasih dan pengampunan.
Manusia dan prospek masa depannya menjadi pusat perhatian Yesus.
Ia mendalami pengalaman-pengalamanNya sendiri dan pengalaman sesama-Nya, kemudian mengajak para pendengar-Nya untuk menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di dalamnya.
Pengajaran Yesus sungguh praktis dan manusiawi.
Berulang-ulang Ia berbicara tentang
kebersamaan dan kasih sayang.
Yesus berbicara dalam bahasa mudah dimengerti,
apalagi Ia sering memakai perumpamaan
yang dipetik dari pengalaman dan kehidupan sehari-hari.
Ia tidak pernah berbicara dalam rumusan-rumusan
yang muluk-muluk dan sukar dimengerti.
Cara berbicara dan isi pembicaraan-Nya
berkaitan erat dengan hidup masyarakat pada umumnya.
Singkatnya,
seluruh cara dan sikap hidup Yesus,
sampai dengan isi dan tutur kata-Nya
menunjukkan bahwa Ia sangat “dekat” dengan sesama-Nya, khususnya rakyat biasa yang sederhana.
b.Yesus sangat “terbuka” terhadap siapa saja yang datang kepada-Nya
Karena Yesus dekat dengan sesama-Nya, maka Ia juga sangat terbuka kepada siapa saja yang datang kepada-Nya.
- Ia bergaul dengan semua orang. Ia tidak membeda-bedakan orang yang yang dijumpai-Nya dan yang datang kepada-Nya.
- Ia akrab dengan para imam (lih.Yoh 7,42-52), para penguasa, bahkan penjajah (lih.Mrk 7,1-10) yang beritikad baik.
- Ia akrab pula dengan para pegawai pajak yang korup (lih.Lk 19,1-10). Ia menyapa (Jw: “nguwongke”) para wanita “nakal” (lih.Luk 7,36-50), para penderita penyakit yang berbahaya.
- Yesus juga bergaul dan menyapa para pendosa dan kaum wanita.
Ia berusaha untuk merangkul semua orang.
Yesus tidak mau terikat oleh peraturan yang diskriminasi!
4.Yesus berani membela kebenaran dan keadilan
secara konsekuen
Kehidupan rakyat jelata semasa Yesus sungguh parah.
Mereka ditindas dan dihimpit oleh para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama. Yesus berani membela rakyat kecil yang menderita. Yesus tidak pernah bungkam terhadap praktek-praktek sosial yang tidak adil dalam bentuk apa pun.
Yesus tidak berdiam diri atau
bersikap kompromis terhadap
kaum penguasa yang menindas.
Yesus juga tidak segan-segan mengkritik
mereka yang berpakaian halus di istana
(lih.Mat 11: 8).
Ia mengecam raja-raja yang menindas rakyat.
Ia mengecam penguasa-penguasa yang menyebut diri “pelindung rakyat”
(lih.Luk 22,25).
Ia tidak takut menyebut raja Herodes sebagai serigala (lih.Luk 13,32).
Yesus berani mengatakan dengan terus terang
kepada ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan kaum munafik, dan orang-orang yang munafik.
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kaum orang-orang munafik,
sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih,
yang sebelah luarnya memang tampak bersih,
tetapi sebelah dalamnya penuh dengan tulang-belulang dan berbagai jenis kotoran.
Demikian jugalah kamu,
di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang,
tetapi di sebelah dalam kamu penuh dengan kemunafikan dan kedurjanaan”
(Mat 23: 27-28)
Ia berani membela rakyat kecil dengan mengkritik dan menyerang setiap penindasan dan ketidakadilan walaupun penuh risiko bagi hidup-Nya.
Walaupun demikian, Yesus bukanlah seorang tokoh revolusioner yang mau mengubah keadaan sosial dan politik masa itu. Yesus melakukan itu semua dalam rangka mewartakan Kabar Gembira, “Kerajaan Allah”.
Kritik yang tajam terhadap para penguasa yang menindas rakyat tidak bernada politis dan perjuangan kelas.
Yesus hanya mau menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, yakni keadilan, cinta kasih, dan perdamaian.
Para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama harus menegakkan nilai-nilai itu. Mereka harus melayani rakyat kecil, bukan menindasnya!
5.Yesus adalah orang yang sungguh “beriman”
Yesus sangat terbuka terhadap siapa saja
yang dijumpai-Nya dan yang datang kepada-Nya.
Akibatnya,
Yesus dianggap melanggar
ketentuan adat kebiasaan masa itu.
Walaupun demikian,
Yesus tetap berani mengkritik dan menghadapi
para penguasa dan para pemimpin agama
yang bertindak tidak adil terhadap rakyat kecil.
Mengapa Yesus begitu berani? Apakah Dia punya backing?
Yesus memang punya backing, yakni Allah sendiri.
Yesus mempunyai gambaran tentang Allah yang unik,
yakni Allah yang dekat.
Allah yang dekat itu bukan hakim yang harus ditakuti, melainkan ibarat bapa yang baik,
yang merangkul anak-anaknya dengan penuh cinta.
Oleh karena itu,
Yesus mengajak para pengikut-Nya
untuk menyebut Allah “Abba”.
Abba adalah sebutan anak kecil kepada bapanya,
dalam bahasa kita dapat diterjemahkan
dengan “papa” atau “papi”.
Sebagai Bapa yang baik,
Yesus percaya bahwa Allah tidak pandang bulu,
tidak membedakan
si miskin dan si kaya,
si saleh dan si pendosa,
yang baik dan yang jahat,
Yahudi dan bukan Yahudi.
Semua dirangkul,
asal mereka terbuka terhadap cinta-Nya.
Yesus sungguh menghayati Allah yang dekat itu
dan yang memanggil-Nya
untuk melakukan kehendak-Nya
pada setiap situasi konkret.
Beriman kepada Allah
berarti menyadari kehadiran-Nya
di dalam kehidupan kita sehari-hari,
mendengarkan panggilan-Nya
dalam setiap situasi konkret
dan
berusaha menjawab panggilan-Nya sebaik-baiknya.
Itulah yang dibuat oleh Yesus.
Yesus mengutamakan panggilan dan kehendak Allah
dalam setiap situasi, apa pun risiko dan tantangannya.
Yesus menghayati Allah yang dekat
tidak semudah seperti yang kita bayangkan.
Yesus pernah juga merasakan Allah yang jauh
ketika menghadapi saat-saat genting
yang mengancam dan membahayakan hidup-Nya.
Di taman Zaitun itu,
Yesus pernah berdoa:
“Ya, Bapa, kalau boleh, jauhkanlah daripada-Ku penderitaan yang harus Aku alami ini,tetapi jangan menurut kemauan-Ku, melainkan menurut kemauan Bapa”
(bdk.Luk 22: 42).
Bahkan,
ketika Yesus disalib di Golgota
Ia merasa ditinggalkan Allah.
Yesus berkata,
“Ya Allah, Ya Allahku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
(bdk. Mat 27: 46).
Iman selalu merupakan tantangan.
Iman menjadi cemerlang justru dalam tantangan.
Sebagai seorang beriman,
Yesus dapat mengatasi semua tantangan.
Yesus sungguh-sunguh idola bagi kita,
kaum remaja,
terutama pada zaman yang penuh tantangan ini.