Manusia Citra Allah
SETIAP ORANG ITU UNIK
- Setiap manusia itu unik, tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Keunikan itu dapat diamati dari hal-hal fisik, psikis, bakat/ kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya.
- Keunikan diri itu merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan diperlakukan secara khusus pula. Bukankah sulit dibayangkan bila semua manusia itu sama dalam segala hal.
- Tetapi dalam menghadapi keunikan sering ditemukan dua sikap.
- Yang bersikap positif akan menerima keunikan itu sebagai anugerah. Ia bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apapun yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan demikian, ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang lain, ia tidak akan menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan tindakan yang melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya, hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja.
- Ada orang yang kurang menerima keunikan diri.
- Orang yang demikian akan merasa tidak puas, bahkan dapat melakukan tindakan apapun demi menutupi diri, misalnya operasi plastik.
- Orang yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting.
MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH
- Dalam kisah penciptaan dikatakan bahwa manusia diciptakan sebagai citra Allah, artinya serupa dan segambar dengan Allah. Kata “serupa” dan “segambar”, sekaligus melukiskan secara tepat bahwa manusia dan Allah berbeda.
- Sejauh terlukiskan dalam Kitab Suci, istilah citra Allah itu hanya dikatakan pada manusia, tidak dikenakan pada ciptaan Tuhan lainnya. Hanya manusialah yang disebut citra Allah.
- Karena manusia diciptakan sebagai citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang. Ia mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas diri sendiri, mengabdikan diri dalam kebebasan, dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan dipanggil membangun relasi dengan Allah, pencipta-Nya.
- Sebagai citra Allah, manusia sepantasnya memancarkan diri Allah. Maka kalau Allah Maharahim, manusia pun harus penuh pengampunan; kalau Allah Mahabaik, maka manusia pun harus bermurah hati. Sebagai citra-Nya, Allah melengkapi manusia dengan akal budi, kebebasan, dan hati nurani. Kemampuan-kemampuan dasar itulah yang membedakan antara manusia dan ciptaan Tuhan lainnya. Ia adalah ciptaan Allah yang bermartabat luhur.
No comments:
Post a Comment