Tradisi menuliskan pribadi Yusuf, suami Maria sebagai seorang tukang kayu di kota Nazareth. Ia seorang bangsawan yang saleh dan sederhana. Darah kebangsawanannya mengalir dari Raja Daud leluhurnya. Kesucian dan kesalehannya terlihat di dalam ketaatannya pada kehendak Allah untuk menerima Maria sebagai istrinya serta mendampingi Maria dalam membesarkan Yesus, Putera Allah yang menjadi manusia. Kesederhanaannya terlihat dalam pekerjaannya sebagai seorang tukang kayu, dan cara hidupnya yang biasa-biasa saja di dalam masyarakat.
Santo Yusuf diberikan gelar oleh Beato Pius IX: “Pelindung Gereja Katolik”, Paus Pius XII mengajukannya sebagai “Pelindung Para Pekerja”. Atas dasar inilah gereja pada masa kepemimpinan
Paus Pius XII menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari Raya Santo Yusuf Pekerja, sekaligus menetapkan sebagai Hari Buruh. Yusuf selanjutnya diangkat sebagai pelindung para karyawan/buruh yang bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Paus Leo XIII, memberi kesaksian:
"Santo Yusuf adalah seorang tukang kayu yang bekerja dengan jujur untuk menghidupi keluarganya. Dari dia, Yesus belajar tentang nilai, martabat dan kegembiraan apa artinya makan roti yang merupakan hasil usahanya sendiri. Santo Yusuf menjadi pelindung pekerja yang patut diteladani" (PC hlm. 21).
Paus Yohanes Paulus II kemudian menuebutnya sebagai “Penjaga Sang Penebus”, juga tidak jarang orang memohonnya sebagai “Pelindung Kematian Yang Bahagia”.
Dalam pribadi Yusuf, pekerjaan tangan memperoleh suatu dimensi ilahi. Kerja meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Allah dan memungkinkan manusia turut serta di dalam karya penciptaan dan penyelamatan Allah.