Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Sunday, October 13, 2019

SAKRAMEN - INISIASI

Sakramen 
adalah 
tanda keselamatan/rahmat dan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia. 

Yesus Kristus adalah sakramen dasar
karena seluruh hidup Yesus Kristus menghadirkan Allah 
kepada manusia. rahmat dan kasih Allah 
menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. 

Rahmat dalam sakramen 
hanya akan menjadi efektif 
jika penerima sakramen memiliki iman dan keadaan batin 
yang siap dalam pelaksanaannya.


Mengapa tujuh (7) Sakramen?. 
Tujuh Sakramen dipilih 
karena ketujuh sakramen tersebut mewakili seluruh hidup manusia, dan karena angka tujuh merupakan 
angka sempurna yang memiliki makna khusus. 

Ke tujuh sakramen itu dihadirkan 
bersumber dari hidup dan karya Yesus.
  1. Sakramen Baptis (Permandian) = baptisan Yesus (Mat 3:13-17),
  2. Sakramen Ekaristi (Komuni Pertama) = perintah Yesus dalam perjamuan malam terakhir (Luk 22:19),
  3. Sakramen Penguatan (Krisma) = hubungan tak terpisahkan antara Yesus dgn Roh Kudus (Kis 2: 11),
  4. Sakramen Perkawinan = perhatian Yesus yg besar pada ikatan suci perkawinan (Mat 19:3-12),
  5. Sakramen Imamat = Yesus memilih 12 orang & memberi kuasa untuk mewartkan Injil (Mrk 3:13-15),
  6. Sakramen Rekonsiliasi (Tobat) =Yesus memiliki kuasa untuk mengampuni (Mrk 2:5), dan Ia memberi mandat kepada para Rasul untuk menyatakan ada atau tidaknya dosa seseorang (Yoh 20:23),
  7. Sakramen Pengurapan orang sakit (Minyak Suci) = Yesus menyembuhkan banyak orang sakit & pengutusan para murid untuk pelayanan penyembuhan dengan menggunakan minyak (Mrk 6:13).
Sakramen yang hanya dapat diterimakan satu kali seumur hidup adalah Sakramen Baptis, sakramen Krisma, dan Sakramen Imamat. Gereja adalah sakramen keselamatan karena Gereja adalah tanda persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Gereja menghadirkan Kristus. Kristus menghadirkan Allah.

SAKRAMEN INISIASI
Kata inisiasi berasal dari bahasa Latin, 
Initium, yang berarti masuk atau permulaan, 
secara harafiah 
berarti masuk ke dalam atau memasukkan 
atau menerima seseorang ke dalam suatu kelompok. 

Inisiasi merupakan gejala yang sangat biasa di kalangan masyarakat. Setiap orang yang akan masuk ke kelompok tertentu selalu harus melalui tahap inisiasi. Kita bisa temui proses inisiasi pada diri seorang siswa yang masuk ke sekolah baru dia harus menjalani Ospek, seorang karyawan baru harus melewati masa training dan percobaan. 

Lalu bagaimana halnya dengan orang yang ingin menjadi warga Gereja Katolik?

Gereja memiliki inisiasi 
yang diwujudkan dalam penerimaan sakramen inisiasi 
yang diterima oleh siapa 
yang ingin menjadi warga Gereja Katolik. 

Sakramen inisiasi terdiri dari  
  1. Sakramen Baptis, 
  2. Krisma dan 
  3. Ekaristi

Sakramen-sakramen inisiasi ini membawa, 
membuat atau melantik seseorang menjadi orang katolik 
dengan segala hak dan kewajibannya. 

Ada unsur yang berbeda dengan inisiasi pada umumnya. 
Pada inisiasi kristen unsur ilahi menyertainya. 
Hal ini dipahami 
bahwa orang yang menerima sakramen inisiasi 
menjadi milik Kristus sepenuhnya. 

Maka ketiganya harus diterima secara penuh. 
Tidak bisa orang katolik menghilangkan salah satu dari sakramen tersebut.  

Baptis merupakan sakramen inisiasi pertama yang diterimakan. 

Baptis mempunyai dua makna. 
Pertama, diikutsertakan dalam kebangkitan Kristus dan diangkat menjadi putra-putri Allah. 
Kedua, menjadi anggota Gereja, keluarga Allah yang nampak di dunia. 

Baptis yang diterimakan kepada orang yang sudah dewasa langsung disertai dengan menerima ekaristi (komuni) pertama. Baptisan dewasa mengandaikan iman yang personal. 
Maksudnya ialah iman yang tumbuh merupakan iman dirinya sendiri. Atas kesadaran akal budinya seseorang menerima dan mengakui imannya terhadap Kristus. Iman personal inilah yang menjadi dasar dirinya layak dan pantas menerima Tubuh dan Darah Kristus.

Kategori baptisan dewasa 
adalah kelompok usia  anak-dewasa (10 tahun ke atas) 
menerima Sakramen Inisiasi secara lengkap. 

Mereka akan mengikuti pendampingan 
selama satu tahun (minimal 45 kali pertemuan). 

Proses yang harus dijalani para calon baptis 
yang ingin masuk menjadi warga Gereja Katolik 
adalah melewati empat masa 
  • (masa pra katekumenat, 
  • masa katekumenat, 
  • masa persiapan terakhir dan 
  • masa mistagogi).

Pengelompokan usia baptisan bayi 
adalah dibawah lima tahun. 

Bayi yang tergolong dalam kelompok usia tersebut hanya menerima satu sakramen saja yaitu Sakramen Baptis. 

Mengapa baptis bayi tidak langsung disertai dengan penerimaan ekaristi? 

Hal ini disebabkan bayi/anak-anak 
belum mempunyai iman personal. 
Iman yang ada pada bayi adalah iman Gereja, 
yang diwakili oleh orangtua dan wali baptisnya. 

Argumen teologis yang bisa dikatakan 
adalah bahwa Allah berkehendak menyelamatkan 
semua orang dengan perantaraan Yesus. 

Maka tidak ada yang dikecualikan, 
baik anak maupun orang dewasa 
yang tidak bisa menggunakan kehendak dan akal budinya 
secara normal. 

Keselamatan itu diyakini oleh Gereja 
akan diterima mereka lewat baptisan. 

Iman personal kiranya diharapkan akan menyusul kemudian. Setelah dianggap tumbuh iman personalnya 
maka anak diperkenankan menerima ekaristi. 
Hal ini dilaksanakan dalam penerimaan komuni pertama.

Penerimaan Sakramen Ekaristi diterimakan satu kali dalam satu tahun, yaitu pada Perayaan Tubuh dan Darah Kristus. 

Syarat pokok untuk menerima komuni pertama 
adalah  
sudah dibaptis secara Katolik

Sedangkan usia minimal adalah 10 tahun. 

Mengapa usia 10 tahun? 

Karena pada usia tersebut iman personal mulai bertumbuh. 
Selama tiga bulan (12 kali pertemuan) para calon penerima komuni pertama dipersiapkan agar semakin dewasa dalam imannya.


Sakramen Krisma diterimakan kepada 
mereka yang sudah dianggap dewasa dalam iman. 

Kedewasaan ini secara sederhana 
dinampakkan pada kemampuan orang 
untuk terlibat dalam kehidupan Gereja. 

Seseorang menerima krisma 
berarti diteguhkan 
untuk menunaikan tugasnya 
yaitu mengaktualkan keselamatan di dalam jemaat 
dengan terlibat aktif membina diri serta mewartakan Injil Tuhan. 

Seperti halnya dalam baptis, 
Roh Kudus yang sama juga hadir, 
namun berbeda dalam peran dan fungsinya. 

Kehadiran Roh Kudus dalam krisma 
lebih memampukan seseorang 
untuk menjadi amunisi Kristus 
serta secara penuh berpartisipasi dalam imamat Kristus. 

Dengan menerima sakramen krisma 
seseorang secara penuh dipersatukan dengan Kristus 
dan menjadi bagian yang utuh dari Gereja 
beserta segala hak dan kewajibannya.


Demikian pemahaman tentang sakramen dan sakramen inisiasi. Pertanyaan reflektif: 
  • Sudahkah saya menerima ketiganya? 
  • Jika sudah, apakah saya sudah mewujudkan kedewasaan iman dengan terlibat aktif dalam kehidupan dan tugas perutusan Gereja?

SAKRAMEN dan INISIASI











MARIA, TELADAN HIDUP BERIMAN

Bunda Maria biasa disebut Bunda Gereja Kudus sebab dia adalah teladan iman. 
  • Imannya berawal ketika dia menerima dengan gembira dan penuh rasa syukur Dia yang adalah Jalan, Kebenaran dan Kehidupan. Maria mengandung di dalam rahimnya Sang Sabda. 
  • Imannya menjawab, “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan,” adalah iman yang penuh kepercayaan dan pengharapan.

Iman Maria adalah sikap penyerahan dan tunduk kepada Allah. Imannya juga adalah kegembiraan, tetapi juga usaha mencari dengan rendah hati dan penuh rindu akan kehendak Allah. 
Dalam imannya, Maria dapat melihat tanda-tanda kehadiran Allah. Ia merupakan model bagi Gereja sebab ia memadukan rasa syukur atas anugerah Allah dengan kesediaan menjadi pelayan bagi orang lain.

Dasar Biblis

Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru,
  • Maria ditampilkan terutama sebagai ibu kaum beriman, yang dengan setia mengikut Yesus sampai ke Golgota 
(bdk. Yoh 19:25-27; Why 12:17). 
  • Sebagai salah seorang anggota Gereja 
(bdk. Kis 1:14), 
  • Maria telah memberikan teladan, bagaimana Gereja harus bersikap terhadap rencana keselamatan Allah 
(bdk. Luk 1:38), 
  • yaitu dengan merenungkan firman Allah dan melaksanakannya 
(bdk. Luk 2:19.51;11:28).


Dengan demikian, 
bagi Gereja “keibuan rohaniah” 
Maria jauh lebih penting dari pada “keibuan jasmaniah” 
Maria (bdk. Mat 13:55; Mrk 6:3). 
Persatuan dengan Yesus tidak ditentukan oleh hubungan keluarga, melainkan oleh ketaatan kepada kehendak Allah 
(bdk. Mat 12:50; Mrk 3:35; Luk 8:21). 
Sama seperti Yesus yang selalu taat kepada kehendak Allah 
(bdk. Mat 26:39.42; Mrk 14:36; Luk 22:42; Yoh 4:34; 5:30), 
demikian pula para pengikut-Nya harus taat kepada kehendak Allah (bdk. Mat 6:10). 
Dalam hal ketaatan kepada kehendak Allah, 
Gereja perlu meneladani Maria, Bunda Kristus dan Bunda Gereja.

Maria sebagai Bunda Gereja dan Teladan Hidup Beriman

Dewasa ini, Gereja mengalami banyak godaan dan tantangan. 
Hal ini sebenarnya sudah terjadi jauh dalam sejarah Gereja kita. 
Iman anak-anak Allah menyusut dan goyah; percekcokan menghadang mereka. 
Lenyapnya pengharapan adalah dosa yang sangat besar. 
Pada saat-saat seperti inilah kiranya seluruh anggota Gereja mengangkat mata menatap Ibu Maria, Bunda Gereja. 
Ia adalah bunda yang siap meleraikan dan mendamaikan persengketaan, menghimpun kembali orang-orang yang tersebar dan tercerai-berai.

Sementara itu, 
kita tahu bahwa kesesatan-kesesatan atau iri hati melahirkan “dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran” 
(1Tim 6:4). 

Tugas Maria adalah 
menjadi pengantara untuk menyatukan kembali orang-orang agar menjadi sepaham. 
Bukankah peranan ibu rumah tangga adalah menyatukan kembali anak-anak-Nya? 
Ia akan senantiasa berdoa untuk kita. 

Doa Maria Berjaya terhadap semua bidaah; 
doanya menghasilkan kesepakatan roh-roh 
tentang isi ajaran yang diwahyukan. 
Itulah sebabnya bahwa banyak sekali bidaah yang condong untuk menolak Maria atau memperkecil kehormatan dan peranannya. 

Bunda Maria adalah ibu 
yang menjadi teladan iman 
karena doa-doa dan perhatiannya kepada kita.


“Per Mariam ad Iesum (Melalui Maria sampai kepada Yesus)”, 
demikian bunyi permenungan kita tentang siapa Maria.

Tujuan doa-doa kita adalah Allah, 
yang menjadi manusia dalam Diri Yesus Kristus. 

Kita tidak menyembah Maria, karena dia bukan Allah. 
Maria tetaplah manusia, tetapi dia adalah manusia istimewa pilihan Allah yang menjadi model hidup keberimanan kita. 

Pernyataan yang benar adalah kita berdoa bersama Maria, 
kita memohon pertolongannya, 

“….doakanlah kami yang berdosa ini, 
sekarang dan waktu kami mati. 
Amin.”

JADI KATOLIK = setia pada TUHAN, KRISTUS, GEREJA dan Diri SEndiri

Rasul Yohanes mengajarkan bahwa 
kesetiaan kepada Tuhan diukur dari kesetiaan 
kepada keseluruhan pengajaran yang dikenali sebagai wahyu ilahi sejak awal mula 
(lih. 1 Yoh 2:24). 
 
Jika Allah menghendaki 
agar kita menerima ajaran-Nya 
dengan menerima ajaran para nabi yang mencapai puncaknya 
pada penggenapannya dalam diri Kristus, 
kita menerima kehendak Allah ini, 
dengan menerima Kristus sepenuhnya. 
 
Sebab Kristus sepenuhnya menyatakan 
Allah dan kasih-Nya kepada kita 
(Kol 1:19; 2:9), 
sehingga Rasul Paulus mengatakan 
bahwa Kristus adalah segalanya 
(lih. Kol 3:11). 
 
Maka penerimaan Kristus sepenuhnya ini 
termasuk dengan menerima segala ajaran-Nya 
dan menjadi anggota Gereja yang didirikan-Nya. 
Jika Kristus menjamin kuasa mengajar Gereja 
yang dilaksanakan oleh para rasul, secara khusus, 
oleh Rasul Petrus dan para penerus mereka, 
maka demi ketaatan kita kepada Kristus, 
kita mentaati juga ajaran Gereja-Nya tersebut. 
 
Sebab kita mengingat 
perkataan Kristus sendiri kepada para murid-Nya, 
“Barangsiapa mendengarkan kamu, 
ia mendengarkan Aku; 
dan barangsiapa menolak kamu, 
ia menolak Aku; 
dan barangsiapa menolak Aku, 
ia menolak Dia yang mengutus Aku.” 
(Luk 10:16).

Dengan ketaatan yang menerima keseluruhan Kristus 
dan ajaran-Nya ini, 
maka seorang Katolik memberikan 
kata “Ya” tanpa syarat dalam iman kepada Allah. 
 
Pemberian persetujuan iman tanpa syarat ini, 
menjadi tanggapan yang mendamaikan bagi hati kita 
sebagai manusia yang senantiasa resah/ gelisah, 
sampai kita beristirahat di dalam Tuhan.[5] 
 
Sebab dengan menyerahkan pemahaman kita 
kepada Kristus melalui Gereja-Nya, 
kita tidak lagi perlu gelisah menginterpretasikan 
banyak hal menurut pemahaman sendiri, 
yang dapat berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain, 
bahkan bertentangan, terhadap suatu topik pengajaran yang sama. 
 
Dengan menerima sepenuhnya pengajaran Gereja, 
kita memperoleh kepenuhan makna ajaran Kristus, 
dan ini menghasilkan ketenangan bagi jiwa. 
 
Menarik jika kita menyimak tayangan Journey Home 
di situs EWTN (Eternal Word Television Network) 
yang mengisahkan tentang pencarian akan kepenuhan kebenaran yang membawa kepada Gereja Katolik,  
 
Di sana ada lebih dari 700 kisah kesaksian 
dari mereka yang non-Katolik, 
bahkan banyak di antaranya pendeta, 
yang akhirnya menjadi Katolik 
karena setia mencari 
apa yang dirindukan oleh hati nurani mereka sendiri, 
yang membawa mereka menemukan ‘rumah’ mereka 
yang sesungguhnya di Gereja Katolik.

JADI KATOLIK = yang LAHIR dari HATI KUDUS YESUS

Namun bagi saya sendiri, pengalaman yang tak terlupakan dan begitu mengena di hati saya, adalah ketika saya mendengar dan merenungkan kutipan pengajaran dari St. Yohanes Krisostomus tentang Gereja. 
 
Ia mengajarkan demikian:
“Mengalir dari rusuk-Nya, air dan darah”. Saudara saudari terkasih, jangan lewatkan misteri ini tanpa permenungan; ini mempunyai makna lainnya yang tersembunyi, yang akan kujelaskan kepadamu. Telah kukatakan bahwa air dan darah menandakan Pembaptisan dan Ekaristi kudus. 

Dari kedua sakramen ini, Gereja dilahirkan: dari Pembaptisan, [yaitu] “air pembasuh yang memberikan kelahiran kembali dan pembaharuan melalui Roh Kudus”, dan dari Ekaristi kudus. Karena simbol Pembaptisan dan Ekaristi mengalir dari rusuk-Nya, maka dari rusuk-Nyalah Kristus membentuk Gereja, seperti Ia telah membentuk Hawa dari rusuk Adam. 

Nabi Musa telah memberikan secercah tanda tentang hal ini, 
ketika ia menceritakan kisah 
tentang manusia pertama dan membuat Adam 
mengatakan: 
“Tulang dari tulangku dan daging dari dagingku!” 

Sebagaimana Tuhan mengambil 
sebuah tulang rusuk dari rusuk Adam 
untuk membentuk seorang perempuan, 
demikianlah Kristus telah memberikan kepada kita 
darah dan air dari rusuk-Nya untuk membentuk Gereja. 

Tuhan mengambil tulang rusuk tersebut ketika Adam sedang tertidur lelap, dan dengan cara yang sama Kristus memberikan darah dan air setelah kematian-Nya sendiri.

Maka, tidakkah kamu mengerti, 
betapa Kristus telah mempersatukan Mempelai-Nya 
dengan diri-Nya sendiri, 
dan santapan apakah yang Ia berikan 
kepada kita semua untuk kita makan? 

Dengan santapan yang satu dan sama, 
kita dilahirkan dan diberi makan. 
Seperti seorang wanita memberi makan anaknya 
dengan air susu dan darahnya sendiri, 
demikianlah Kristus terus menerus 
memberi Darah-Nya sendiri kepada mereka 
yang kepadanya Ia telah menyerahkan hidup-Nya

Sudah lama saya mendengar bahwa 
Gereja adalah Mempelai Kristus, 
tetapi saya tidak menyadari sedemikian eratnya 
hubungan Kristus dengan Gereja-Nya, 
sampai saya membaca tulisan St. Yohanes Krisostomus ini. 

Kristus adalah Adam yang baru, 
dan Gereja adalah Hawa yang baru, 
yang dibentuk dari rusuk/lambung Kristus, 
yang dihubungkan juga dengan hati kudus-Nya—
sebab maksud prajurit itu menikam 
adalah menikam jantung hati Kristus, 
untuk memastikan kematian-Nya. 

Hubungan Kristus dan Gereja sebagai Adam dan Hawa yang baru, merupakan penggenapan sempurna kisah Adam dan Hawa yang telah dikisahkan dalam Perjanjian Lama.

St. Yohanes Krisostomus 
bukan Bapa Gereja pertama yang mengajarkan 
bahwa Gereja lahir dari tubuh Kristus, 
sebagaimana Hawa dari tubuh Adam. 

St. Irenaeus (abad ke-2) 
mengajarkan 
bahwa Gereja bagaikan aliran mata air 
yang mengalir dari tubuh Kristus, 
dan dari air ini kita memperoleh santapan kehidupan.

St. Ambrosius juga 
mengajarkan demikian, 
sebagaimana dikutip dalam Katekismus:

KGK 766        
Tetapi Gereja muncul terutama 
karena penyerahan diri Kristus 
secara menyeluruh untuk keselamatan kita, 
yang didahului dalam penciptaan Ekaristi 
dan direalisasikan pada kayu salib. 

“Permulaan dan pertumbuhan itulah 
yang ditandakan dengan darah dan air, 
yang mengalir dari lambung Yesus yang terluka di kayu salib.”

“Sebab dari lambung Kristus yang berada di salib, 
muncullah Sakramen seluruh Gereja yang mengagumkan.”

Seperti Hawa dibentuk dari rusuk Adam yang sedang tidur, 
demikian Gereja dilahirkan dari 
hati tertembus Kristus yang mati di salib.

Pengajaran para Bapa Gereja ini 
membuka mata rohani saya, 
bahwa sejak awal mula, 
Allah telah merencanakan kesempurnaan ciptaan-Nya, 
dengan mempersatukan semua umat manusia ciptaan-Nya 
di dalam Kristus dan Gereja. 

Tiba-tiba pengajaran di Katekismus menjadi ‘make sense‘ buat saya, setelah merenungkan penggenapan kisah Adam dan Hawa di dalam diri Kristus dan Gereja sebagai Adam dan Hawa yang baru. 

Sebagaimana manusia pertama—Adam dan Hawa—menjadi puncak karya penciptaan Allah, 
demikianlah Kristus dan Gereja 
menjadi puncak karya keselamatan Allah. 

Persatuan manusia dengan Kristus tercapai secara sempurna 
dalam diri Bunda Maria, 
maka tak mengherankan, jika dalam tulisan yang lain para Bapa Gereja menyebut Bunda Maria juga sebagai Hawa yang baru. Sebab Bunda Maria adalah anggota pertama dan utama dari perkumpulan umat manusia di dalam Kristus, yang kemudian disebut Gereja.

KGK 760        
“Dunia diciptakan demi Gereja”, demikian ungkapan orang-orang Kristen angkatan pertama. 
Allah menciptakan dunia 
supaya mengambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya. 

Keikut-sertaan ini terjadi 
karena manusia-manusia dikumpulkan dalam Kristus, 
dan “kumpulan” ini adalah Gereja. 

Gereja adalah tujuan segala sesuatu. 
Malahan peristiwa-peristiwa yang menyakitkan hati, 
seperti jatuhnya para malaikat dan dosa manusia, 
hanya dibiarkan oleh Allah sebagai sebab dan sarana, 
untuk mengembangkan seluruh kekuatan tangan-Nya 
dan menganugerahkan kepada dunia cinta-Nya yang limpah ruah:

“Sebagaimana kehendak Allah 
adalah satu karya dan bernama dunia, 
demikian rencana-Nya adalah keselamatan manusia, 
dan ini namanya Gereja.”

Gereja yang dimaksud di sini 
adalah satu-satunya Gereja 
yang didirikan Kristus di atas Rasul Petrus 
(lih. Mat 16:18), 
dan bahwa Kristus menjamin akan menyertainya 
sampai akhir zaman 
(Mat 28:19-20). 

Sebagaimana hanya ada satu Hawa 
yang dibentuk dari Adam, 
demikian pula hanya ada satu Gereja 
yang dibentuk dari Kristus. 

Maka Gereja tak pernah terpisah dari Kristus. 
Gereja bukan sesuatu yang dibentuk sendiri 
oleh beberapa orang beriman, 
dan kemudian diklaim sebagai Gereja Kristus. 

Gereja adalah suatu ‘pemberian’ dari Kristus 
dan dibentuk sendiri oleh Kristus, 
yang ditandai oleh darah dan air 
yang mengalir keluar dari lambung-Nya yang terluka di kayu salib. 

Maka rencana Allah untuk mempersatukan 
seluruh dunia di dalam Kristus sudah ada sejak awal mula, 
namun rencana ini baru mulai terwujud pada saat 
Gereja dibentuk dari air dan darah 
yang keluar dari lambung Yesus yang tertikam di salib. 

Gereja ini kemudian ditampilkan kepada dunia 
pada hari Pentakosta, dengan datangnya Roh Kudus.

Satu-satunya Gereja yang didirikan oleh Kristus 
di atas Rasul Petrus, 
yang masih ada sampai sekarang 
di bawah pimpinan penerus Rasul Petrus 
adalah 
Gereja Katolik. 

Jika Kristuslah yang mendirikan Gereja ini, 
dan yang telah menyerahkan nyawa-Nya baginya, 
maka sudah selayaknya saya memutuskan untuk menjadi anggota Gereja-Nya ini.

Maka menjadi Katolik bagi saya 
tidaklah semata suatu kebetulan, 
karena dilahirkan oleh orang tua yang Katolik. 

Saya menjadi Katolik 
karena ingin mentaati Allah sepenuhnya, 
yang telah mewahyukan melalui Kristus, 
segala ajaran-Nya dan undangan-Nya 
untuk bersatu dengan-Nya dan dengan sesama umat manusia, 
di dalam Kristus dan melalui Gereja yang didirikan-Nya, 
yaitu Gereja Katolik.

Tuhan, bantulah aku untuk setia pada imanku ini, sampai akhir hayatku.

ALLAH TRITUNGGAL = memahami

Allah Tritunggal atau Trinitas merupakan doktrin yang sukar dan membingungkan kita. Kadang-kdang orang Kristen dituduh mengajarkan pemikiran yang tidak masuk akal (logika), yaitu 1+1+1=1. ini merupakan pernyataan yang salah. Mengapa tidak memakai formula 1x1x1=1 atau 1:1:1=1? Istilah Trinitas bukan menjelaskan relasi dari Tiga Allah (ini yang sering dikatakan oleh sekte Unitarian kepada Orang Kristen). 

Tritunggal bukan berarti triteisme, yaitu di mana ada tiga keberadaan yang tiga-tiganya adalah Allah. Kata Trinitas dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari Allah, baik dalam hal keesaan-Nya maupun dalam hal keragaman-Nya.
 
Formulasi Trinitas yang telah dikemukakan dalam sejarah adalah Allah itu satu esensi dan tiga Pribadi. Formula ini memang merupakan suatu hal yang misteri dan paradoks tetapi tidak kontradiksi. Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensi-Nya atau keberadaan-Nya, sedangkan keragaman-Nya diekspresikan dalam Tiga Pribadi. 

Istilah Trinitas sendiri tidak terdapat dalam Alkitab, namun konsepnya dengan jelas diajarkan oleh Alkitab. Di satu sisi, Alkitab dengan tegas menyatakan keesaan Allah (Ulangan 6:4) dan (ihat juga 1Kor 8:4,6; 1Tim 2:5-6, Yak2:19) 

Di sisi lain, Alkitab dengan tegas menyatakan keilahian tiga pribadi dari Allah: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Gereja telah menolak ajaran-ajaran bidat modalisme dan triteisme. 
Modalisme adalah ajaran yang menyangkali perbedaan Pribadi-Pribadi yang ada di dalam keesaan Allah, dan menyatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus hanyalah merupakan tiga cara Allah di dalam mengkspresikan diri-Nya. 
Di pihak lain, Triteisme mengungkapkan pernyataan yang salah, yaitu ada tiga keberadaan yang menjadi Allah.
 
Istilah Pribadi sama sekali tidak berarti adanya perbedaan di dalam esensi, tetapi perbedaan di dalam subtansi dari Allah. Substansi-substansi pada diri Allah memiliki perbedaan yang nyata satu dengan yang lain tetapi tidak berbeda secara esensi, dalam arti suatu keberadaan yang berbeda satu dengan yang lain.setiap Pribadi berada ”di bawah” esensi Allah yang murni. 

Perbedaan substansi ini berada dalam wilayah keberadaan, bukan suatu merupakan suatu keberadaan atau esensi yang terpisah. Semua pribadi pada diri Allah memiliki atribut ilahi.

Setiap Pribadi di dalam Trinitas memiliki peran yang berbeda.  
Karya keselamatan dalam pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Namun, di dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus. 

Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; 
Anak menebus ciptaan; dan 
Roh Kudus melahirbarukan dan menguduskan, 
dalam rangka mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.

Keilahian Bapa:
  • Mat 6:26 bdk Mat 30,32, Yoh.1:18, 6:46, Ro 1:7

Keilahian Yesus Kristus:
  • Pengakuan Tomas: Yoh 20:28.
  • Kesaksian Paulus: Flp 2:5-11.
  • Ibr 1:2,8.
  • malaikat Allah adalah malaikat-Nya: Luk.12:8-9; 15:10, Mat13:41.
  • kerajaan Allah dan orang-orang pilihan Allah adalah milik-Nya: Mat 12:28, 19:14, 24, 21:31,43, Mrk13:20.
  • mengampuni dosa: Mrk 2:8-10.
  • wewenang untuk menghakimi dunia: Mat.25:31.
  • berkuasa atas dunia: Mat 24:30, Mrk 14:62.

Keilahian Roh Kudus:
  • berdusta kepada Roh Kudus = berdusta kepada Allah ( bdk. 1 Kor.6:19-20).
  • Roh Kudus digambarkan sebagai memiliki sifat dan melakukan pekerjaan Allah (Yoh.16:8-11, 3:18).
  • Roh Kudus dinyatakan sederajat dengan Allah(Mat 28:19; 2Kor 13:14, 1Pet 1:2).
Doktrin Tritunggal tidak menunjukkan bagian-bagian atau peran-peran dari Allah. Analogi manusia yang menjelaskan seseorang yang adalah seorang ayah, seorang anak, dan seorang suami tidak dapat mewakili misteri dari natur Allah.
Doktrin Tritunggal tidak secara lengkap menjelaskan tentang karakter Allah yang bersifat misteri. Sebaliknya, doktrin ini memberikan perbatasan yang tidak boleh kita langkahi. Doktrin ini menjelaskan batas pemikiran kita yang terbatas. Doktrin Tritunggal menuntut kita untuk setia pada wahyu ilahi yang menyatakan bahwa dalam satu pengertian Allah adalah esa dan dalam pengertian lain Dia dalah tiga.
  • Doktrin Tritunggal meneguhkan kesatuan Allah di dalam tiga pribadi
  • Doktrin Tritunggal bukan merupakan suatu kontradiksi; Allah memiliki satu esensi dan tiga pribadi.
  • Alkitab meneguhkan baik keesaan Allah dan keilahian dari Bapa, Anak dan Roh Kudus.
  • Ketiga pribadi di dalam Tritunggal dibedakan melalui karya yang dilakukan oleh Bapa, Anak dan Roh Kudus.
  • Doktrin Tritunggal memberikan batasan kepada spekulasi manusia tentang natur Allah.