Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Wednesday, August 28, 2019

ROH KUDUS MEMBERI DAYA KEKUATAN

Sebagaimana para rasul menjadi berani untuk mewartakan dan memberi kesaksian kepada dunia tentang Yesus yang bangkit dari antara orang mati setelah Pentakosta, demikian pula kita. 
Roh Kudus yang satu dan sama yang dicurahkan kepada kita pada saat menerima sakramen baptis dan krisma akan memberikan daya dan kekuatan pula kepada kita. 
Roh Kudus akan memampukan kita untuk berani memberikan kesaksian tentang Kristus, memampukan kita untuk mau memberikan pelayanan kepada jemaat, menggerakkan dan mendorong kita untuk membangun persekutuan yang kokoh, dan menguduskan umat melalui kegiatan- kegiatan liturgi.

Roh Kudus memampukan kita untuk memberi kesaksian hidup ( martyria )
  • Yesus dalam hidupnya telah memberikan contoh yang paling nyata tentang kasih-Nya. Kerelaan-Nya berkorban sampai mati di kayu salib demi cinta-Nya kepada manusia bukan hanya sebuah cerita sandiwara, melainkan sungguh nyata. Beranikah kita untuk meneladan sikap Yesus dalam kehidupan kita? Kish santo- santa adalah bukti keteladan yang patut kita contoh.
Roh Kudus memampukan kita untuk melaksanakan tugas pelayanan ( diakonia )
  • Yesus adalah seorang Raja yang mau menjadi Pelayan. “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."( Markus 10: 45 ).
  • Untuk melayani dibutuhkan sikap kerelaan untuk berkorban dan tanpa pamrih. Daya kekuatan Roh Kudus akan memampukan manusia bertindak berdasarkan kasih tanpa pamrih.
  • Seperti dalam cerita kehidupan di bawah ini, dimana karena terbiasa melayani orang lain, dengan membiasakan membantu orang lain, maka Roh Kudus akan menunjukkan jalan yang terbaik bagi hidupnya.
Roh Kudus menggerakkan dan mendorong kita untuk membangun persekutuan yang kokoh.
  • Cara hidup jemaat perdana telah memberikan contoh kepada kita, bagaimana persekutuan yang kokoh itu diupayakan ( Kis 2: 41- 47 ). Roh Kuduslah yang memimpin mereka sehingga persekutuan itu tetap kokoh. Situasi jaman ini menuntut kita sebagai anggota Gereja untuk mengupayakan kekuatan dalam persekutuan Gereja. Maka dibutuhkan sikap saling mempehatikan dan membantu setiap anggota yang membutuhkan.
Roh Kudus mendorong umat beriman untuk saling menguduskan melalui kegiatan liturgi.
  • Roh Kudus selalu membimbing umat beriman untuk mencari dan menemukan kekudusan, sehingga Gerejapun menjadi kudus berkat daya karya Roh Kudus. Dalam kehidupan sebagai umat beriman, kegiatan untuk saling menguduskan dapat dilakukan melalui bidang liturgi. Contoh kegiatan bidang liturgi misalnya: Perayaan Ekaristi, Ibadat Sabda, koor Gereja, Ibadat jalan Salib, dsbnya. Roh Kudus mendorong umat beriman untuk ikut terlibat dalam kegiatan- kegiatan liturgi tersebut.

BERAGAMA

Wahyu adalah pernyataan diri Allah terhadap manusia (Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia). Unsur wahyu adalah mengenalkan / memperkenalkan, menunjukkan, menghadirkan Diri dan kehendak-Nya (datang, mendekat / melawat, mendekati, menyapa, menolong).

Agama adalah sesuatu yang melekat dalam diri seseorang, berupa ungkapan dan perwujudan keyakinan pribadi yang menuntun seseorang pada keselamatan kini dan nanti di akhirat.dari dahulu manusia sudah menyadari bahwa Allah merupakan sumber keselamatan manusia. 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama didefinisikan sebagai ajaran / sistem yang mengatur tata keimanan (keimanan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan sesame manusia serta lingkunganya. 
Dalam Glossary Katekimus Gereja Katolik dikatakan bahwa agama adalah satu perangkat kepercayaan dan tindakan yang diikuti oleh mereka yang berkomitmen untuk melayani dan menyembah Allah.

Ada berbagai alasan / motivasi yang muncul saat manusia menganut suatu agama, yaitu
  1. Untuk memperoleh kepastian jawaban terhadap rahasia tersembunyi atas hidupnya, untuk dihantar pada tujuan akhir yaitu kepada Tuhan yang dikenal sebagai penyelenggara dan tujuan akhir hidup manusia
  2. Menemukan jawaban : Manusia sering menghadapi berbagai pertanyaan yang sulit dipecahkan oleh kemampuan akal-budinya.
  3. Mencari perlindungan : Dalam hidupnya manusia kerap kali merasa tidak berdaya, manusia seringkali menyadari kekuatan yang jauh lebih hebat dari dirinya
  4. Meneguhkan tata nilai ;Melalui agama, segala nilai yang baik dan benar itu dihayati sebagai yang dikehendaki Allah, sedangkan yang jahat dan salah dianggap berlawanan dengan kehendak Allah
  5. Memuaskan kerinduan akan masa depan yang lebih baik : Akhirnya konsep tentang surga dijadikan harapan masa depan, sedangkan neraka dijadikan hal untuk dihindari.

Beberapa penghayatan / praktek agama yang tidak benar
  • Menjalani hidup beragama hanya sebatas hal-hal lahiriah;
  • Beragama KTP (beragama dirasa sudah cukup jika mencantumkan identitas agama yang dianutnya dalam KTP);
  • Beragama hanya menjalankan perintah-perintah pemimpin agama saja;
  • Menyalahgunakan agama untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya;
  • Menjadikan agama untuk kepentingan politis, pribadi.

Berdasarkan Nostra Aetate art. 1, beragama yang benar adalah sebagai berikut.
  • Tidak bersikap formalities dalam beragama, artinya kita jangan hanya sebatas memenuhi tuntutan / kewajiban semata, apalagi hanya sekedar ingin dilihat dan dinilai baik orang lain.
  • Benar-benar mendalami ajaran agama kita, sehingga kita tidak jatuh pada pemahaman yang dangkal dan setengah-setengah.
  • Mengamalkan ajaran agama secara baik dan benar, tidak hanya sebatas mengetahui saja.
  • Bersikap kritis dalam menyikapi pandangan agama sendiri maupun agama orang lain, dengan mengutamakan kehendak Allah sebagai ukuran kebenaran.

UNSUR - UNSUR AGAMA
  1. Jemaat : Biasanya umat beragama merasa dirinya dipersatukan bukan hanya atas inisiatif atau upaya para anggota. Tuhan sendirilah yang mempersatukan mereka.
  2. Tradisi : Salah satu unsur tradisi yang sangat penting adalah ajaran yang diteruskan secara turun temurun. Ajaran itu pada umumnya mengandung tiga bidang: ajaran keselamatan, ajaran moral dan ajaran ibadat.
  3. Ibadat:Ada yang melihat ibadat sebagai pertemuan antara Allah dan manusia. Ada juga yang membatasi ibadat pada ungkapan ketakwaan dan saling mengukuhkan iman
  4. Tempat ibadat :Tempat ibadat dipandang sebagai tempat yang dikhususkan bagi pertemuan dengan Tuhan. Selain itu tempat ibadat dipandang sebagai tempat yang suci.
  5. Petugas ibadat: Sebenarnya petugas ibadat itu suci, karena ibadat yang dilayani olehnya bersifat suci. Dalam hal ini ada perbedaan-perbedaan besar antara para petugas ibadat dari pelbagai agama.

Beragama berdasarkan Mat 5:17-48
  • Menjauhi sikap formalistis dalam beragama
  • Mendalami ajaran agama supaya tidak jatuh pada pemahaman yang dangkal dan setengah-setengah dan dapat mengamalkan ajaran agama secara benar
Beragama berdasarkan Luk 18: 9-14
  • Yesus mengkritik orang Farisi dan para pemuka agama yang merasa lebih baik dibandingkan orang lain.
  • Yesus memuji pemungut cukai karena ia bersikap rendah hati di hadapan Allah
Praktik beragama yang benar
  • Berusaha dan dimotivasi oleh keinginan menjalin hubungan yang akrab dan mendalam dengan Allah juga dengan sesama.
  • Hidup beragama itu sendiri harus didasarkan pada dorongan dari dalam untuk mencari kebenaran sehingga agama menjadi pedoman hidup dan sarana bagi manusia menuju Allah sebagai sumber keselamatan sejati
Dampak beragama yang baik dan benar
  1. Merasa damai
  2. Hidup dalam kasih dan persaudaraan
  3. Hidup tertata dengan baik
  4. Relasi dengan sesama rukun
  5. Hati mereka tak pernah tenang melihat penderitaan sesama
  6. Berani menanggung risiko dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan bahkan rela berkorban sampai mati

BERIMAN

Pengertian wahyu
  1. Pernyataan Allah yang tak kelihatan, misterius, yang tak mungkin dihampiri manusia dengan kemampuannya sendiri. Dalam pernyataan itu Allah memperkenalkan diri-Nya dan memberikan diri-Nya untuk dikasihi. Subjek pewahyuan ilahi adalah Allah sendiri
  2. Dirumuskan juga demikian ” Maka dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya...” Di sini kita melihat pengakuan Gereja Katolik akan Allah yang dari kelimpahan cinta kasihNya mau menjadi sahabat manusia.
  3. Allah yang diperkenalkan adalah Allah yang baik, bijaksana, berkelimpahan cinta kasih. Jadi, keinginan Allah mau bersahabat itu karena kebaikan, cinta, dan kebijaksanaanNya. Dialah Bapa yang diperkenalkan oleh Yesus Kristus. Jadi isi pewahyuan adalah diri Allah sendiri dan rahasia kehendak-Nya.

Kesimpulan Wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, yang berbicara dengan manusia, yang berhubungan secara pribadi dengan manusia.


Pengertian iman
  1. Iman adalah sikap penyerahan diri manusia dalam pertemuan pribadi dengan Allah
  2. Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan sekaligus, tidak terpisahkan dari itu, persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah.
  3. “Kepada Allah yang mewahyukan diri, manusia harus menyatakan ketaatan iman. Dalam ketaatan iman tersebut manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan kepenuhan akal budi dan kehendak yang penuh kepada Allah pewahyu ...” (DV 5).

MAKNA BERIMAN
  1. Beriman tidak hanya sekedar tahu atau sekedar percaya, tetapi berani melakukan apa yang diketahui dan dipercayai.
  2. Dengan kata lain, beriman kepada Allah, berarti menyerah kan diri secara total kepada Allah
  3. Penyerahan diri secara total itu muncul berdasarkan keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan dan melakukan yang terbaik bagi manusia. Yang dikehendaki Allah semata-mata kebahagiaan dan keselamatan manusia.
  4. Sikap penyerahan diri secara total tersebut memungkinkan manusia tidak tawar-menawar, apalagi memaksakan kehendak sendiri, tidak ragu-ragu.

ASPEK DALAM BERIMAN
  • Iman adalah rahmat
  • Iman adalah anugerah
  • Iman itu personal
  • Beriman itu proses
  • Iman itu berkembang dalam kebersamaan dengan orang lain

YESUS: MANUSIA DAN TUHAN

Dua Dimensi manusia
  1. Manusia memiliki dimensi kemanusiaan, misalnya:
    1. dilahirkan ibu,
    2. berjenis kelamin,
    3. bisa marah,
    4. kecewa,
    5. sedih,
    6. gembira,
    7. sakit,
    8. dapat mati
  2. Manusia juga memiliki dimensi keillahian, misalnya:
    1. bisa mengasihi,
    2. bisa mengampuni,
    3. Bisa berbelarasa.
Kalimat yang berbunyi  “kesabaranku ada batasnyajuga” hendak menegaskan bahwa dimensi rohani dalam diri manusia tidak bisa memancar sepenuhnya karena dibatasi oleh kemanusiaannya.
Yesus sungguh manusia dan Yesus sungguh Allah.
Allah menjelma menjadi manusia karena Dia solider dengan kehidupan manusia
Dimensi Kemanusiaan Yesus
  • Memiliki silsilah dalam keluarga, dengan demikian Yesus hidup dalam sejarah manusia sebagaimana manusia pada umumnya
  • Yesus dilahirkan dari rahim Ibu Maria
  • Nenek moyang Yesus adalah Abraham
  • Yesus berjenis kelamin laki-laki (Luk 2:1-7)
  • Yesus mencari nafkah dengan bekerja sebagai tukang kayu (Mrk 6:3)
  • Yesus mengenal sukacita, kesedihan, lapar, haus,letih, tidur, marah, takut, tertawa dan menangis
  • Yesus bergaul dan bertemu orang-orang lain
  • Yesus mengalami kejadian seperti manusia lain: meninggal
  • Mempunyai ayah ibu
  • Ia dilahirkan dari rahim Maria. Mat 1: 1-17
  • Ia lahir di Betlehem.
  • Ia berjenis kelamin laki-laki. Luk 2:1-7
  • Ia bekerja menjadi tukang kayu (Mark 6:3),
  • bisa marah (Luk 19:45),
  • merasa sedih (Mrk. 14: 34),
  • merasa lapar (Mat 21:18),
  • haus (Mat 25:35),
  • Tertawa dan menangis Yoh 11:35
  • Ketakutan (Mark 22:44)
  • mengalami kematian
  1. Luk 23:44-49,
  2. Mark 15: 33-41,
  3. Mat 27:45-56,
  4. Yoh 19:28-30
Dimensi Keallahan Yesus
Berasal dari Allah, Yesus adalah Firman (Yoh 1:1.14)

  • Juru Selamat, Kristus, Tuhan (Luk 2:8-20)
  • Dinyatakan para gembala “kemuliaan bagi Allah …” (Luk 2:13-14)
  • Mengatakan sendiri “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30), “siapa melihat Yesus melihat Bapa” (Yoh 14:9), Yesus di dalam Bapa dan Bapa di dalam Yesus (Yoh 14;11)
  • Peristiwa penggandaan roti (Yoh 6:1-15),
  • Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Luk 5:27-32),
  • Yesus membangkitkan anak muda di Nain (Luk 7:11-17),
  • Yesus mengusir roh jahat (Luk 8:26-39),
  • Yesus meredakan angin ribut (Luk 8:22-25),
  • Yesus berjalan di atas air (Mat 14:22-33),
  • Yesus bangkit dari alam maut (Mat 28:1-10),
  • dan ketika Ia naik ke Surga (Luk 24:50-53)
Makna kemanusiaan dan keallahan Yesus
  1. Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia berarti Allah menjelma menjadi manusia
  2. Allah yang mengambil kodrat manusia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa, ingin menunjukkan pada kita bahwa Allah itu pengasih
  3. Dia mau turun ke bumi merasakan suka duka yang dialami manusia dan bergaul dengan manusia, Dia terbuka dan solider dengan kehidupan manusia
  4. Dia menyapa manusia secara pribadi dan akrab dengan manusia, dengan demikian pewartaan karya keselamatan dapat lebih mudah dipahami dan diterima oleh manusia
  5. Dengan memahami Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, kita diajak untuk meneladani cinta-Nya.
  6. Walau Ia Allah, Ia tidak meninggikan diri-Nya. Ia mau turun ke bumi untuk menyelamatkan manusia

ALLAH SUMBER KESELAMATAN

Salah satu kerinduan setiap manusia yang paling dalam adalah memperoleh keselamatan bagi hidupnya. Bagi orang beriman, kerinduan untuk keselamatan berdasarkan iman akan Allah sebagai sumber keselamatannya yang pertama dan utama.

Tanda kasih Allah adalah keselamatan dalam Kristus itu lebar, panjang, dalam, dan tingginya melebihi apapun juga di dunia ini (Efesus 3:18).
Mengandung 4 arti penting :
  • Diselamatkan dari dosa & perbudakan. (Roma 10:1 dan Kisah Rasul 7:25)
  • Diselamatkan dari kehancuran & penghinaan. (Ibrani 10:1)
  • Diselamatkan dari tubuh yang menderita atau sakit. (Kisah Rasul 3:6, 4:10)
  • Diselamatkan dari segala kutuk dan maut, serta diselamatkan sampai dengan akhirnya. (Roma 13:11)

Keselamatan tidak dibatasi hanya penebusan dan pengampunan dosa saja, tetapi secara lengkap mengandung sebagai berikut.
Orang percaya yang sudah menerima Kristus telah, sedang dan akan diselamatkan. Bagi yang belum menerima keselamatan dalam arti yang sesungguhnya seperti 4 arti keselamatan di atas, maka mintalah, beriman, dan bersyukurlah.
Banyak orang pada zaman sekarang kurang memiliki relasi yang dekat dengan Allah. Banyak orang beranggapan bahwa hidup dapat dijalani tanpa Allah. Ada beberapa pandangan lain, diantaranya sbb.
  • Keselamatan bersumber pada barang duniawi
  • Keselamatan bersumber dari kekuatan gaib
  • Iptek sebagai sumber keselamatan
  • Keselamatan atau kebahagiaan bersumber pada hiburan yang tidak sehat
Beberapa contoh dalam kitab suci yang menunjukkan bahwa Allah menyelamatkan manusia adalah :
  • Allah menyelamatkan manusia dengan menciptakan segala sesuatu (bdk. Kej 1-2).
  • Allah menyelamatkan manusia dalam perlajalanan hidupnya.
  • Allah menyelamatkan manusia dengan menghadirkan sesama.
Tanda keselamatan Allah yang paling nyata dan agung adalah kehadiran Yesus Kristus. Kehadiran Yesus Kristus menjadi perwujudan kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya pada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Ada berbagai sarana bagi manusia untuk menghayati Allah sebagai sumber keselamatan, salah satunya adalah Sakramen Ekaristi. Dengan mengikuti Sakramen Ekaristi dan menerima tubuh-Nya, kita disatukan dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus. 
Oleh karena itu, kita sebagai orang Katolik hendaknya merayakan Sakramen Ekaristi dengan sungguh-sungguh. Selain itu melalui doa, kita merasa dekat dengan Tuhan. Melalui bacaan kitab suci, kita makin mengenal dan memahami kehendak dan rencana keselamatan dari Allah. 

Dengan cara demikian maka kita menjadi sarana keselamatan Allah bagi orang lain.
Tanda cinta kasih Allah bagi keselamatan manusia
  • Alam semesta yang luas dan indah;
  • Orang-orang di sekitar kita yang memiliki niat baik dan mau bekerjasama dalam membangun dunia atau menjadi sarana keselamatan bagi orang lain.
Allah adalah sumber keselamatan bagi manusia dalam peristiwa hidupnya sehari-hari

PERUMPAMAAN

PENGERTIAN 
  • adalah penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa imajinatif, kiasan simbolis, atau perbandingan
TUJUAN / MAKSUD PERUMPAMAAN
  1. Orang yang mendengar sebuah perumpamaan diharapkan mampu menangkap pesan dibalik perumpamaan tersebut.
  2. Demikian juga Yesus, dengan menggunakan perumpamaan orang yang mendengarkan ajaran-Nya diharapkan dapat lebih mudah mengerti, memahami, dan melaksanakan ajaran-Nya dalam kehidupan nyata.
  3. Perumpamaan yang dipakai Yesus untuk menjelaskan tentang Kerajaan Allah biasanya diambil dari yang ada dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik berupa benda atau kejadian atau pengalaman atau kebiasaan.
  4. Latar belakang kehidupan masyarakat pada zaman Yesus di daerah palestina adalah petani, maka Yesus menggunakan perumpamaan dengan memakai hal-hal yang berkaitan dengan pertanian, misalnya sesawi, penabur benih dsb
  5. Jika berhadapan dengan yang berlatar belakang matapencahariannya nelayan, Yesus menggunakan perumpamaan pukat, jala, dan sebagainya
  6. Perumpamaan dipakai Yesus agar tidak ada pendengar yang merasa dituduh atau dikritik secara langsung, walaupun kadang-kadang perumpamaan yang digunakan Yesus itu memaksudkan untuk orang atau kelompok tertentu
  7. Perumpamaan diharapka dapat diambil pesannya oleh siapa pun yang mendengarnya: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar” (Mat 13:45). Yesus tidak pernah menjelaskan isi perumpamaan itu. Orang yang mendengar perumpamaan Yesus diharapkan menafsirkan, menanggapi, dan mengambil sikap sendiri

CONTOH PERUMPAMAAN YANG DIPAKAI TUHAN YESUS
• Perumpamaan Seorang Penabur (Mrk 4:3-8,13-20)
• Perumpamaan tentang Benih yang Tumbuh (Mrk 4:26-29)
• Perumpamaan tentang Lalang di antara Gandum (Mat 13:24-30)
• Perumpamaan tentang Pukat (Mat 13:47-50)
• Perumpamaan tentang Harta Terpendam dan Mutiara Berharga (Mat 13:44-46)

Makna perumpamaan dalam Kitab Suci
Gambar terkait
  • Seorang Penabur - Kerajaan Allah itu proses, maksudnya adalah hendak menjelaskan bahwa dalam karya Yesus untuk menegakkan Kerajaan Allah betapapun ada kegagalan, karya- Nya itu akan menghasilkan buah panen yang berlimpah, melebihi apa yang diperkirakan manusia. Oleh karena itu pengikut Yesus tidak perlu berkecil hati dan mudah putus asa bila mengalami berbagai kegagalan

  • Benih yang tumbuh, maksudnya tumbuhnya Kerajaan Allah sering tidak bisa diamati secara pasti, tergantung sepenuhnya pada Allah, bukan usaha manusia. Bahkan, manusia tidak bisa memaksa supaya cepat, atau memperlambat pertumbuhannya. Pada saatnya yang tepat Allah sendiri yang akan menegakkan Kerajaan Allah.

    Hasil gambar untuk gandum dan ilalang alkitab
  • Lalang diantara Gandum, kerajaan Allah diwartakan dan ditawarkan kepada semua orang. Untuk tegaknya Kerajaan Allah tidak harus dengan cara segera menghabisi yang jahat, melainkan memberi kesempatan mereka bertobat, sebab kelak Allah sendiri yang akan menghakimi mereka, bukan manusia. Yang baik dan yang jahat bisa hidup bersama dengan penuh kesabaran serta mendorong yang jahat menjadi baik.

  • Pukat – Kerajaan Allah terbuka bagi semua orang. Dalam Kerajaan Allah harus dikembangkan sikap tidak mudah mengadili orang lain, seolah dirinyalah yang paling layak, orang lain dengan kejahatannya tidak layak masuk Kerajaan Allah. Biarlah Allah sendiri yang memilah-milah antara yang baik dan yang tidak baik, itu bukan urusan manusia

  • Mutiara dan Harta yang Terpendam, maksudnya adalah Demi Kerajaan Allah, manusia harus memandang Allah sebagai harta yang paling berharga. Untuk itu ia harus berani meninggalkan segala miliknya yang selama ini dianggap paling berharga dalam hidupnya. Hidup dalam Kerajaan Allah adalah hidup yang penuh suka cita, sekalipun untuk mencapainya seseorang harus berani meninggalkan segalanya.

SIFAT-SIFAT GEREJA


Pada pokok bahasan ini, kita akan membahas sifat-sifat Gereja yang tentunya mempunyai kaitan dengan makna dan hakikat Gereja itu sendiri. Syahadat iman Gereja Katolik dirumuskan dalam doa Credo (credere = percaya). Ada dua rumusan Credo yaitu rumusan pendek dan rumusan panjang. Syahadat rumusan pendek disebut Syahadat Para Rasul karena menurut tradisi syahadat ini disusun oleh para rasul. Syahadat yang panjang disebut Syahadat Nikea yang disahkan dalam Konsili Nikea (325) yang menekankan keilahian Yesus. Di kemudian hari lazim disebut sebagai Syadat Nikea-Konstantinopel karena berhubungan dengan Konsili Konstantinopel I (381). Pada Konsili ini ditekankan keilahian Roh Kudus yang harus disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan Putera. Syahadat inilah yang lebih banyak digunakan dalam liturgi-liturgi Gereja Katolik. Di dalam rumusan syahadat panjang itu pada bagian akhir dinyatakan keempat sifat atau ciri Gereja Katolik : satu, kudus, katolik dan apostolik.
 
1. Sifat Gereja yang Satu
Gereja yang satu adalah Gereja yang tampak sebagai perwujudan kehendak tunggal Yesus Kristus untuk dalam Roh tetap hadir kini di tengah manusia untuk menyelamatkan.
Kesatuan Gereja itu nampak dalam :
a. Kesatuan iman para anggotanya
b. Kesatuan dalam pimpinannya, yaitu hirarki.
c. Kesatuan dalam kebaktian dan hidup sakramental
Usaha-usaha yang dapat kita galakkan untuk memperkuat kesatuan ke dalam adalah :
a. Aktif berpatisipasi dalam kehidupan ber-Gereja.
b. Setia dan taat kepada persekutuan umat, termasuk hierarki, dsb.
Usaha-usaha yang dapat kita galakkan untuk menguatkan persatuan antar-Gereja adalah:
a. Lebih bersifat jujur dan terbuka satu sama lain. Lebih melihat kesamaan daripada perbedaan.
b. Mengadakan berbagai kegiatan sosial dan peribadatan bersama, dsb.

2. Sifat Gereja yang Kudus
Gereja yang kudus berarti Gereja menjadi perwujudan kehendak yang Mahakudus untuk sekarang juga mau bersatu dengan manusia dan mempersatukan manusia dalam kekudusannya.
“Di dalam dunia ini, Gereja sudah ditandai oleh kesucian yang sesungguhnya, meskipun tidak sempurna” (LG art. 48). Letak ketidaksempurnaannya adalah menyangkut pelaksanaan insani, sama seperti kesatuannya. Dengan demikian, meskipun di dunia ini, Gereja tidaklah sempurna namun Gereja sudah ditandai oleh kesucian. 
 
Kekudusan Gereja nampak pada:
  1. Sumber darimana Gereja berasal adalah kudus, yaitu Allah Bapa melalui Putera dan dalam Roh Kudus.
  2. Tujuan dan arah Gereja adalah kudus, yakni Kemuliaan Allah dan penyelamatan umat manusia.
  3. Jiwa Gereja adalah kudus, yakni Roh Kudus sendiri.
  4. Unsur-unsur ilahi yang otentik yang berada di dalam Gereja adalah kudus.
  5. Anggotanya adalah kudus karena ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan dan diserahkan kepada Kristus serta dipersatukan melalui iman, harapan dan cinta yang kudus. Kita semua dipanggil untuk kekudusan.

Usaha-usaha yang dapat kita lakukan untuk memperjuangkan kekudusan Gereja adalah:
a. Saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai putra – putri Allah
b. Memperkenalkan anggota – anggota Gereja yang sudah hidup secara heroik untuk mencapai kekudusan
c. Merenungkan dan mendalami Kitab Suci, khususnya ajaran dan hidup Yesus yang merupakan pedoman dan arah hidup kita, dsb.

3. Sifat Gereja yang Katolik
Katolik dari kata Latin, catholicus yang berarti universal, menyeluruh, atau umum. Nama yang sudah dipakai sejak awal abad ke II M, pada masa St. Ignatius dari Antiokia menjadi Uskup.

Gereja yang Katolik adalah Gereja dapat hidup di tengah segala bangsa dan memperoleh warganya dari semua bangsa dan terarah pada seluruh dunia. Selain itu, Gereja terbuka terhadap semua kemampuan, kekayaan, dan adat-istiadat yang baik dan luhur tanpa kehilangan jati dirinya, bahkan dapat menjiwai seluruh dunia. Singkatnya, Gereja bersifat katolik berarti terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu atau golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja nampak dalam rahmat dan keselamatan yang ditawarkannya serta iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapapun juga.
 
Sehubungan dengan penggunaan nama “Katolik”, diperlukan dua hal yang hakiki, yaitu persetujuan dari otoritas Gerejawi yang berwenang dan persetujuan itu tertulis.
Hal ini terungkap pada:
  • KHK Kan. 300: “ Janganlah satu perserikatan pun memakai nama “Katolik” tanpa persetujuan otoritas Gerejawi yang berwenang menurut norma Kan.312.
  • KHK Kan. 312: “ Otoritas yang berwenang, unutuk mendirikan perserikatan-perserikatan publik ialah:
  1. Takhta Suci, untuk perserikatan-perserikatan universal dan internasional.
  2. Konferensi Wali Gereja di wilayah masing-masing untuk perserikatan Nasional yakni yang berdasarkan pendiriannya diperuntukkan bagi kegiatan yang meliputi seluruh Negara.
  3. Uskup diosesan di wilayah masing-masing, tetapi administrator diosesan tidak, untuk perserikatan-perserikatan diosesan, terkecuali perserikatan – perserikatan yang pendiriannya menurut priviligi apostolik direservasi bagi orang lain.”
 
Mewujudkan kekatolikan Gereja dapat dilakukan dengan cara:
  1. Sikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adat-istiadat, bahkan agama dan bangsa manapun.
  2. Bekerja sama dengan pihak mana pun yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai-nilai yang luhur di dunia ini.
  3. Selalu berusaha untuk memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik untuk umat manusia.
  4. Untuk setiap orang kristiani diharapkan memiliki jiwa besar dan keterlibatan penuh dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Sifat Gereja yang Apostolik
Apostolik berasal dari kata “apostolos” (bhs. Yunani) yang berarti utusan, suruhan, wakil resmi yang diserahi misi tertentu. Istilah ini juga kemudian dipakai untuk menyebut para rasul Yesus. 
Maka, Gereja yang apostolik berarti Gereja yang berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka. 
Hubungan antara Gereja dan para rasul tersebut nampak dalam:
  •  Legitimasi fungsi dan kuasa hirarki dari para rasul.
  • Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul.
  • Ibadat dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari para rasul.
Usaha-usaha mewujudkan Keapostolikan Gereja adalah :
  1. Setia mempelajari Injil sebagai iman Gereja para rasul
  2. Menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret kita dengan iman Gereja para rasul
  3. Setia dan loyal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul

AWAM

Berdasarkan LG art. 31, 
kaum awam diartikan sebagai semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja. 
Pengertian tersebut merupakan definisi tipologis kaum awam.
Definisi awam dalam praktek dan dalam dokumen – dokumen resmi Gereja dapat dibedakan menjadi:
  • Secara teologis, awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Artinya, awam adalah semua orang beriman dan biarawan/wati yang tidak ditahbiskan (bdk. LG 43).
  • Secara tipologis, awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan (KHK kan. 204 § 1, bdk. LG 31).
Peranan kaum awam tugas kerasulan memiliki 2 (dua) dimensi yang berbeda, yakni
kerasulan internal dan kerasulan eksternal.

Kerasulan internal atau kerasulan “di dalam Gereja“ adalah kerasulan membangun jemaat. Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran hierarki,walaupun awam dituntut pula untuk mengambil bagian di dalamnya.
Kerasulan eksternal atau kerasulan “tata dunia” yang memang lebih diperani oleh para awam. Namun harus disadari bahwa kerasulan dalam Gereja bermuara pula ke dunia.

Kerasulan internal kaum awam nampak dalam partisipasi mereka dalam tri-tugas Gereja yaitu:

Dalam tugas nabiah, pewartaan sabda (kerygma), menjadi saksi (martyria) awam dapat :
  •  Mengajar agama sebagai katekis atau guru agama
  • ·Memimpin pendalaman kitab suci atau pendalaman iman ,dsb
Dalam tugas imamiah, menguduskan (liturgia), membangun persekutuan (koinonia) seorang awam dapat:
  •  Memimpin doa dalam pertemuan-pertemuan umat
  • ·Memimpin koor atau nyanyian dalam ibadah
  • ·Membagi komuni sebagai prodiakon
  • ·Menjadi pelayan altar, dsb
Dalam tugas Gerejawi, memimpin, atau melayani (diakonia) seorang awam dapat:
  •  Menjadi anggota dewan paroki
  • ·Menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah, dsb.

KERYGMA : MEWARTAKAN

KERYGMA : MEWARTAKAN

Perintah Untuk Mewartakan Injil.
Kristus adalah Allah yang hadir di muka bumi untuk memulihkan cinta-Nya yang telah lama diabaikan oleh manusia. Kristus sekaligus menunjukan sifat Allah yang maha cinta melebihi sifat maha adil-Nya. Begitu banyak perbuatan kasih yang dibuat Yesus. Yesus memperkenalkan kembali nilai-nilai utama: cinta kasih, keadilan, kesederhanaan untuk berbagi, kedamaian, kesetaraan manusia, kejujuran, kebenaran. Namun akhirnya dia mati dengan cara manusia. Hanya 33 tahun Yesus hidup sebagai manusia, namun sejarah manusia tetap berjalan. Maka nilai-nilai itu harus tetap diperkenalkan kepada dunia. Manusia harus diselamatkan dan disatukan kembali kepada penciptanya. Maka Yesus telah memilih 12 orang, plus Paulus untuk melanjutkan misi-Nya, menjaga kawanan kerajaan Allah. Matius 28:16-20, “…. Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu…”
Tugas mengajar inilah yang kita terima dari Kristus sendiri.

Perintah untuk Memberitakan Injil
(Mat 28:16-20)
16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 
19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 
20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Dasar Gereja sebagai Pewarta Sabda
Dalam diri Yesus dari Nazaret, Sabda Allah tampak secara konkret manusiawi. Sabda menjadi manusia. Sabda Allah menjelmakan diri dalam sejarah kehidupan manusia. Oleh karena itu, Sabda Allah senantiasa hidup dan berbicara dalam segala zaman.
Pada masa sebelum Kristus, Sabda Allah telah ada namun lebih diwarnai dengan janji. Sedangkan sesudah penjelmaan (Kristus) Sabda Allah lebih bersifat kesaksian hidup. Dalam kesaksian itu, Kristus, Sabda sejati hadir di dalam sejarah manusia sebagai sarana keselamatan.
Bentuk baru Sabda itu adalah Gereja. Kristus, Sabda Allah, menciptakan Gereja. Lewat Gereja, Ia bisa hadir dan berbicara dalam sejarah manusia. Di pihak lain, Gereja pada hakikatnya tidak lain daripada jawaban atas panggilan Yesus Kristus, Sabda Allah. Seluruh hidup dan keberadaan Gereja merupakan jawaban atas pewartaan dan kesaksian tentang Yesus Kristus, Sabda dan Wahyu Allah.

Bentuk-bentuk Sabda Allah dalam Gereja
Dalam diri Yesus dari Nazaret, sabda Allah tampak secara konkret dan manusiawi.

Ada 3 bentuk Sabda Allah dalam Gereja:
  1. Sabda/pewartaan para rasul sebagai daya yang membangun Gereja.
  2. Sabda dalam Kitab Suci sebagai kesaksian normatif.
  3. Sabda Allah dalam pewartaan aktual gereja sepanjang zaman.

Tugas pewartaaan adalah untuk mengaktualisasi apa yang disampaikan Allah dalam Kristus sebagaimana diwartakan Para Rasul. Dengan demikian, sabda Allah sungguh datang pada manusia menyelamatkan mereka yang mendengar dan melaksanakan pewartaan gereja.

Dua pola Kerygma

a. Kerygma verbal / lewat kata-kata.
Misalnya : - Kotbah/ homily : oleh para Imam untuk membawa perikop Kitab Suci ke dalam hidup umat, atau menerangi hidup umat dengan perikop Kitab Suci. – Pelajaran agama, Katekese umat, Pendalaman Kitab Suci, dialog tidak formal dengan teman atau orang lain tentang Kristus. Memperkenalkan ajaran Kristus lewat internet, pendalaman kitab suci di dalam keluarga atau lingkungan.

b. Kerygma lewat kesaksian hidup (martyria)
Memberi kesaksian yang positif sebagai anggota gereja, umat Allah. Menjadi garam dan terang dunia. Misalnya, lewat kegiatan politisi yang dapat menjadi panutan, politisi yang jujur, orang Kristen yang membela hidup orang miskin seperti Rm. Mangun Wijaya di kali code Jogyakarta. Dari sikap mereka ini, orang diajarkan- tentang kasih Allah.

Pelaku Kerygma
1. Magisterium.
Gereja katolik memiliki kelompok tertahbis (hirarki) yang memiliki wewenang mengajar. Mereka punya kuasa untuk mengajarkan iman dan kesusilaan. Semua umat kini boleh saja menafsir kitab suci, namun hanya merekalah yang dapat mengajarkan, atau mengesahkan bahwa ajaran iman seseorang (awam) dapat diterima. Magister – pengajar/ doctor. Magisterium : wewenang mengajar.

2. Pewarta Sabda.
Para pewarta adalah termasuk kaum awam. Mereka diberikan mandat dan kemampuan oleh magisterium untuk mengajar. Mereka adalah:
a. Para pengkotbah dalam ibadat-ibadat ,
b. Para katekis, umat dengan pelbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang mau terlibat sebagai penggerak umat dan masyarakat untuk mengenal Kristus dan atau hidup menurut ajaran Kristus.
c. Guru Agama : mereka yang diakui oleh pemerintah dan gereja, memiliki pengetahuan yang baik tentang iman Katolik dan Kitab Suci, serta tradisi gereja.

Maka inilah hal yang harus dimiliki oleh para kerygmator / Pewarta :
1. Karena tugas mereka adalah mengajar / memperkenalkan iman dan kitab suci, maka mereka harus memiliki iman dan mengenal baik tentang Kitab Suci.
2. Mereka harus mengenal siapa yang akan menerima pewartaan, dekat dan merasakan senasip dengan mereka.

Dua Tuntutan dalam Pewartaan
Tugas pewartaan adalah mengaktualisasi sabda Tuhan yang disampaikan dalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh para rasul. Usaha mengaktualisasi sabda Tuhan itu mengandaikan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi. 

Tuntutan-tuntutan tersebut antara lain sebagai berikut:

a) Mendalami dan menghayati sabda Tuhan.
Orang tidak dapat mewartakan sabda Allah dengan baik, jika ia sendiri tidak mengenal dan menghayatinya. Oleh sebab itu, kita hendaknya cukup mengenal, mengetahui dan menghayati isi Kitab Suci, ajaran-ajaran resmi Gereja dan keseluruhan tradisi Gereja, baik Gereja universal maupun Gereja lokal.

b) Mengenal umat/masyarakat konteksnya
Dalam tugas pewartaan, hendaknya juga memperhatikan dan mengenal dengan baik jiwa dan budaya masyarakat setempat. Agar apa yang diwartakan dengan mudah diserap dan sejalan dengan situasi masyarakat. Intinya, Sabda Allah yang diwartakan harus sesuai dengan konteks hidup masyarakat

LITURGIA : Gereja Menguduskan

LITURGIA : MENGUDUSKAN

Arti Kata :

Kata “liturgi” berasal dari bahasa Yunani leitourgia, terbentuk dari akar kata ergon yang berarti “karya, kerja atau bakti. Gereja Katolik lalu mengambil istilah liturgi untuk mengartikan kultus/ ibadat. Ibadat ini kemudian berpuncak pada EKARISTI, dimana gereja mengalami persatuan dengan Kristus.

Liturgi merupakan tugas gereja ketika menjalankan fungsi imamatnya. Imamat dalam gereja ada dua jenis, yakni imamat umum yang diterima oleh semua orang yang dibabtis, dan imamat khusus yang diterima oleh mereka yang ditahbiskan.

Ibadat atau liturgi disebut sebagai doa resmi gereja, karena di dalamnya ada kesatuan Gereja dengan Kristus. Liturgi adalah karya Kristus, Imam Agung serta Tubuh-nya, yaitu Gereja. Liturgi menjadi wahana utama untuk (1) mengantar umat Kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus (Sacrosanctum Consilium, Art.7). Itu sebabnya maka liturgi sekaligus (2) menguduskan umat.

Doa Dan Ibadat

Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas imamiah Gereja, yang artinya Kristus, Tuhan, Imam Agung yang dipilih antara manusia menjadikan umat baru, “kerajaan imam-imam bagi Allah dan BapaNya”. Mereka yang dibaptis dan diurapi Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci untuk (sebagai orang kristiani dengan segala perbuatan mereka) mempersembahkan korban rohani dan mewartakan daya kekuatanNya.

Oleh sebab itu gereja bertekun dalam doa, memuji Allah dan mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup suci dan berkenan pada Allah.Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan, yang dengan cara khasnya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus.

Imamat umum: melaksanakan tugas pengudusan antara lain dengan berdoa, menyambut sakramen-sakramen, memberi kesaksian hidup, pengingkaran diri serta melaksanakan cinta kasih secara aktif dan kreatif.

Imamat jabatan: membentuk dan memimpin umat, memberi pelayanan sakramen-sakaramen.

Jadi, seluruh Gereja diberi bagian dalam imamat Kristus untuk melakukan suatu ibadat rohani demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia.Ibadat rohani adalah setiap ibadat yang dilakukan dalam Roh oleh setiap orang Kristiani.

Arti : Doa berarti berdialog atau berkomunikasi dengan ALlah, sebagai ungkapan iman pribadi atau bersama-sama. Doa juga dapat berarti ungkapan iman secara pribadi dan bersama-sama dalam komunikasi dan dialog yang bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam kehidupan nyata

Mengapa kita Berdoa?

a. Menjadi kuat : Lukas 22:40 Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan

b. Mendapat keselamatan : Matius 24:20 Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.

c. Keberhasilan : Matius 7:7. "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

d. Persatuan dengan Allah : Kisah Para Rasul 22:17 Sesudah aku kembali di Yerusalem dan ketika aku sedang berdoa di dalam Bait Allah, rohku diliputi oleh kuasa ilahi.



Doa yang Baik

a. Dengan hati yang bersih : Yohanes 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

b. Penuh Iman dan Percaya : Markus 11:24 Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

c. Untuk kebaikan diri dan sesama : Yakobus 4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

d. Hati yang tulus dan bersih : I Timotius 2:8 Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.

e. Tidak putus asa dalam berharap : Lukas 18.2, kisah serang janda yang terus menerus meminta kepada hakim untuk membela perkaranya. Kisah Abraham dan Sarai, Elisabeth dan Zakaria yang doanya terkabul ketika sudah tua.


Fungsi Doa :

1. Mengkomunikasikan diri dengan kepada Allah

2. Mempersatukan diri dengan Allah.

3. Mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kepada Allah agar dapat melihat hidup dengan mata iman.

4. Mengangkat setiap harya sebagai doa yang hidup, yakni karya yang bersifat merasul dan menyelamatkan.

Syarat Doa yang baik

1. Didoakan dengan hati.
2. Berakar pada pengalaman hidup.
3. Berdoa dengan tulus (Jika engkau berdoa, masuklah kamarmu…Matius 6:5-6)
4. Berdoa dengan cara sederhana dan jujur. (“… doamu janganlah bertele-tele…. Matius 6:7)

Doa Resmi Gereja

Doa resmi Gereja disebut ibadat atau liturgi. Yang pokok bukan sifat resmi atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa. Dengan demikian, liturgi adalah “karya Kristus, Imam Agung, serta TubuhNya yaitu Gereja”.Oleh karena itu, liturgi tidak hanya merupakan “kegiatan suci yang sangat istimewa” tetapi juga wahana utama untuk mengantar umat Kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus.

Liturgi merupakan perayaan iman sebagai ungkapan iman Gereja, dimana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan.Liturgi sungguh-sungguh menjadi doa dalam arti penuh bila semua yang hadir secara pribadi dapat bertemu dengan Tuhan dalam doa bersama. Dengan demikian terjadi apa yang dikatakan Tuhan; “…..dimana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka” (Mat 18:20). Atau dengan rumusan Konsili Vatikan II: “Di dalam jemaat-jemaat, meskipun sering hanya kecil dan miskin, atau tinggal tersebar, hiduplah Kristus dan berkat kekuatanNya terhimpunlah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik” Ibadat resmi Gereja tampak dalam ibadat pagi, ibadat siang, ibadat sore, ibadat malam dan ibadat bacaan. Yang pokok dalam doa bukan sifat resmi atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa.


Bapa Kami adalah doa singkat yang sempurna. Di dalamnya mencakup jenis-jenis doa berikut :

Doa iman
Bapa kami yang ada di surga

Doa Pujian / Kemuliaan :
Dimuliakanlah nama-Mu.

Doa Pengharapan
Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga.

Doa Permohonan.
Berilah kami rejeki pada hari ini.

Doa Tobat.
Dan ampunilah kesalah kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.

Doa permohonan / harapan.
Dan janganlah masukan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.


Sakramen:

Pengertian :

a. Asal kata : Sakramen berasal dari kata 'mysterion' (Yunani), yang dijabarkan dengan kata 'mysterium' dan 'sacramentum' (Latin). Sacramentum dipakai untuk menjelaskan tanda yang kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai 'mysterium'.

b. Kitab Suci : Dasar pengertian sakramen sebagai misteri/ 'mysterium' kasih Allah, yang diterjemahkan sebagai "rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad... tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya" (Kol 1: 26, Rom 16:25). Rahasia/ 'misteri' keselamatan ini tak lain dan tak bukan adalah Kristus (Kol 2:2; 4:3; Ef 3:3) yang hadir di tengah-tengah kita (Kol 1:27).

c. Katekismus : mengutip perkataan St. Leo Agung :, "apa yang tampak pada Penebus kita, sudah dialihkan ke dalam misteri-misteri-Nya"/ sakramen-sakramen-Nya.

Jadi Sakramen adalah: Tanda yang kelihatan untuk rahmat Allah yang tidak kelihatan; sebagai sarana keselamatan, untuk menguduskan, membangun tubuh Kristus dan akhirnya mempersembahkan ibadah kepada Allah (Sacrosanctum Consilium Art 59).

Sakaramen adalah tanda berdaya guna yang menghasilkan rahmat dan memberikan kehidupan Ilahi kepada kita, yang ditetapkan Kristus dan dipercayakan kepada GerejaNya.Bagi umat beriman yang menerimanya dengan sikap batin yang wajar, mereka menghasilkan buah.



1. Sakramen adalah Lambang atau Simbol
Sakramen-sakramen Gereja Katolik melambangkan dan mengungkapkan karya penyelamatan Allah dan pengalaman dasariah manusia yang terselamatkan.Sakramen sebagai sarana untuk menyampaikan kepada umat manusia tentang rahasia penyelamatan Allah dan menunjukkan tindakan Allah kepada kita. Sakramen adalah tanda kehadiran dan cinta Allah kepada manusia.
2. Sakramen-sakramen Mengungkapkan Karya Tuhan yang Menyelamatkan
Karya Allah dalam dunia adalah untuk menyelamatkan manusia.Allah yang menyelamatkan itu hadir nyata dalam diri Yesus Kristus. Dalam Yesus, orang dapat melihat, mengenal dan mengalami siapakah sebenarnya Allah. Allah yang tidak kelihatan nampak dalam diri Yesus.


Terdapat 7 sakramen yang dibagi dalam tiga kelompok :

1. Sakramen Inisiasi (inisiasi : acara diterima dalam suatu kelompok)
  • Babtis.
  • Ekaristi.
  • Krisma.
2. Sakramen Penyembuhan.
  • Tobat
  • Minyak Suci.
3. Sakramen Persekutuan.
  • Imamat.
  • Perkawinan.

Dalam Tiap Sakramen selalu ada Materi : suatu benda atau tindakan. Dan Forma : rumusan kata-kata yang diucapkan.

1. Sakramen Babtis.
Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi Kristiani.Pelayan sakramen ini biasanya seorang uskup atau imam, atau seorang diakon. Dalam keadaan darurat, siapapun yang berniat untuk melakukan apa yang dilakukan Gereja, bahkan jika orang itu bukanlah seorang Kristiani, dapatmembaptis.
Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan dari hukuman akibat dosa-dosa tersebut dan membuat orang yang dibaptis itu mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal Allah melalui "rahmat yang menguduskan" (rahmat pembenaran yang mempersatukan pribadi yang bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya).
Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan merupakan landasan komuni (persekutuan) antar semua orang Kristen. Jika seseorang secara resmi menyatakan tobat dan imannya pada Kristus serta bertekad ikut serta dalam tugas panggilan Kristus maka ia diterima dalam umat dengan sakramen permandian.

Orang yang menerima sakramen permandian diterima oleh Kristus menjadi anggota tubuhNya, umat Allah (Gereja), orang tersebut laksana baru lahir dalam gereja.Orang yang telah dipermandikan harus siap hidup bagi Allah. Perayaan dalam peristiwa permandian berupa pencurahan air pada dahi, dan imam berkata, ”Aku mempermandikan engkau dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus” (Forma)

2. Sakramen Ekaristi
Malam perjamuan terakhir menjadi tanda terbentuknya suatu Ekaristi.Ekaristi adalah sakramen yang dengannya umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya.Aspek pertama dari sakramen ini (yakni mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus) disebut pula Komuni Suci.Roti dan anggur yang digunakan dalam ritus Ekaristi, dalam iman Katolik, ditransformasi dalam segala hal kecuali wujudnya yang kelihatan menjadi Tubuh dan Darah Kristus, perubahan ini disebut transubstansiasi.
Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri.Diakon serta imam biasanya adalah pelayan
Komuni Suci, umat awam dapat diberi wewenang dalam lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa Komuni Suci. Ekaristi dipandang sebagai "sumber dan puncak" kehidupan Kristiani, tindakan pengudusan yang paling istimewa oleh Allah terhadap umat beriman dan tindakan penyembahan yang paling istimewa oleh umat beriman terhadap Allah, serta sebagai suatu titik dimana umat beriman terhubung dengan liturgi di surga.

3. Sakramen Krisma
Sakramen ini diberikan dengan cara mengurapi penerimanya dengan Krismadisertai doa khusus yang menunjukkan bahwa karunia Roh Kudus menandai si penerima seperti sebuah meterai. Melalui sakramen ini, rahmat yang diberikan dalam pembaptisan "diperkuat dan diperdalam" (KGK 1303).Seperti pembaptisan, penguatan hanya diterima satu kali, dan si penerima harus dalam keadaan layak (artinya bebas dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang belum diakui) agar dapat menerima efek sakramen tersebut.Pelayan sakramen ini adalah seorang uskup yang ditahbiskan secara sah.Krisma menjadi tanda kedewasaan, untuk turut serta bertanggung jawab atas kehidupan Umat Allah dan pada sesama.

4. Sakramen Tobat
Sakramen tobat adalah sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Sakramen ini memiliki empat unsur: penyesalan si peniten (si pengaku dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada seorang imam, absolusi (pengampunan) oleh imam, dan penyilihan.
Orang jatuh dalam dosa berarti merusak dan melemahkan si pendosa sendiri, serta hubungannya dengan Allah dan sesama. Si pendosa yang bangkit dari dosa tetap harus memulihkan sepenuhnya kesehatan rohaninya dengan melakukan lagi sesuatu untuk memperbaiki kesalahannya: dia harus 'melakukan silih bagi' atau 'memperbaiki kerusakan akibat' dosa-dosanya. Penyilihan ini juga disebut 'penitensi'" (KGK 1459).Para pengikut Kristus perlu bertobat secara terusmenerus dihadapan Allah dan sesama.Tanda pertobatan tersebut diterima dalam perayaan sakramen tobat.

5. Sakramen Minya Suci
Jika seorang anggota umat sakit keras, keprihatinan Tuhan diungkapkan dengan sakramen perminyakan orang sakit.Kristus menguatkan si sakit dengan Roh KudusNya yang ditandakan dengan minyak suci. Dengan demikian, si sakit siap dan tabah untuk menerima apa saja dari tangan Allah yang mencintai kita, baik dalam kesembuhan maupun dalam maut. Dengan menderita seperti Kristus, si sakit menjadi lebih serupa dengan Kristus

6. Sakramen Imamat
Atas kehendak Allah dan Uskup dari Gereja setempat, pria-pria tertentu dipilih dan ditahbiskan untuk melayani Gereja sebagai daikon, imam dan uskup.Sakramen imamat adalah sakramen pelayanan.Para uskup, imam dan daikon dipanggil untuk menguduskan kaum awam, yang turut mengambil bagian dalam imamat umum yang diterima saat mereka dibaptis

7. Sakramen Perkawinan
Makna dari Arti perkawinan katolik menurut KHK1983 kan.1055 §1 adalah perjanjian (foedus) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan hidup. Latar belakang definisi ini adalah dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes §48). GS dan KHK tidak lagi mengartikan perkawinan sebagai kontrak. Bertujuan untuk : a) Bonum vitae – kebaikan hidup bersama pasangan. b) Bonum prolis – terbuka terhadap kelahiran anak dan kebaikan hidup mereka. c) Bonum Coniugum: membentuk kebersamaan hidup.

Sakramentalia
Sakramentalia adalah berkat suci yang diberikan Tuhan melalui gerejanya pada orang atau barang / benda yang kemudian menjadi suci yang di dalamnya menjadi tanda berkat Allah. Dalam Kisah Para Rasul 19:12 diceritakan kekuatan benda / barang yang telah dikuduskan tersebut : “Bahkan orang membawa saputangan atau kain yang pernah dipakai oleh Paulus dan meletakkannya atas orang-orang sakit, maka lenyaplah penyakit mereka dan keluarlah roh-roh jahat.”

Berikut jenis sakramentalia :
- Pemberkatan orang, benda/ barang, alat rohani : pemberkatan ibu hamil, anak-anak, orang yang berulang tahun, berkat menghadapi ujian, motor / mobil baru, rumah, patung, Rosario, kitab suci, dll.
- Pemberkata dalam arti tahbisan rendah : pemberkatan untuk orang atau benda untuk keperluan liturgis. Misalnya, pemberkatan / tahbisan lector akolit, katekis, prodiakon, kapel, gereja, lonceng gereja, altar, minyak suci, air babtis, dll.


Devosi
Devosi (latin : devotion = penghormatan) adalah bentuk-bentuk penghormatan atau kebaktian khusus kepada rahasia kehidupan Yesus, misalnya devosi (penghormatan) kepada Hati Kudus Yesus, devosi kepada Allah yang maha Rahim, jalan salib, Devosi kepada Sakramen Maha Kudus. Atau devosi kepada orang-orang kudus, misalnya devosi kepada Bunda Maria, kepada santa-santo pelindung.

DIAKONIA : MELAYANI

Gereja yang Melayani (Diakonia)

Latar Belakang.
Ciri cinta kasih gereja tampak sangat nyata dalam sikap utamanya yakni melayani. Inilah salah satu pesan utama Yesus Kristus setelah Ekaristi pada malam perjamuan terakhir. Yesus menanggalkan jubah tuan-Nya, lalu mengikatkan kain lenan pada pinggangnya seperti yang dilakukan para pelayanan. Lalau mulailah dia melakukan pekerjaan para hamba : mencuci kaki murid-muridnya. Tentu saja murid tersentak kaget, Petrus dengan terang menolak. Tapi Yesus bilang kalau dia tidak mau dicuci kakinya maka tidak pantas menjadi murid-Nya, sebab semua murid-Nya harus melakukan hal serupa kepada sesamanya. (Yohanes 13: 1 – 20) Kisah penuh emosional ini sungguh menyentuh hati para Rasul, maka mereka semua bekerja sungguh-sungguh dalam pelayanan, menjadi hamba di antara para hamba. (Lukas 17:10) bahkan bersedia mati untuk itu. Mereka semua, kecuali Yohanes, memang akhirnya jadi martir demi Kristus.

Dasar Pelayanan dalam Gereja
Dasar pelayanan dalam Gereja adalah semangat pelayanan Kristus sendiri. Pelayanan Kristiani adalah sikap pokok para pengikut Yesus. Dengan kata lain, melayani sesama adalah tanggung jawab setiap orang Kristiani sebagai konsekuen dalam imannya.

Ciri-ciri Pelayanan Gereja

a. Bersikap sebagai pelayan.
Mereka tidak protes, mereka melakukan apapun HARUS (sanggup atau tidak, ikhlas atau terpaksa) dilakukan, siap untuk diperlakukan sebagai hamba yang tidak berguna yang hanya siap melaksanakan semua tugas. (Lukas 17:10)

b. Tetap Setia pada Kristus.
Melihat beratnya ciri pertama di atas, maka sangat penting untuk kita dekat dan bersatu pada Kristus sumber kekuatan. Dari-Nya kita akan mendapat penghiburan dan kekuatan untuk melaksanakan tugas yang sering melampui kemampuan kita sebagai manusia. Tuhan pun tahu, tugas para murid-Nya ini berat, maka Dia berjanji untuk berserta kita SELALU sampai akir zaman (Matius 28:20)

c. Sasaran utamanya terutama adalah kaum miskin
 – Option for the Poor.
Keadilan jangan berpihak kepada siapapun termasuk yang miskin, tapi pelayanan harus tetap mengutamakan kaum miskin, terpinggir dan tidak beruntung hidupnya. Pelayanan itu bukan saja karikatif – rumah sakit murah, memberi makan, tapi juga memberikan pendidikan agar mereka dapat mandiri dan juga mereformasi system politik agar membela hidup mereka.

d. Rendah Hati. 
Ini adalah ciri utama pelayan. Seumur hidupnya dia harus tetap melihat dirinya sebagai pelayan (ciri nomor a di atas). Pelayan boleh bangga, bersyukur dan kagum pada hasil kerjanya, tapi tidak boleh sombong. Untuk setiap hasil yang baik atau tidak, dia bersyukur sebab telah ikut ambil bagian dalam karya Allah. (Roma 15:17. Jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku bagi Allah).
      
Dalam Gereja ada Diakon yang punya tugas khusus untuk melayani. Namun semua umat dituntut untuk memiliki sikap melayani dalam pelbagai macam cara hidup mereka. Misalnya:
A. Di bidang Transformatif : kebudayaan dan pendidikan.
Gereja berusaha terus membangun peradaban manusia (trans – melewati dan form – bentuk), melewati jaman sambil terus memperkenalkan nilai-nilai kerajaan Allah. Jalan paling ampuh adalah lewat budaya dan pendidikan. Maka muncullah sekolah-sekolah Katolik, bukan untuk mengkatolikan tapi untuk membangun manusia yang beradap – memiliki cinta kasih dan rasionalitas baik. Di Indonesia banyak sekali pemikir dan budayawan Katolik yang berpengaruh. Misalnya, Rm. Drost SJ, Rm. Mangunwijaya(sastrawan, budayawan dan pendidik), Rm. Sinduanta (wartawan, budayawan), Rm. Mudjisutrisno(budayawan dan pendidik), dan masih banyak yang lainnya. Di negeri ini Institusi Pendidikan Katolik selalu menjadi patokan kemajuan pendidikan Indonesia.

B. Di bidang Karikatif : kesejahteraan. 
(Charitas – kasih ; care – merawat)
Bidang ini meliputi pelayanan di bidang kesehatan, misalnya mendirikan rumah sakit atau klinik, atau lembaga-lembaga sosial ekonomi seperti koperasi Credit Union (CU). Misalnya, CU Melania di Bandung yang sudah beromset ratusan miliaran, tidak saja melayani umat gereja tapi terbuka kepada siapa saja yang mau ikut. Atau karya karikatif terhadap orang-orang jompo. Di bidang ini kita kenal Mather Teresadari Kalkuta, St. Damianus, dokter perawat kusta di kep. Molokai.

C. Di bidang Reformatif : bidang politik dan hukum 
 (reform : membentuk kembali)
Peran gereja adalah menjaga tata dunia ini agar menyerupai dunia Kerajaan Allah yang penuh kasih, damai, sejahtera, adil, jujur dan benar. Tanpa kekerasan. Karena itu gereja mengutus para imam dan terutama para awam untuk menjadi garam dan terang dunia di dunia Politik dan Hukum. Mengapa kedua bidang ini, sebab politik dan hukumlah yang menguasai suatu bangsa.

Pada bidang ini kita kenal Rm. Magnis Suseno (Penulis dan Pengajar Etika Politik), kini ada Ignatius Jonan di Kabinet Kerja Jokowi yang memajukan system Kreta Api Indonesia.

Perhatikan perbedaan berikut.

Pekerja
Pelayan
Orientasinya adalah uang
Oritentasinya Berkat
Bahagia jika jabatan / gaji naik.
Bahagia jika dirinya makin berarti untuk orang lain.
Kerja berdasarkan jam kerja.
Siap sedia kapan pun dibutuhkan.
Kemajuan perusahan / usaha berarti kesejahteraan pekerjanya.
Kebahagiaan orang lain berarti kemuliaan Tuhan dan kebagiaan batin pribadi.
Saya harus mendekati orang lain sebab saya membutuhkan mereka.
Saya mendekati mendekati orang lain sebab mereka membutuhkan saya.
Saya harus mendapatkan apa yang mereka punya.
Mereka harus mendapatkan apa yang saya punya.
 Harus selektif memilih patner atau sasaran pelanggan. Jauhi yang tidak berdaya / miskin.
Semua orang patut pendapat pelayanan, terutama yang tidak berdaya / miskin