Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Tuesday, September 29, 2020

GEREJA : arti dan makna

Gereja adalah tempat tinggal ALLAH.

Tempat Allah itu bisa berupa gedung / rumah / kemah dan bisa berupa umat ALLAH atau Institusi.

Gereja sebagai GEDUNG


Sejarah gereja sebagai gedung
Kemah Suci itu merupakan “tempat kudus” (“miqdash”), suatu tempat yang dikhususkan bagi Tuhan untuk tinggal di antara dan bertemu dengan umat-Nya (Keluaran 25:22; 29:45-46; Bilangan 5:3; Yehezkiel 43:7,9). Kemuliaan (“shekina”) Allah ada di atas Kemah Suci siang malam. Ketika kemuliaan Allah naik, Israel harus pindah. Allah menuntun mereka dengan cara ini selama mereka ada di padang gurun (Keluaran 40:36-38; Bilangan 9:15-16).
Kemah Suci merupakan “tempat hukum Allah” (Keluaran 38:21), yaitu berisi Kesepuluh Hukum (Keluaran 25:10). Kesepuluh Hukum itu selalu mengingatkan mereka akan kekudusan Allah dan tuntutan-tuntutan-Nya. Hubungan kita dengan Allah tidak pernah dapat dipisahkan dari ketaatan kepada hukum-Nya.
Di Kemah Suci inilah Allah menyediakan pengampunan dosa melalui korban darah (Keluaran 29:10-14). Dengan demikian korban darah ini menunjuk kepada korban nyawa Kristusdi kayu salib karena dosa umat manusia (lihat Ibrani 8:1-2; 9:11-14).
Kemah Suci menunjuk ke sorga, yaitu ke tempat kudus sorgawi di mana Kristus, imam besar abadi kita, hidup selama-lamanya untuk berdoa bagi kita (Ibrani 9:11-12,24-28).
Kemah Suci menunjuk kepada penebusan Allah yang terakhir ketika langit baru dan bumi baru akan datang, yaitu ketika “kemah Allah (harafiah: Kemah Suci) ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka” (Wahyu 21:3).


Gereja sebagai umat Allah

Gereja sebagai umat Allah / Persekutuan terbuka berarti :

  1. Persekutuan semua orang di seluruh dunia yang percaya akan Yesus Kristus itu Putra Allah dan satu-satunya Penyelamat kita.
  2. Himpunan yang didalamnya terdapat Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus ( bdk 1 Kor 10:32, 11:17-22, 15:9 ).
  3. Himpunan orang-orang yang digerakan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh Kristus menjadi Tubuh Kristus.

Dasar Kitab suci
  1. I Korintus 6:19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (Komuni Kudus)
  2. Yohanes 14:20 Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu (Komuni Kudus)
  3. Yohanes 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
  4. Matius 18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

Gereja sebagai Umat Allah memiliki ciri khasnya yakni:
  1. Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.
  2. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah dan untuk misi tertentu, yaitumenyelamatkan dunia.
  3. Hubungan antara Allah dan umatNya dimeteraikan oleh suatu perjanjian. Umat harus menaati perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janjiNya.
  4. Umat Allah selalu dalam perjalanan melewati padang pasir menuju Tanah Terjanji.


Konsekuensi dari Gereja yang Mengumat

Konsekuensi bagi Pimpinan Gereja (Hierarki)
  • Menyadari fungsi pimpinan sebagai fungsi pelayanan. Pimpinan bukan di atas umat, tetapi di tengah umat.
  • Harus peka untuk melihat dan mendengar karisma dan karunia-karunia yang bertumbuh di kalangan umat.
Konsekuensi bagi setiap Anggota Umat

  • Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang tak dapat menghayati kehidupan imannya secara individu saja.
  • Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma, karunia dan fungsi yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat. Semua bertanggung jawab dalam hidup dan misi Gereja.
  • Konsekuensi bagi Hubungan Awam dan Hierarki
    • Paham Gereja sebagai Umat Allah jelas membawa konsekuensi dalam hubungan antara hierarki dan kaum awam. Kaum awam bukan lagi pelengkap penyerta, melainkan partner hierarki.
    • Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam hal fungsi.