Sebagai umat Katolik, pasti pernah mendengar frase singkat
Imago Dei atau Image of God.
Frase singkat itu tertuju pada manusia sebagai gambar Allah.
Nah, manusia itu dhargai dan dihormati karena martabatnya.
Manusia sebagai gambar dan rupa Allah itu asalnya dari Kitab
Suci (Kitab Kejadian 1: 26). Dan justeru itulah harkat dan martabat manusia itu
berasal.
Memang, Kitab Suci itu bukan buku sejarah, namun buku iman.
Lalu, pertanyaannya, apa sih makna terdalam mengenai Imago
Dei itu?
Berikut ini 7 Kebenaran mengenai Imago Dei atau manusia
sebagai gambar dan rupa Allah yang sepatutnya diketahui.
1. Manusia Itu Sakral dan Bermartabat
- Pernyataan bahwa pribadi manusia diciptakan menurut gambar Allah mau ditegaskan bahwa manusia itu sakral dan bermartabat. Ajaran Sosial Gereja mendasari pengesaanya mengenai martabat pribadi manusia dan keberadaan hak asasi manusia pada kebenaran dasariah pribadi manusia sebagai Gambar Allah.
- Mungkin perlu ditanyakan, apa sesungguhnya manusia itu sakral dan bermartabat? Apakah itu artinya manusia itu tidak pernah berbuat dosa? Tentu tidak.
- Kesakralan manusia itu berdasar pada pengetahuannya tentang dari mana ia berasal dan kemana akhir dari hidup ini. Lebih jauh, kesakralan manusia itu terletak pada pirbadi manusia berakal budi dan berhati nurani.
- Itulah yang membedakannya dari binatang.
- Akibatnya, kita tidak memperlakukan sesama kita seperti kita memperlakukan binatang.
2. Manusia Berdimensi Spiritual
- Dengarkan apa yang mau Tuhan katakan.
- Allah telah menjalin hubungan dengan kita sehingga pribadi manusia tidak dapat dipahami terlepas darinya. (Ini adalah kritik terhadap ideologi yang mengabaikan dimensi spiritual pribadi manusia dan tidak melindungi kebebasan beribadah)
- Akibat dari pemahaman seperti itu, keberadaan manusia itu tidak boleh direduksi pada materi belaka. Kita ini bukan hanya tubuh, tetapi juga roh. Dengan demikian kita menghormati siapapun yang menyembah Tuhannya atau pun yang transendence apapun sebutannya.
3. Allah Setia pada Relasinya Dengan Manusia
- Dengan klaim bahwa manusia sebagai gambar Allah berarti Allah tetap setia pada relasinya dengan kita. Berada di dalam gambar Allah adalah tak tergantikan.
- Akibatnya, tindakan diskriminasi, ataupun penganiayaan dalam berbagai bentuk apapun, tak akan menghapus kodrat kita sebagai gambar Allah itu. Itulah sebabnya walaupun kita dipenjara oleh karena kebenaran, martabat kita sebagai manusia tetap tak tergantikan.
Simplenya, kalau seseorang dipenjara, dia bukan binatang.
Dia tetap manusia.
4. Allah adalah Tujuan Akhir Manusia
- Kita semua berbagi suatu kondisi manusia yang sama yakni terarah kepada suatu tujuan yang sama yakni Allah. Dengan demikian kita bersolider dangan orang lain, bekerja sama, dan saling menghormati satu sama lain meskipun mereka berasal dari ras, agama, yang berbeda.
5. Manusia Bukan Ditentukan Prestasi-nya
- Martabat manusia pada akhirnya tidak bergantung pada prestasi manusia. Oleh karena itu, yang lemah, orang sakit, orang cacat, orang miskin, orang-orang di pinggiran masyarakat layak mendapat perlindungan dan rasa hormat sama sebagai manusia.
- Akibatnya, kita dengan tegas menolak Aborsi, Eutanasia, diskriminasi terhadap kaum minoritas dan yang lumpuh atau cacat. Mereka semua merupakan kehadiran diri Allah.
6. Manusia Sebagai Pribadi yang Rela-sional
- Jika Allah adalah Tritunggal dan hubungan pribadi secara Trinitarian ditandai dengan memberi dan menerima cinta, maka harus juga ada pemahaman komunitarian tentang orang yang menjadi citra Allah Trinitarian. Seseorang tidak dapat eksis dengan dirinya sendiri tapi selalu berhubungan dengan orang lain.
- Partisipasi yang lebih dalam dalam komunitas manusia meningkatkan kemanusiaan setiap orang sementara kegagalan membangun komunitas mengurangi kemanusiaan dari semua orang.
- Ini adalah kritikan terhadap individualisme, persaingan egois, dan aktivitas atau sikap lain yang membagi masyarakat dan mengurangi persekutuan manusia. Singkatnya manusia tak terlepas dari orang lain.
7. Tanggungjawab untuk Berbagi
- Pemberian diri yang tidak terpisahkan dalam kehidupan Trinitas juga harus menjadi hal yang integral dalam kehidupan manusia. Ada tanggung jawab moral untuk membagikan apa pun karunia, talenta, atau harta milik seseorang untuk kebaikan orang lain.
- Ada kewajiban untuk berkontribusi pada kebaikan bersama dan membantu mereka yang membutuhkan. Oleh karena kita memiliki harkat dan martabat yang sama, maka kita tidak menganggap rendah mereka yang tidak memiliki apa-apa.
- Lagipula semuanya bukan milik kita bukan? Kita hanya bekerja dan memiliki apa yang menjadi hasil kerja kita. Akibatnya walaupun kita kaya raya, toh kita hanya menikmati sesaat.
No comments:
Post a Comment