Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Tuesday, October 1, 2019

MARIA BUNDA ALLAH

Para Bapa Gereja menghubungkan peran Maria sebagai Bunda Allah dengan perannya sebagai Hawa yang baru (the new Eve). 
Bunda Maria melahirkan Tuhan Yesus yang menyelamatkan manusia dari dosa yang diturunkan dari dosa Hawa. 
Karena dalam Pribadi Yesus, ke-Allahan dan kemanusiaan-Nya bersatu dengan sempurna, 
maka Bunda Maria dikatakan sebagai Bunda Yesus dan Bunda Allah, sebab, Yesus itu Allah.

1. St. Yustinus Martir (155) 
membandingkan Hawa dengan Bunda Maria. 
Hawa, manusia perempuan pertama terperdaya oleh Iblis yang kemudian membawa maut; 
sedangkan Maria percaya kepada pemberitaan malaikat Gabriel, dan karena itu ia mengandung Putera Allah yang membawa hidup. 
((Lihat St. Yustinus Martir, Dialogue with Trypho the Jew, 155 AD, p.100))

2. St. Irenaeus (180): 
“Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.” 
((Lihat St. Irenaeus, Against Heresies, 189 AD, 3:22:24))

3. St. Gregorius Naziansa (390) menyatakan, 
barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. 
Sebab Bunda Maria bukan semata-mata saluran, 
melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi 
(karena tanpa campur tangan manusia) 
namun juga manusiawi 
(karena mengikuti hukum alam manusia). 
((Lihat Robert Payesko, The Truth about Mary, Volume 2, (Queenship Publishing company, California, USA, 1996), p. 2-180.))

4. St. Ambrosius (397): 
“Kejahatan didatangkan oleh perempuan (Hawa), 
maka kebaikan juga harus didatangkan oleh Perempuan (Maria); 
sebab oleh karena Hawa kita jatuh, 
namun karena Maria kita berdiri; 
karena Hawa kita menjadi budak dosa, 
namun oleh Maria kita dibebaskan…. 
Hawa menyebabkan kita dihukum oleh buah pohon (pohon pengetahuan), 
sedangkan Maria membawa kepada kita 
pengampunan dengan rahmat dari Pohon yang lain 
(yaitu Salib Yesus), 
sebab Kristus tergantung di Pohon itu seperti Buahnya…” 
((Diterjemahkan dari Virgin Wholly Marvelous, seperti dikutip oleh Robert Payesko, Ibid., p. 2-78.))

5. St. Agustinus (416): 
”Kita dilahirkan ke dunia oleh karena Hawa, 
dan diangkat ke surga oleh karena Maria.” 
((St. Agustinus, Sermon))

6. St. Cyril dari Alexandria (444): 
“Bunda Maria, Bunda Allah…, 
bait Allah yang kudus yang di dalamnya 
Tuhan sendiri dikandung… 
Sebab jika Tuhan Yesus adalah Allah, 
bagaimanakah mungkin Bunda Maria 
yang mengandung-Nya tidak disebut 
sebagai Bunda Allah?” 
((Lihat St. Cyril dari Alexandria, Epistle ro the Monks of Egypt, I ))

7. Doktrin Maria sebagai Bunda Allah/“Theotokos” 
dinyatakan Gereja melalui 
Konsili di Efesus (431) dan 
Konsili keempat di Chalcedon (451). 

Pengajaran ini diresmikan pada kedua Konsili tersebut, namun bukan berarti bahwa sebelum tahun 431, 
Bunda Maria belum disebut sebagai Bunda Allah, 
dan Gereja ‘baru’ menobatkan Maria sebagai Bunda Allah pada tahun 431. 

Kepercayaan Gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru sudah berakar sejak abad awal. 

Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan “Theotokos” tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius. 
Nestorius hanya mengakui Maria sebagai ibu kemanusiaan Yesus, tapi bukan ibu Yesus sebagai Tuhan, 
sebab menurut Nestorius yang dilahirkan oleh Maria adalah manusia yang di dalamnya Tuhan tinggal, dan bukan Tuhan sendiri yang sungguh menjelma menjadi manusia. 

((Lihat William C. Placher, Readings in the History of Christian Theology, vol. 1, 
(Westminster John Knox Press, Kentucky, USA, 1988) p. 69-70: 
Nestorius mengenali Yesus yang lahir dari rahim Maria sebagai Bait Sang Sabda (a temple of the Logos) di mana Sang Sabda itu tinggal, dan bukannya Sang Sabda (the ‘Logos’) itu sendiri. 
Menurut Nestorius, Allah ada di dalam bayi Yesus, ada di dalam diri manusia yang tersalib di Kalvari, namun sang manusia itu bukan Tuhan sendiri. Jadi Nestorius gagal membedakan sifat keilahian dan kemanusiaan Yesus yang bersatu secara sempurna dalam Pribadi Yesus. Nestorius gagal melihat bahwa Maria adalah seorang Ibu dari seorang Pribadi manusia, yang kebetulan juga adalah Pribadi Allah. 
Jadi, Maria adalah ibu dari Yesus yang adalah Allah dan manusia, meskipun ia hanya melahirkan kemanusiaan Yesus.))

No comments:

Post a Comment