Hakikat dan Konsekuensi
Gereja
sebagai Umat Allah
Menyebut kata gereja pikiran
orang pada umumnya tertuju kepada gedung yang menjadi tempat ibadah bagi orang
katolik atau pun orang Kristen lainnya. Hal ini disebabkan karena setiap hari
Minggu orang Kristen melakukan kegiatan (ibadat) keagamaan di dalam gedung
gereja. Hal ini pun benar adanya.
Namun sesungguhnya kata gereja
tidak hanya mengarah kepada gedung melainkan kumpulan orang-orang yang percaya
kepada Kristus. Dengan demikian gereja bukan hanya sekedar sebagai sebuah gedung
atau ruangan untuk berdoa atau melaksanaakan kebaktian keagamaan Kristen. Lebih
dari itu gereja juga dimengerti sebagai umat Allah.
Melalui artikel sederhana ini,
pembaca akan diarahkan untuk memahami hakikat gereja yang sesungguhnya,
sekaligus menghayatinya dalam kehidupan nyata. Selain ditujukan untuk pembaca
pada umumnya, tulisan ini juga dtujukan kepada orangtua atau wali murid dan
para peserta didik kelas Sebelas Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bacaan tambahan dalam memahami pelajaran
Pendidikan Agama katolik dan Budi Pekerti.
Adapun materi utama yang
tertuang dalam artikel ini berasal dari buku guru Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti kelas Sebelas edisi revisi tahun 2017 oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Konten yang termuat di dalamnya dikemas sedemikian rupa agar
peserta didik lebih mudah mengerti atau memahami setiap butiran materi tentang
Gereja sebagai Umat Allah.
Selain itu, para peserta didik
ketika mendapat tugas akan langsung diarahkan ke pokok materi yang sesuai. Ada
begitu banyak materi terkait yang berseliweran di jagat maya. Namun tidak
jarang dijumpai materi pelajaran yang tidak sesuai dengan judul yang
terpampang. Memang ada banyak buku elektronik gratis namun tidak sedikit pula
yang meminta bayaran. Karena itu penulis terpanggil untuk menyediakan platform
yang mudah diakses dan menyajikan materi ajar agama Katolik yang memang berasal
dari sumber yang kredibel.
Mengenal Konsep Gereja dalam
Masyarakat Umum
Masyarakat pada umumnya (orang
Kristen dan non Kristen), mempunyai konsep yang berbeda-beda jika ditanyakan
tentang apa itu gereja. Tentu konsep gereja yang mereka sampaikan menunjukkan
sejauh mana pemahaman mereka tentang gereja.
Berikut ini merupakan beberapa
konsep gereja yang sering dijumpai atau yang selalu muncul dalam kehidupan
bermasyarakat:
Gereja adalah gedung, Gereja adalah rumah Allah,
tempat beribadat, misa, atau merayakan ekaristi Umat Katolik atau Umat
kristiani pada umumnya.Gereja adalah ibadat; Gereja adalah lembaga
rohani yang menyalurkan kebutuhan manusia dalam relasinya dengan Allah lewat
ibadat-ibadat. Atau, Gereja adalah lembaga yang mengatur dan menyelenggarakan
ibadat-ibadat. Gereja adalah persekutuan Umat yang beribadat. Gereja
adalah ajaran; Gereja adalah lembaga untuk mempertahankan dan
mempropagandakan seperangkat ajaran yang biasanya dirangkum dalam sebuah buku
yang disebut Katekismus. Untuk bisa menjadi anggota Gereja, si calon harus
mengetahui sejumlah ajaran/doktrin/dogma. Menjadi anggota Gereja berarti
menerima sejumlah “kebenaran”. Gereja adalah organisasi/lembaga
sejagat/internasional; Gereja adalah organisasi dengan pemimpin tertinggi
di Roma dengan cabang-cabangnya sampai ke pelosok-pelosok seantero jagat. Garis
komando dan koordinasi diatur dengan rapi dan teliti. Ada pimpinan; Paus, para
Uskup, Para Pastor, Biarawan dan Umat. Gereja adalah Umat pilihan;
Gereja adalah kumpulan orang yang dipilih dan dikhususkan Allah untuk
diselamatkan. Tanpa menjadi anggota Gereja maka tidak akan diselamatkan masuk
surga. Gereja adalah badan sosial; Gereja adalah Lembaga yang
menyelenggarakan sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan macam-macam usaha
untuk menolong orang miskin.
Konsep-konsep gereja yang
disampaikan di atas memang ada benarnya. Namun konsep-konsep tersebut belum
menggambarkan atau belum mengungkapkan hakekat gereja yang sesungguhnya. Oleh
Karena itu untuk dapat memahami dan mengerti tentang konsep gereja yang
sesungguhnya, pada bagian berikut ini akan disampaikan konsep gereja
berdasarkan bacaan Kitab Suci dan juga berdasakan ajaran gereja sebagaimana
yang termuat dalam dokumen-dokumen gereja.
Berdasarkan asal usulnya
(etimologi), Kata “Gereja”, berasal dari bahasa Portugis, yaitu igreja yang
diambil dari kata bahasa Yunani ekklesia yang berarti
kumpulan, pertemuan, rapat. Paus Fransiskus dalam kesempatan audiensi umum
tanggal 29 Mei 2013 di lapangan Santo Petrus menjelaskan tentang ekklesia atau
Gereja seperti berikut ini:
Ekklesia sebagai
pertemuan akbar orang-orang yang dipanggil: Allah memanggil kita semua untuk
menjadi keluargaNya. Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam
mencintai diri-Nya dan orang lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan. Gereja
adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita. Gereja menjadi nyata
ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan membakar semangat mereka
untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka untuk mewartakan Injil,
menyebarkan kasih Allah.
Berdasarkan pernyataan di
atas, Paus Fransiskus lebih menekankan tentang konsep Gereja sebagai umat Allah
dalam kesatuan dan persaudaraan yang sejati. Artinya, Gereja merupakan sebuah
keluarga besar yang memungkin semua orang di dalamnya menyatakan diri sebagai
saudara dan saudari satu sama lain. Semua terpanggil untuk saling berbagi kasih
yang tanpa pamrih dengan tidak lagi membeda-bedakan asal usul atau pun
kedudukan.
Konsep Gereja sebagai Umat
Allah Menurut Kitab Suci dan Ajaran Gereja
Selanjutnya Kitab Suci juga
memberikan gambaran yang menjelaskan tentang hakikat gereja sebagai umat Allah.
Ada tiga perikop Kitab Suci yang secara jelas memberikan gambaran tentang hal
ini, yakni:
a. Kisah
Para Rasul 2:41-47
Orang-orang yang menerima
perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan
roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul
itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi
percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan
selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya
kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun
dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka
memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama
dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai
semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan.
Berdasarkan kutiban teks Kitab
Suci di atas, dapat ditemukan pesan yang menjelaskan bahwa hakikat Gereja
adalah persaudaraan yang sejati sebagaimana yang ditampilkan sekaligus menjadi
cirikhas Gereja perdana. Situasi seperti itu semestinya harus tetap menjadi
gambaran Gereja untuk zaman modern ini, ketika orang lebih cenderung
mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan kehidupan orang lain yang
membutuhkan pertolongan. Gereja sebagai umat Allah dalam konteks ini adalah
kumpulan orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus oleh pewartaan Para Rasul
dan mereka hidup sehati dan sejiwa dalam semangat kasih persaudaraan.
b. 1Korintus
12:7-11
Tetapi kepada tiap-tiap orang
dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang
seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada
yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada
yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan
karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk
mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat,
dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam
roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa
roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh
itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang
memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang
dikehendaki-Nya.
Konsep Gereja sebagai umat
Allah berdasarkan bacaan Kitab suci di atas adalah adanya rupa-rupa karunia
yang dimiliki setiap umat. Rupa-rupa karunia itu merupakan kekayaan yang bisa
digunakan untuk seluruh umat. Dengan demkian, konsep Gereja yang menekankan
segi organisatoris hanya akan melemahkan bahkan mematikan karisma dan karunia
yang ada dalam diri setiap jemaat sebagai anggota Gereja. Karisma atau
rupa-rupa karunia yang dimiliki bukan untuk menunjukkan kehebatan atau untuk
saling menjatuhkan melainkan untuk keperluan seluruh umat dalam karya
pelayanan.
c. 1
Korintus 12:12 – 18
Karena sama seperti tubuh itu
satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak,
merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua,
baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena
tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.
Andaikata kaki berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”,
jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata:
“Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”,jadi benarkah ia tidak
termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah
pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Tetapi
Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu
tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.
Berdasarkan kutipan teks Kitab
Suci di atas, Gereja sebagai umat Allah berarti semua orang yang merasa
menghayati martabat yang sama sebagai anggota Gereja akan bertanggung jawab
secara aktif dalam fungsinya masing-masing. Tujuannya adalah untuk
membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia. Setiap anggota Gereja
mempunyai perannya masing-masing. Peran itu merupakan sesuatu yang tidak bisa
dilepaskan dalam keatuannya dengan Gereja.
Hakikat dan Konsekuensi Gereja
sebagai Umat Allah
Konsili Vatikan II dalam
dokumen Lumen Gentium (artikel 2, 4 dan 7) memaparkan tentang hakikat dan
konsekuensi Gereja sebagai umat Allah. Berikut ini merupakan penjelasannya:
Hakikat Gereja sebagai umat
Allah adalah umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah
sendiri. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil. Umat Allah
dipanggil dan dipilih untuk Allah untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan
dunia. Hubungan antara Allah dan Umat-Nya dimeteraikan oleh suatu perjanjian.
Umat harus menaati perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati
janji-janjiNya. Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir,
menuju Tanah Terjanji. Artinya kita sebagai Gereja, Umat Allah sedang berziarah
menuju di dunia menuju rumah Bapa di surga. Hakikat Gereja sendiri adalah
persaudaraan cinta kasih, sebagaimana jelas tampak dalam praktek hidup Gereja
Perdana. Adanya aneka macam karisma dan karunia yang tumbuh di kalangan Umat
yang semestinya dipelihara dan dikembangkan untuk pelayanan dalam jemaat.
Seluruh anggota Gereja memiliki martabat yang sama sebagai satu anggota Umat
Allah meskipun di antara mereka terdapat fungsi yang berbeda-beda. Sedangkan
konsekuensi Gereja sebagai umat Allah meliputi konsekuensi untuk umat atau
awam, konsekuensi untuk hierarki dan konsekuensi dalam hubungan hierarki dan
umat.
Konsekuensi untuk umat awam yakni umat harus
menyadari kesatuannya dengan umat yang lain,artinya umatmenghayati iman dalam
kebersamaan. Umat juga aktif mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan hidup
menggereja di lingkungan atau wilayahnya dengan segala karisma dan
karunia yang dimilikinya.
Konsekuensi untuk hierarki antara lain Hierarki
mesti menyadari bahwa tugas kepemimpinan yang diembannya adalah tugas
pelayanan. Mereka berada di tengah-tengah umat sebagai pelayan. Hierarki
semestinya memberi ruang dan tempat bagi umat untuk berperan aktif ikut dalam
membangun Gereja dengan karisma dan karunia yang mereka miliki.
Dan dalam kaitan konsekuensi
dalam hubungan hierark dengan umat, yaitu Hierarki harus
memandang umat sebagai partner kerja dalam membangun Gereja, bukan sebagai
pelengkap penderita yang seolah-olah tidak berperan apa-apa. Hierarki juga
harus memperlakukan seluruh anggota Gereja sebagai satu Umat Allah yang
memiliki martabat yang sama meskipun menjalankan fungsi yang berbeda-beda.
Kesimpulan
Ada banyak konsep Gereja ada
dalam masyarakat secara luas. Namun konsep Gereja yang sesungguhnya haruslah
bercermin pada Kitab Suci dan Ajaran Gereja. Hakikat Gereja sesungguhnya adalah
sebagai umat Allah dengan aneka karisma dan karunia yang dimilki oleh setiap
umat. Konsep Gereja sebagai umat Allah ini membawa konsekuensi logis dalam
peran atau tugas anggota Gereja, yakni umat Allah sebagai Awam, umat Allah
sebagai hierarki, serta hubungan antara awam dan hierarki.
No comments:
Post a Comment