Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Monday, July 29, 2019

MANUSIA MAKHLUK PRIBADI

MANUSIA MAKHLUK PRIBADI


A. AKU PRIBADI YANG UNIK

Setiap manusia itu unik (unique/ Inggris atau unus/ latin = satu), tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Perbedaan itu lebih jauh dan lebih dalam dari yang dapat dilihat, dirasa, didengar dan dikatakan. Pada umumnya perbedaan ini yang membuat orang iri hati, bertentangan, bermusuhan dan ingin saling meniadakan. Padahal dengan perbedaan itu justru orang dapat saling memperkaya dan melengkapi. Perbedaan itulah yang menjadi keunikan setiap manusia. Keunikan itu bisa diamati dari hal-hal fisik, psikis, bakat/ kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Keunikan diri itu merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan diperlakukan secara khusus pula. Untuk mengatasi perbedaan itu, diperlukan sikap menerima diri apa adanya Jabatan dalam keorganisasian dapat digantikan oleh orang lain, tetapi kedudukan setiap manusia dalam seluruh kerangka ciptaan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Peran orang tua dalam keluarga dapat saja digantikan oleh orang lain, tetapi peran sebagai ciptaan tidak mungkin digantikan oleh siapapun. Tuhan menciptakan setiap manusia dengan tugas yang khas di dunia ini. Orang yang bersikap positif akan menerima keunikan itu sebagai anugerah, ia bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apa pun yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan demikian, ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang lain, ia tidak akan menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan tindakan yang melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya, hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja. Ada orang yang kurang menerima keunikan diri. Orang yang demikian akan merasa tidak puas, bahkan dapat melakukan tindakan apa pun demi menutupi keterbatasan diri, misalnya operasi plastik. Orang yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting.

Singkatnya, manusia adalah makhluk yang indah dan “istimewa”. Keistimewaan dan keagungan manusia ini hendaknya sungguh disadari oleh semua peserta didik. Sebagai orang beriman kristiani yang sungguh-sungguh ingin semakin memahami, menerima, bangga, dan percaya diri, Yesus adalah teladan yang paling utama dan pertama. Dari semula Ia menyadari diri sebagai manusia yang berbeda dengan yang lainnya. Dari cara berpikir, bersikap dan bertindak, Ia tidak ragu menunjukkan diri sebagai pribadi yang tidak sama dengan yang lainnya. Sebagai seorang pribadi kita harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya. Dengan demikian kitapun akan dapat semakin mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan kesadaran diri (self-consciousness), penerimaan diri (self-acceptance), kepercayaan diri (self-confidence) dan perasaan aman diri (selfassurance) yang tinggi. Dengan dasar itu kita dapat mengisi hidup, meraih cita-cita dan melaksanakan panggilan Allah. 
Menerima diri merupakan proses yang tidak mudah. Banyak remaja yang seringkali tergoda untuk merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Ketika melihat temannya lebih kaya, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dalam keluarga yang miskin? Ketika melihat orang lain berkulit putih, ada remaja yang berfikir: mengapa saya dilahirkan dengan kulit kusam? Ketika melihat temannya berhidung mancung, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dengan hidung pesek? Melihat temannya pintar dalam pelajaran tertentu, ada remaja yang berpikir: mengapa saya tidak sepandai dia?

Mereka yang masih berpikir seperti itu, rupanya belum menyadari; bahwa untuk hal-hal tertentu, khususnya yang bersifat fisik-jasmaniah, apa yang melekat dalam diri kita sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Mereka lupa, bahwa banyak orang kaya juga tidak bahagia, banyak orang cantik atau tampan juga tidak sukses; sebaliknya banyak orang dengan wajah biasa (bahkan kurang menarik) dari keluarga miskin sekalipun bisa sukses dan dihargai banyak orang. 
Sikap tidak menerima diri bisa menumbuhkan sikap iri, ingin menjadi seperti orang lain, dan akhirnya menghalalkan segala cara. Kasus remajaremaja di Korea Selatan yang melakukan operasi plastik merupakan salah satu contohnya. Tetapi apa yang mereka lakukan bukan jaminan untuk bisa hidup bahagia. 

Maka pertanyaan yang paling mendasar untuk direfleksikan adalah: nilai apa yang dapat menentukan kebahagiaan kalian? Apakah nilai seseorang ditentukan oleh kecantikan atau ketampanan? oleh hidung yang mancung? atau oleh sikap dan perilaku serta keteladanan hidup? 

Ajaran Kitab Suci Tentang Keunikan Diri (Kej 1: 26-31)

Waktu menciptakan manusia, Allah merencanakan dan menciptakannya menurut gambar dan rupa-Nya. Menurut citra-Nya. (Kej 1:26) 

Waktu menciptakan manusia, Allah seolah-olah perlu “bekerja” secara khusus. “Tuhan Allah membentuk manusia dari debu dan tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya” (Kej 2:7). 

Segala sesuatu, termasuk taman Firdaus, diserahkan oleh Allah untuk manusia (Kej 1:26). 
Bukankah manusia itu istimewa? Tuhan memperlakukan manusia secara khusus. Manusia sudah dipikirkan dan direncanakan oleh Allah sejak keabadian. Kehadiran manusia di muka bumi telah disiapkan dan diatur secara teliti dan mengagumkan. Manusia sungguh diperlakukan sebagai “orang”, sebagai pribadi, “seperti” Tuhan sendiri. Betapa uniknya kita manusia ini!

Sebagai orang beriman kristiani yang sungguh-sungguh ingin semakin memahami, menerima, bangga, dan percaya diri, Yesus adalah teladan yang paling utama dan pertama. Dari semula Ia menyadari diri sebagai manusia yang berbeda dengan yang lainnya. Dari cara berpikir, bersikap dan bertindak, Ia tidak ragu menunjukkan diri sebagai pribadi yang tidak sama dengan yang lainnya. Sebagai seorang pribadi kita harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya. Dengan demikian kita pun akan dapat semakin mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan kesadaran diri (self-consciousness), penerimaan diri (self-acceptance), kepercayaan diri (self-confidence) dan perasaan aman diri (self-assurance) yang tinggi. Dengan dasar itu kita dapat mengisi hidup, meraih cita-cita dan melaksanakan panggilan Allah. 

Menghayati Keunikan Diri

Setiap orang adalah pribadi yang unik, tidak ada duanya. Meskipun mereka kembar dalam satu rahim, mereka tetap berbeda satu dengan yang lain. 
Ciri fisik, sifat, cara berpikir, dan pengalaman keberhasilan, serta kegagalan membentuk keunikan setiap pribadi, selain latar belakang keluarga yang sangat mempengaruhi. 
Setiap orang adalah pribadi yang unik, yang memiliki kekhasan tersendiri dalam menghayati keberadaan dirinya dan menghayati hidupnya. Satu dengan yang lain tidak pernah sama. 
Sumber sejati keunikan pribadi manusia adalah Allah sendiri, yang telah menciptakan manusia secara khusus, pribadi demi pribadi secara ajaib.
Manusia adalah suatu “karya seni”, suatu “masterpiece” dari Allah yang luar biasa. 
Singkatnya diri anda adalah pribadi yang indah dan istimewa


B. MENGEMBANGKAN KARUNIA ALLAH

Orang muda seringkali tidak menyadari kemampuan-kemampuan dan talenta yang ada dalam diri mereka, di lain pihak merekapun sulit menerima keterbatasanketerbatasannya. Hal ini mungkin tidak bisa dilepaskan dari pengaruh lingkungan, di mana mereka diperlakukan sebagai anak-anak. Akibatnya mereka tidak bisa mengembangkan diri secara maksimal. 

Dalam pembahasan ini kita diajak untuk menyadari bahwa setiap manusia adalah unik dan diberikan kemampuan dan potensi yang berbeda-beda. Sebagai kaum beriman patutlah kita bersyukur kepada Tuhan dengan cara mengembangkan bakat dan kemampuan dengan sebaik-baiknya. Keunggulan diri berkaitan dengan bakat dan kemampuan hendaknya tidak membuat setiap orang merasa lebih unggul dari yang lain, sehingga dapat memunculkan sikap sombong dan arogan. Demikian halnya dengan keterbatasan yang ada tidak membuat orang menjadi rendah diri, minder atau bahkan merasa menjadi orang yang tidak berguna. 

Menurut Aristoteles, manusia akan bahagia jika ia secara aktif merealisasikan bakat-bakat dan potensinya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai banyak potensi, tetapi potensi-potensi itu akan menjadi nyata jika kita merealisasikannya. Kebahagiaan tercapai dalam mempergunakan atau mengaktifkan bakat dan kemampuannya. 

Setiap orang mempunyai kemampuan dan bakat-bakat dalam ukuran tertentu. Kemampuan dan bakat yang dimiliki seseorang seharusnya dikembangkan dan digunakan. Kemampuan dan bakat adalah anugerah Tuhan, yang dalam Kitab Suci sering disebut talenta. Tuhan menghendaki agar talenta itu dikembangkan dan digunakan. Dalam Injil Matius 25:14-30, dikisahkan tentang seorang tuan yang memanggil hamba-hambanya dan memberi mereka sejumlah talenta untuk “dikembangkan” dan “digunakan”. 

Setiap orang, termasuk para remaja diberi talenta oleh Tuhan. Mereka harus mengembangkan dan menggunakan talenta itu sebagaimana mestinya. Mengembangkan dan menggunakan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan Kristiani. Allah memberikan kemampuan dan talenta yang berbeda kepada setiap orang dan kemampuan itu hendaklah digunakan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama. Yesus memberikan gambaran seorang tuan yang memberikan talenta kepada hamba-hambanya. (Matius 25:14 – 30). Iapun menindak tegas kepada seorang hamba yang tidak mau mengembangkan talenta dan hanya memendamnya ke dalam tanah. 

Pada dasarnya setiap manusia dianugerahi oleh Tuhan dengan berbagai kemampuan walaupun dengan kadar yang berbeda antarsatu dengan yang lain. Orang yang pandai dalam pelajaran matematika belum tentu terampil dalam olahraga, orang yang pandai bernyanyi belum tentu pandai juga dalam olahraga. Orang yang pandai dalam pelajaran IPA belum tentu pandai bersosialisasi dengan teman. Tidak ada orang yang pandai dan terampil dalam segala hal. 

Kenyataan semacam ini seharusnya menyadarkan setiap orang bahwa di satu pihak setiap manusia mempunyai kemampuan, tetapi di lain pihak dia mempunyai keterbatasan. Maka tugas setiap orang adalah menemukan apa yang menjadi kemampuannya, serta menemukan juga keterbatasannya. 

Sikap yang bijaksana dalam menghadapi kemampuan dan keterbatasan antara lain: kemampuan sebagai anugerah Tuhan, diharapkan tidak menjadikan seseorang menjadi sombong atau takabur; Kemampuan harus ditingkatkan, dilatih terus menerus agar semakin berkembang dan dapat dijadikan andalan hidup. Sebaliknya keterbatasan jangan sampai membuat orang minder; menganggap hidup sebagai nasib buruk dari Tuhan atau merasa hidupnya tidak berguna. Kelemahan atau keterbatasan harus disadari dan diatasi agar tidak menjadi hambatan untuk memperkembangkan diri. 

Mentalitas yang perlu dikembangkan: sikap mau bekerja keras, mau belajar dari orang lain, tidak cepat menyerah, optimis, mau mencoba, dan sebagainya. 

Banyak orang sukses justru setelah ia menyadari keterbatasannya, seperti nampak dalam kisah Lena Maria. Banyak tokoh sukses yang berasal dari keluarga miskin. Tetapi kemiskinan itu menumbuhkan tekad untuk menunjukkan bahwa orang miskinpun dapat sukses. Ia tidak mau orang lain melecehkan dirinya karena miskin. Ia ingin orang lain juga menghargai dirinya sebagai pribadi yang bermartabat. Itulah sebabnya dia belajar dengan keras dan meraih prestasi yang gemilang.

Pesan Kitab Suci Tentang Panggilan Mengembangkan Anugerah (Mat 25: 14-30)

Yesus memberikan gambaran seorang tuan yang memberikan talenta kepada hamba-hambanya. (Matius 25: 14 – 30). Iapun menindak tegas kepada seorang hamba yang tidak mau mengembangkan talenta dan hanya memendamnya ke dalam tanah. 

Setiap orang diberi talenta oleh Tuhan. Mereka harus mengembangkan dan menggunakan talenta itu sebagaimana mestinya. Mengembangkan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan orang beriman kristiani. 

Kita harus mengembangkan bakat yang kita miliki, karena Tuhan telah memberikan talenta kepada manusia ciptaan-Nya, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki manusia masing-masing. 
Kita harus seperti hamba yang pertama dan hamba yang kedua yang mengembangkan talenta yang mereka punya dengan baik. 

Kita tidak boleh mencontoh hamba yang ketiga, yang hanya mengubur talentanya, tanpa berusaha untuk mengembangkannya. 

Allah akan sedih dan kecewa karena kita hanya memendam bakat yang kita miliki. Terlebih kita merasa iri hati terhadap kemampuan yang orang lain miliki. Allah memberikan masing-masing talenta kepada umat-Nya, dan talenta itu harus kita syukuri, serta kita kembangkan. 

KESETARAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

Kamu seperti apa?
Pada usia remaja, seseorang mengalami pertumbuhan jasmaniah dan rohaniah yang sangat besar. mereka mengalami adanya dorongan-dorongan dan daya-daya tertentu dalam dirinya, khususnya daya tarik terhadap lawan jenisnya. Daya tarik terhadap lawan jenis ini sering belum disadari secara penuh oleh para remaja sebagai hal yang luhur, indah, wajar, dan manusiawi. Ketidaktahuan dan ketidaksadaran akan adanya dorongan dan daya tarik terhadap lawan jenis ini dapat menyebabkan remaja tidak pandai menempatkan diri dalam pergaulan antarjenis. Bahkan, pergaulan antarjenis di kalangan para remaja sering “menyimpang”. Karena itulah, para remaja memerlukan bimbingan agar mereka memiliki pengetahuan dan kesadaran yang memadai tentang hakikat kepriaan dan kewanitaan serta daya tarik terhadap lawan jenisnya. Dengan demikian, para remaja dapat menghargai dirinya sendiri dan lawan jenisnya (pria dan wanita) sebagai ciptaan Tuhan yang indah, luhur, dan suci. 

Dalam pembahasan ini peserta didik akan diajak untuk menyadari bahwa lakilaki dan perempuan diciptakan semartabat dan sederajat. Keduanya diciptakan menurut citra Allah: diciptakan menurut gambar dan rupa Allah yang satu dan sama (Kejadian 1, 26 -27). Lebih dari itu, mereka dianugerahi kepercayaan dan kesempatan yang sama untuk mengambil bagian dalam karyaNya yang agung. Mereka dipanggil untuk membangun persekutuan (communio) dan bekerja sama dalam pengelolaan dunia dan seisinya serta pelestarian generasi umat manusia (Kejadian 1, 31). 

Laki-laki dan perempuan saling melengkapi. Sifat korelatif itu sangat jelas dalam bentuk pria dan wanita. Tetapi juga kelihatan dalam seluruh kemanusiaannya, seperti: perasaan, cara berpikir, dan cara menghadapi kenyataan, termasuk Tuhan. Tuhan mengatakan: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2: 18).

Laki-laki dan perempuan diciptakan bukan pertama-tama sebagai tuan dan hamba atau atasan dan bawahan, tetapi rekan yang sepadan. Tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada keduanya sama. Nilai karya dan peran mereka pada karya Allah pada umumnya tidak berbeda: tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Sabda Allah yang berbunyi: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita…”(Kejadian 1, 26) dan “…yang dijadikanNya itu sungguh amat baik” (Kejadian 1, 31) menunjukkan perbedaan manusia dengan ciptaan lain. Sabda itu menunjukkan keistimewaan mereka sebagai laki-laki dan perempuan di antara semua ciptaan, bukan perbedaan mereka sebagai laki-laki dan perempuan. 

Dalam Kitab Kejadian juga diceritakan bahwa pria dan wanita merupakan ciptaan Tuhan yang paling indah. Pria dan wanita diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk menjadi teman hidup. Pria saja tidaklah lengkap. Allah sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2: 18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu bukan dari bahan lain, tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata tentang wanita itu demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2: 23). Dari kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang suci dan sepadan.

Ajaran Kitab Suci Tentang Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan (Kej 2: 18-23)

Menghayati Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan

setara bukan harus sama?
Banyak orang bila berbicara tentang kesederajatan antara perempuan dan laki-laki, sering terbatas pada masalah pembagian tugas atau fungsi. Maka banyak orang begitu yakin, bahwa kepala keluarga itu harus seorang bapak. Sekalipun sang bapak itu pengangguran dan yang berjuang matimatian mencari nafkah sang istri, tetap saja bapak yang kepala keluarga. Ibu bertugas beres-beres rumah, dan sebagainya. 

Banyak laki-laki ketika berbicara soal kesederajatan, lebih berfokus pada apa yang seharusnya seorang perempuan perbuat baginya. Dan sebaliknya, perempuan berpikir apa yang seharusnya laki-laki perbuat baginya. Selama manusia berpikir seperti itu, maka kesederajatan sulit diwujudkan. 

Sebaliknya kesederajatan akan terwujud bila orang berpikir secara baru. Pikiran baru itu adalah ketika laki-laki mampu berkata: perempuan diciptakan Tuhan sebagai penolong saya, berarti dia(perempuan) itu adalah bukti cinta Tuhan pada saya. Tuhan menghendaki saya berkembang lewat bantuan dia, maka saya akan menghormati dan melakukan apapun yang terbaik bagi dia. Bila saya menghormati dan mengasihi dia, saya pun mencintai Tuhan. Demikian pula sebaliknya: perempuan berkata: Saya telah diciptakan Tuhan sebagai penolong dia, maka saya akan menghormati dan melakukan apa saja yang terbaik bagi dia, sebab hal itu merupakan wujud saya mengasihi Tuhan. 

Pikiran-pikiran semacam itu dapat diwujudkan melalui contoh berikut: Remaja laki-laki tidak akan merasa gengsi bila terbiasa mau membantu keluarga mencuci piring atau masak.
Panggilan Tuhan atas laki-laki atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan memperkembangkan diri menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati. 


KELUHURAN MANUSIA SEBAGAI CITRA  ALLAH

Dewasa ini banyak terjadi pelanggaran terhadap martabat kemanusiaan. Di berbagai tempat terjadi kekerasan yang diakibatkan dari sikap fanatik dan diskriminatif ras, suku, agama, budaya, dan kelompok sosial. Sikap ini dapat menjalar pada siapa saja, tidak terkecuali orang muda. Oleh karena itu, mereka perlu disadarkan bahwa sikap tersebut dapat melahirkan berbagai kekerasan dan tindakan anarkis yang sungguh merusak dan sangat melukai martabat manusia sebagai citra Allah. 

Sebagai sesama citra Allah, setiap manusia adalah bersaudara. harus saling menghormati dan saling mengasihi. Sikap ini seperti yang digambarkan Yesus dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan itu dikisahkan bagaimana orang Samaria yang baik hati itu telah memperlakukan orang Yahudi yang mendapat bencana di jalan seperti saudaranya sendiri, bahkan lebih dari itu. 

Dalam Kitab Kejadian 1: 26-27 dikisahkan demikian: Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dalam kutipan Kejadian 1: 26-27 ini jelas dinyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tentang makhluk-makhluk yang lain tidak dikatakan seperti itu.

Tokoh-Tokoh Membela dan Memperjuangkan Keluhuran Martabat Manusia. 

1) Mahatma Gandhi 

Mohandas Karamchand Gandhi biasa dipanggil Mahatma Gandhi (bahasa Sanskerta: “jiwa agung”) adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India. 

Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri. 

Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai. 

Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan. 

Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan Britania untuk kemudian membentuk Persemakmuran. 

Rakyat dari agama dan suku yang berbeda yang hidup di India kala itu yakin bahwa India perlu dipecah menjadi beberapa negara agar kelompok yang berbeda dapat mempunyai negara mereka sendiri. Banyak yang ingin agar para pemeluk agama Hindu dan Islam mempunyai negara sendiri. Gandhi adalah seorang Hindu namun dia menyukai pemikiranpemikiran dari agama-agama lain termasuk Islam dan Kristen. Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang sama dan hidup bersama secara damai di dalam satu negara. 
Pada 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara, India dan Pakistan. Hal ini tidak disetujui Gandhi. 

Prinsip Gandhi, satyagraha, sering diterjemahkan sebagai “jalan yang benar” atau “jalan menuju kebenaran”, telah menginspirasi berbagai generasi, aktivis-aktivis demokrasi, dan anti-rasisme seperti Martin Luther King, Jr. dan Nelson Mandela. Gandhi sering mengatakan kalau nilai-nilai ajarannya sangat sederhana, yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional: kebenaran (satya), dan non-kekerasan (ahimsa). 

Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia terlalu memihak kepada Muslim. 

2) Ibu Teresa 

Bunda Teresa (Agnes Gonxha Bojaxhiu); lahir di Ãœsküb, Kerajaan Ottoman, 26 Agustus 1910 – meninggal di Kalkuta, India, 5 September 1997 pada umur 87 tahun) adalah seorang biarawati Katolik Roma keturunan Albania dan berkewarganegaraan India yang mendirikan Misionaris Cinta Kasih (bahasa Inggris: Missionaries of Charity) di Kalkuta, India, pada tahun 1950. Selama lebih dari 45 tahun, ia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat, sementara membimbing ekspansi Misionaris Cinta Kasih yang pertama di seluruh India dan selanjutnya di negara lain. Setelah kematiannya, ia diberkati oleh Paus Yohanes Paulus II dan diberi gelar Beata Teresa dari Kalkuta. 

Pada 1970-an, ia menjadi terkenal di dunia internasional untuk pekerjaan kemanusiaan dan advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak berdaya. Misionaris Cinta Kasih terus berkembang sepanjang hidupnya dan pada saat kematiannya, ia telah menjalankan 610 misi di 123 negara, termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, lepra, dan TBC, program konseling untuk anak dan keluarga, panti asuhan, dan sekolah. Pemerintah, organisasi sosial dan tokoh terkemuka telah terinspirasi dari karyanya, namun tak sedikit filosofi dan implementasi Bunda Teresa yang menghadapi banyak kritik. Ia menerima berbagai penghargaan, termasuk penghargaan pemerintah India, Bharat Ratna (1980) dan Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 1979. Ia merupakan salah satu tokoh yang paling dikagumi dalam sejarah. Saat peringatan kelahirannya yang ke-100 pada tahun 2010, seluruh dunia menghormatinya dan karyanya dipuji oleh Presiden India, Pratibha Patil. http://id.wikipedia.org/wiki/Bunda_Teresa 

3) YB. Mangunwijaya 

Sebagai seorang tokoh agama yang peduli pada nasib rakyat kecil, ia tak lelah membela hak-hak kaum yang tertindas. Seperti saat masyarakat Kedungombo menggugat penggusuran tanah mereka tanpa ganti rugi yang berarti karena di tanah yang akan mereka tempati akan dibuat sebuah waduk. Pada 5 Juli 1994, Mahkamah Agung akhirnya mengabulkan tuntutan kasasi 34 warga Kedungombo dengan ganti rugi yang cukup besar. Namun niat baik rupanya tidak selalu ditanggapi dengan baik. Romo Mangun yang setia melakukan pendampingan sejak tahun 1986 itu justru dituding berusaha melakukan Kristenisasi. Mendapat tudingan itu, pria yang pernah mengikuti kuliah singkat tentang kemanusiaan di Amerika Serikat itu hanya terdiam. 

Selain menaruh kepedulian yang tinggi pada nasib rakyat miskin, Romo Mangun juga dikenal sebagai sosok yang sangat peduli dengan dunia pendidikan. “Anak-anak miskin yang tanpa sepengetahuan mereka terlempar lahir di kalangan kumuh, itulah yang sebetulnya lebih memerlukan pertolongan. Dari pengalaman itu saya mengambil kesimpulan bahwa prioritas selanjutnya yang ingin saya kerjakan adalah mengabdi kepada pendidikan dasar anak-anak miskin.” aku Romo. Kekecewaan Romo Mangun terhadap sistem pendidikan di Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan di benaknya. Pada 19 Mei 1994, ia membangun Yayasan Dinamika Edukasi Dasar. Sebelumnya, Romo Mangun membangun gagasan SD yang eksploratif untuk penduduk korban proyek pembangunan waduk Kedungombo, Jawa Tengah, serta penduduk miskin di pinggiran Kali Code, Yogyakarta. Romo Mangun yakin bahwa interaksi saling ajar antara guru dan murid adalah hal yang paling menentukan keberhasilan pendidikan. Menurutnya, meski pendidikan tinggi di Indonesia tidak cukup baik, tapi lantas jangan meninggalkan pendidikan dasar. Perjuangannya dalam membela kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan oleh politik dan kepentingan para pejabat menjadikan dirinya beroposisi selama masa pemerintahan Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Orde Baru. Bahkan tak jarang ia bersuara lantang memprotes kesewenang-wenangan seperti pada 26 Mei 1998, Romo Mangun menjadi salah satu pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan terbunuhnya Moses Gatutkaca di Yogyakarta. Namun sayang, semua kebaikannya harus terhenti karena kehendak Yang Maha Kuasa. Sosok pemuka agama yang santun dan bijak itu harus kembali ke haribaan-Nya ketika menghadiri sebuah acara. Kepergiannya terbilang tiba-tiba tetapi sangat tenang. Usai mengisi seminar ‘Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia Baru’ di Hotel Le Meridien, tubuhnya seketika limbung. Ia pun dilarikan ke Rumah Sakit Saint Carolus, Jakarta. Namun tak lama kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada Rabu, 10 Februari 1999 pukul 14:10 WIB akibat serangan jantung. Jenazahnya kemudian dimakamkan di makam biara komunitasnya di Kentungan, Yogyakarta. 

Kepergian Romo yang mendadak menyisakan rasa kehilangan yang teramat dalam bagi orang-orang yang pernah mengenal sosoknya. Berbagai komentar dari tokoh masyarakat waktu itu, termasuk Mantan Presiden Republik Indonesia Ketiga (1998-1999) BJ Habibie, menunjukkan bahwa bangsa ini telah kehilangan seorang tokoh yang menjadi suri tauladan. Kebaikan, keteladan, ketekunan, dan jalan kebenaran yang ia tempuh, membuatnya dijadikan contoh oleh banyak orang. Tidak hanya untuk orang yang seiman, mereka yang berbeda keyakinan pun juga mengamini pendapat itu. Di mata kawan-kawannya, ia dikenal sebagai pejuang yang cinta perdamaian, yang memberikan perhatian lebih pada mereka yang menderita dan butuh bantuan. 

4) Munir 

Munir Said Thalib (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 – meninggal di Jakarta di dalam pesawat jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38 tahun) adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. 

Saat menjabat Dewan Kontras, namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orangorang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar. 

Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kota Batu. Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar mengungkap kasus pembunuhan ini. 
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya. 

Mendalami Ajaran Gereja dan Kitab Suci yang Mengajarkan tentang Keluhuran Martabat Manusia sebagai Citra Allah 

a. Beberapa Kutipan dari Katekismus Gereja Katolik (KGK):

KGK 357 Karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya. 

KGK 358 Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk manusia (Bdk. GS 12,1; 24,2; 39,1), tetapi manusia itu sendiri diciptakan untuk melayani Allah, untuk mencintai-Nya dan untuk mempersembahkan seluruh ciptaan kepadaNya: “Makhluk manakah yang diciptakan dengan martabat yang demikian itu? Itulah manusia, sosok yang agung, yang hidup dan patut dikagumi, yang dalam mata Allah lebih bernilai daripada segala makhluk. Itulah manusia; untuk dialah langit dan bumi dan lautan dan seluruh ciptaan. Allah sebegitu prihatin dengan keselamatannya, sehingga Ia tidak menyayangi Putera-Nya yang tunggal untuk dia. Allah malahan tidak ragu-ragu, melakukan segala sesuatu, supaya menaikkan manusia kepada diri-Nya dan memperkenankan ia duduk di sebelah kanan-Nya” (Yohanes Krisostomus, Serm. in Gen. 2,1). 

KGK 360 Umat manusia merupakan satu kesatuan karena asal yang sama. Karena Allah “menjadikan dari satu orang saja semua bangsa dan umat manusia” (Kis 17:26) Bdk. Tob8:6. Pandangan yang menakjubkan, yang memperlihatkan kepada kita umat manusia dalam kesatuan asal yang sama dalam Allah dalam kesatuan kodrat, bagi semua disusun sama dari badan jasmani dan jiwa rohani yang tidak dapat mati dalam kesatuan tujuan yang langsung dan tugasnya di dunia; dalam kesatuan pemukiman di bumi, dan menurut hukum kodrat semua manusia berhak menggunakan hasil-hasilnya, supaya dengan demikian bertahan dalam kehidupan dan berkembang; dalam kesatuan tujuan adikodrati: Allah sendiri, dan semua orang berkewajiban untuk mengusahakannya: dalam kesatuan daya upaya, untuk mencapai tujuan ini;… dalam kesatuan tebusan, yang telah dilaksanakan Kristus untuk semua orang” (Pius XII Ens. “Summi Pontificatus”) Bdk. NA 1. 

KGK 361 “Hukum solidaritas dan cinta ini” (ibid.) menegaskan bagi kita, bahwa kendati keaneka-ragaman pribadi, kebudayaan dan bangsa, semua manusia adalah benar-benar saudara dan saudari. KGK 362 Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah wujud jasmani sekaligus rohani. Teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan, apabila ia mengatakan: “Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kejadian 2:7). Manusia seutuhnya dikehendaki Allah 

b. Ajaran Kitab Suci (Luk 10: 25-37)
Kata Citra mungkin lebih tepat kita artikan sebagai Gambaran. Yang menggambarkan! Kalau kita mirip dengan ibu kita, itu tidak berarti kita sama dengan ibu kita. Tetapi dengan mirip ini mau menggambarkan sesuatu, bahwa pada diri kita entah itu fisiknya, karakternya, sifatsifatnya ada kesamaan dengan ibu. Dan kesamaan ini bukan dalam arti yang sebenarnya, tetapi merupakan gambaran dari ibu. Hasil karya, entah itu seni atau yang lainnya dapat menggambarkan si penciptanya. Demikian pula makhluk yang disebut manusia itu, dapat dikatakan sebagai gambaran atau citra si penciptanya, yaitu Allah sendiri. 

Manusia diberi kuasa untuk menguasai alam ciptaan lain. Menguasai alam berarti menata, melestarikan, mengembangkan, dan menggunakannya secara bertanggungjawab. 
Karena manusia diciptakan sebagai Citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang. Ia mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas diri sendiri, mengabdikan diri dalam kebebasan, dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan dipanggil membangun relasi dengan Allah, pencipta-Nya. 

Persaudaraan sejati adalah persaudaraan yang dihayati atas dasar persamaan kodrat sebagai sesama ciptaan Tuhan dan persamaan kodrat sebagai Citra Allah.
Persaudaraan sejati tidak membedakan orang berdasarkan agama, suku, ras, ataupun golongan, karena semua manusia adalah sama-sama umat Tuhan dan sama-sama dikasihi Tuhan. Maka setiap orang yang membenci sesamanya, ia membenci Tuhan.

36 comments:

  1. APA REFLEKSIMU SETELAH MENGETAHUI HAL INI?
    BERIKAN PENDAPATMU!

    ReplyDelete
  2. Merasa bangga karena mereka orang orang yang baik dan berjuang demi Tuhan

    ReplyDelete
  3. aku perempuan tetapi aku memiliki teman laki laki,aku merasa senang dan bersyukur kepada tuhan karena adanya hal tersebut kami dapat saling melengkapi satu sama lain di dalam perbedaan (laras/7a/15)

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. bersyukur untuk apa yang telah tuhan berikan kepadaku
    *nara7a

    ReplyDelete
  6. Aku bangga dan bersyukur atas teman teman yg Tuhan berikan kepadaku

    ReplyDelete
  7. Aku bangga dan bersyukur atas teman teman yg Tuhan berikan kepadaku (Vega 7A 19)

    ReplyDelete
  8. Saya merasa bersyukur atas apa yang sudah Tuhan berikan mepada saya,dan menerima semua apa yang di berikan Tuhan

    ReplyDelete
  9. Saya Bangga Apa Yang Tuhan Berikan Kepada Saya (Endha7G)

    ReplyDelete
  10. Saayaaa bangga dan bersyukur atas pemberian Tuhan dan menerima apa adanya/ Konan7G

    ReplyDelete
  11. Saya sangat bersyukur atas pemverian Tuhan kepadaku yang sungguh lengkap (Anggita 7G)

    ReplyDelete
  12. Saya bangga dan bersyukur atas pemberian yang Tuhan berikan kepadaku dan saya menerima pemberian Tuhan apa adanya

    ReplyDelete
  13. Saya bangga dan bersyukur atas pemberian Tuhan kepadaku dan saya menerima pemberian tuhan apa adanya ( Cici7g)

    ReplyDelete
  14. Saya bangga dan bersyukur atas pemberian Tuhan kepadaku dan saya menerima pemberian tuhan apa adanya ( Cici7g)

    ReplyDelete
  15. Saya bangga dan bersyukur atas pemberian yang Tuhan berikan kepadaku dan saya menerima pemberian Tuhan apa adanya

    ReplyDelete
  16. Saya merasa bangga atas pemberian Tuhankepada saya (kartika/20/7g)

    ReplyDelete
  17. Kita harus bersyukur karena kita memiliki bakat masing"

    ReplyDelete
  18. Saya merasa bangga dan bisa bersyukur karena kita memiliki keunikan dan berkat sendiri"...aku juga bersyukur atas semua yg Tuhan berikan pada saya... (Jesicca 7G/19)

    ReplyDelete
  19. Merasa bangga karena neraka orang² yang baik dan berjuang demi Tuhan
    OLA 7G

    ReplyDelete
  20. Bersyukur karena tuhan telah memberikan keunikan yang berbeda beda di setiap orang
    (berbard/7G)

    ReplyDelete
  21. Saya merasa bersyukur karena Tuhan memberikan keunikan kepda saya dan Tuhan juga memberikan keunikan yang berbeda beda kepada banyak orang(odi7g)

    ReplyDelete
  22. Saya bersyukur karena Allah telah memberikan setiap orang kemampuan yang berbeda(Gandung7G)

    ReplyDelete
  23. Saya merasa bersyukur karena Tuhan memberikan kaunikan yang berbeda beda kepada saya dan Tuhan juga memberikan kaunikan yang berbeda beda kepada banyak orang (odi7g)

    ReplyDelete
  24. Saya bersyukur karena Allah telah memberikan setiap orang kemampuan yang berbeda(Gandung7G)

    ReplyDelete
  25. Saya merasa bersyukur karena Tuhan memberikan keunikan pada saya(odi7g)

    ReplyDelete
  26. Merasa bersyukur karena telah diberikan karunia yang hebat
    Nathan/7G

    ReplyDelete
  27. Saya bangga dan bersyukur atas apa yang diberi oleh Tuhan (Ayunida/7A)

    ReplyDelete
  28. aku sangat bangga dan bersyukur atad apa yang Tuhan berikan selama ini (Alda/7A)

    ReplyDelete
  29. Kita harus bersyukur atas apa yang tuhan berikan kepada kami
    (Abi/7A)

    ReplyDelete
  30. Saya bangga dan bersyukur atas pemberian Tuhan kepadaku(Dipta7A)

    ReplyDelete
  31. nerasa bersyukur aymtas karunia yang telah diberikan oleh Tuhan(Agnes7A)

    ReplyDelete
  32. Saya sangat bangga karena aku telah diciptakan oleh yesus dengan sempurna (daffa 7A 14)

    ReplyDelete
  33. Aku bangga karena aku di berikan tubuh yg sempurna oleh tuhan (Edward7g)

    ReplyDelete
  34. Aku bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh Tuhan kepadaku(Ajeng/7A/11)

    ReplyDelete
  35. Aku harus bersyukur karena aku di berikan tubuh yg sempurna oleh tuhan (Abi/7A)

    ReplyDelete