Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Monday, September 16, 2019

MAKNA UCAPAN BAHAGIA (MAKARIOS)

Kebahagiaan biasanya diidentikkan dengan segala sesuatu yang dapat membuat hati kita senang. Setiap orang pasti rindu dan ingin mendapatkan kebahagian. Pada umumnya orang memandang kebahagiaan itu hanya dari sudut materi seperti halnya, harta kekayaan memiliki kedudukan tinggi dan terhormat. Tetapi dalam Matius 5:1-12, Yesus memiliki cara pandang yang berbeda dengan kebahagiaan. Pandangan ini jelas sangat jelas bertolak belakang dengan pandangan dunia yang kebahagiannya bersifat semu(sementara) saja.

Pada dasarnya pengajaran tersebut sebenarnya Yesus ingin menyampaikan secara khusus kepada ke dua belas murid-Nya yang baru saja dipilihnya, namun karena pada waktu itu khotbah mengenai pelayanan yang Yesus lakukan tersiar sampai ke seluruh daerah, mulai dari Galilea, Siria, Dekapolis, Yerusalem, Yudea dan seberang Yordan, maka datanglah banyak orang berbondong-bondong ingin mendengarkan pengajaran yang Yesus sampaikan. Dengan begitu banyaknya orang hadir untuk mendengar, sehingga Yesus naik keatas bukit agar khotbahnya dapat didengar oleh semua orang disitu.

Pengajaran Yesus pada khotbah dibukit tersebut dimulai dengan ucapan “berbahagia” dalam bahasa Yunani “makarios” yang artinya selain berbahagia juga berarti “diberkati” atau “untung”. Jika dalam Perjanjian Lama berakhir dengan kutukan (Mal.4:6), maka pada Perjanjian Baru diawali dengan berkat. Melalui khotbah dibukit Yesus hendak menjelaskan bahwa mereka yang disebut berbahagia adalah mereka yang akan diberkati Tuhan serta layak masuk kedalam Kerajaan Sorga. Berikut makna yang tersirat dari ucapan berbahagia yang Yesus sampaikan khotbahnya di bukit:

Miskin dihadapan Allah

Di dalam Perjanjian Lama orang miskin seringkai menjadi gambaran orang yang rendah hati dan menyangkal diri.

Orang yang sengsara atau miskin di dalam Perjanjian Lama adalah orang yang sangat diremehkan oleh orang lain, sehingga tidak mungkin ia bergantung dan berharap kepada siapapun. Oleh sebab itu, mereka hanya dapat bergantung serta berharap kepada Tuhan (Maz.34:7).

Kata “miskin dihadapan Allah” (Mat.5:3), dalam bahasa Yunani “ptochos to pneumati” yang artinya “miskin didalam roh”. Kata “miskin” tidak menunjuk kepada miskin secara materi, tetapi secara rohani. Jadi, miskin dihadapan Allah artinya: menyadari kemiskinan dirinya didalam hal rohani, bahwa seseorang tidak ada artinya tanpa Tuhan dan betapa ia sangat membutuhkan Tuhan (Maz.51:13). Jadi, orang seperti itulah yang layak mempunyai Kerajaan Sorga.

Berduka Cita

Kata “dukacita” dalam hal ini tidak menunjuk kepada dukacita yang disebabkan karena ada orang meninggal. Kata “berdukacita” dalam bahasa Yunani adalah “pentheo” yang artinya adalah “meratap dan menyesali atas dosa-dosanya atau berkabung atas dosa-dosanya” (Yeh.9:4). Tetapi berdukacita atau berkabung tidak dibenarkan berlarut-larut namun harus meminta pengampunan kepada Tuhan atas dosa-dosanya. Inilah dukacita yang dimaksudkan kehendak Tuhan (2 Kor.7:10). Mengapa demikian, karena mereka disebut berbahagia, karena mereka akan dihibur. Kata “dihibur” memiliki arti “akan dibesarkan hatinya” (Luk.18:13).

Lemah Lembut
Kata lemah lembut dalam bahasa Yunani “praus” yang artinya “rendah hati” (Maz.37:11). Rendah hati bisa diartikan juga dengan “tidak punya kekuasaan”. Kata “praus” juga dapat mengandung arti orang yang tunduk kepada orang yang punya kuasa. Kata “tunduk” dalam hal ini sepenuhnya tunduk kepada Tuhan membuat seseorang menjadi lembut. Kata “lemah” disini tidak berarti tidak bisa berbuat apa-apa atau marah, tetapi lebih kepada kemampuan untuk mengendalikan diri dari emosinya dengan baik. Contoh Musa (Bil.12:3 dan Kel.32:9). Yesus berjanji bahwa orang yang lemah lembut akan memiliki bumi yang artinya menerima berkat yang besar tetapi lebih ditekankan kepada berkat rohani.

Lapar dan Haus Akan Kebenaran
Biasanya kalau orang lapar maupun haus pasti akan mencari makanan maupun minuman untuk mengatasi rasa lapar dan hausnya. Kata “lapar dan haus” disini tidak berbicara tentang lapar dan haus secara fisik atau jasmani. Ini hanyalah sebuah kiasan yang dipakai untuk mengungkapkan atau menggambarkan rasa rindu yang besar kepada Tuhan yang melebihi segalanya. Jadi, dalam konteks ini lebih ditekankan kepada hal-hal yang bersifat rohani. Kata “kebenaran” disini juga bukan kebenaran secara hukum seperti dalam Roma 9:31,10:4 tetapi kebenaran secara moral atau kesucian. Jadi, lapar dan haus akan kebenaran adalah orang yang dipenuhi hati ingin agar kehendak Tuhan dilakukan. Bagi mereka yang lapar dan haus akan Tuhan, akan disebut berbahagia karena kerinduan jiwanya akan dipuaskan oleh kasih dan berkat dari Tuhan.

Murah Hati
Kata “murah hati” dalam bahasa Yunani “eleemon” artinya berbelas kasihan. Sedangkan dalam bahasa Ibrani adalah “khesed” yang artinya kemampuan untuk melihat penderitaan orang lain (Rm.12:15). Murah hati adalah salah satu sifat yang bisa mencakup beberapa hal antara lain:
a.Mengasihi
b. Menyayangi
c. Menolong
d. Mudah mengampuni

Dalam hal ini kita perlu meneladani Tuhan Yesus yang sangat bermurah hati kepada orang yang memerlukan pertolongan. Dengan bermurah hati kepada orang lain, maka kita pun akan beroleh kemurahan serta belas kasihan demi Tuhan (Ams.19:17).

Suci Hati
Dalam budaya orang Ibrani, hati merupakan pusat kepribadian yang melambangkan pikiran, perasaan, dan jiwa seseorang. Hati adalah pusat kehidupan orang percaya, apa yang keluar di kehidupan nyata merupakan ekspresi dari hati. 
Contoh:
  • Ketaatan kepada suatu perintah dimulai dari hati yang bijak (Ams.10:8).
  • Perencanaan suatu kejahatan dimulai dari hati yang penuh tipu daya (Ams.12:20).
  • Kebodohan dimulai dari hati yang bebal (Ams.12:23)
  • Tubuh yang segan dimulai dan hati yang tenang (Ams.14:30).
  • Muka yang berseri-seri dimulai dari hati yang gembira (Ams.15:13).
  • Kejatuhan dimulai dari tinggi hati (Ams.16:18).
  • Orang yang diberkati dimulai dari hati yang baik (Ams.22:9).
  • Pujian dimulai dari kerendahan hati (Ams.29:23).
Dalam Ams.4:23, Firman Tuhan mengingatkan kita untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan, karena dari hati akan terpancar kehidupan. Dalam Mazmur 24:3-4, disebutkan bahwa orang yang murni hatinya yang dapat masuk ke dalam rumah Tuhan.

Membawa Damai

Kata damai dalam bahasa Yunani “eirene” dan dalam bahasa Ibrani “shalom” yang artinya tidak bertengkar, tetapi juga harus memiliki hubungan yang baik diantara sesamanya. Jadi, orang yang membawa damai adalah orang yang keberadaannya membawa kesenangan, kesukaan dan kenyamanan. Orang yang membawa damai adalah orang yang cinta damai (Maz.120:7). Jadi, orang yang membawa damai akan disebut berbahagia karena mereka dapat menikmati kepuasan dengan memelihara perdamaian diantara sesamanya (Yak.3:18).

Dianiaya Oleh Sebab Kebenaran

Kata ‘orang yang dianiaya” dalam bahasa Yunani “dediogmenoi” yang berasal dari kata “dioko” berarti menerima penderitaan dari orang lain. Demikian juga kata “dicela” dalam bahasa Yunani memiliki arti dihina dengan ucapan-ucapan yang keras (1 Ptr.4:14). Menurut para nabi Yahudi, menganggap bahwa penghinaan itu sama jahatnya dengan penyembahan berhala, perzinahan, dan pertumpahan darah.

Dalam ayat 11 dijelaskan dalam kalimat “mereka dicela dan dianiaya serta difitnahkan segala yang jahat menjelaskan keadaan orang-orang yang dihina oleh sebab kebenaran. Pada bagian lain dalam ayat 10 menegaskan adanya satu alasan, mengapa seseorang dianiaya, dicela dan difitnahkan dari segala yang jahat. Ini terjadi bukan karena seseorang melakukan dosa tetapi oleh sebab kebenaran. Kebenaran disini ialah Yesus, dan Yesuslah yang menjadi sumber kebenaran satu-satunya. Mereka yang menjadikan Yesus sebagai sumber kebenaran dan hidup akan menderita, disudutkan, dan diserang habis-habisan (Yoh.15:18-21).

Jadi berbahagialah mereka yang teraniaya, dicela dan difitnah oleh kebenaran, karena Tuhan akan menyediakan hadiah yang besar, yakni mahkota kehidupan. Amin.

No comments:

Post a Comment