Suara hati adalah kesadaran moral dalam situasi konkrit atau hidup sehari-hari.
Kesadaran moral maksudnya kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Suara Hati juga disebut sebagai corong Allah, dan tempat seseorang berdiam diri bersama Allah
Suara Hati juga disebut sebagai corong Allah, dan tempat seseorang berdiam diri bersama Allah
(Gaudium Et Spes art. 16).
Itu sebabnya suara hati sering disebut : Nur-ani / sanubari = cahaya paling dalam.
Sifat-sifat suara hati :
Suara hati adalah alat komunikasi dari Allah kepada tiap pribadi manusia. Melalui suara hatinya Allah membimbing tiap pribadi untuk hanya melakukan perbuat baik dan benar dan terbaik / terbenar. Maka suara hati adalah pedoman atau norma untuk menilai setiap tindakan manusia.
Awalnya orang tua, masyarakat, teman, sekolah, Negara, agama, dan pengalaman hidup memasukan banyak program ke dalam benak kita. Mereka menginstal hal-hal baik dan positif, lalu menurut akal budi dan pengalaman kita sendiri program-program ternyata baik, maka diterima dan disimpan dan lalu membentuk SUARA hati.
Sifat-sifat suara hati :
- Objektif dan jujur : suara hati selalu jujur. Jika kita merasa sakit dan sedih suara hati membuat suasana hati kita sakit dan sedih. Jika merasa manis, suara hati memberitahukan bahwa itu manis. Suara hati melihat apa adanya sesuatu (objek) maka disebut objektif.
- Normative : suara hati merupakan cerminan dari norma-norma yang ada di masyarakat sekitar. Suara hati benar bila mengikuti norma dan salah bila melanggar norma. Misalnya, suara hati hati kita akan melarang kita untuk kencing di pinggir jalan sebab menurut pandangan masyarakat itu tidak sopan, dan suara hati akan malu bila kita melakukannya. Agama punya aturan untuk menghormati orang tua, dan suara hati kita selalu menyuruh kita untuk melakukan hal tersebut.
- Tulus dan tanpa pamrih : suara hati pada dasarnya tidak harapkan imbalan dari perbuatan kita.
Suara hati adalah alat komunikasi dari Allah kepada tiap pribadi manusia. Melalui suara hatinya Allah membimbing tiap pribadi untuk hanya melakukan perbuat baik dan benar dan terbaik / terbenar. Maka suara hati adalah pedoman atau norma untuk menilai setiap tindakan manusia.
Awalnya orang tua, masyarakat, teman, sekolah, Negara, agama, dan pengalaman hidup memasukan banyak program ke dalam benak kita. Mereka menginstal hal-hal baik dan positif, lalu menurut akal budi dan pengalaman kita sendiri program-program ternyata baik, maka diterima dan disimpan dan lalu membentuk SUARA hati.
Maka selanjutnya ketika kita melakukan hal yang sesuai dengan data yang telah tersimpan itu, maka suara hati akan menerima. Namun jika sebaliknya, suara hati akan menolak, membuat kita merasa tidak nyaman. Misalnya, seorang anak yang selalu diajari untuk berdoa dan kegereja tiap Minggu, akan merasa tidak nyaman dan ragu bila ada teman yang mengajak ke tempat lain pada hari Minggu.
Fungsi dan Cara Kerja Suara Hati :
Apakah suara hati suara Tuhan? Namun mengapa kita sering keliru memutuskan sesuatu, padahal Tuhan tidak pernah keliru. Dalam keadaan asali-nya suara hati adalah suara Tuhan, atau alat untuk Tuhan bersuara. Namun dalam pertumbuhan kita sebagai manusia, alat ini sering dikotori oleh pengaruh lain dan kita setuju pula untuk menyimpannya dalam hati.
Keputusan yang salah bisa membahayakan martabat kita sebagai manusia.
Hukum Allah dan Hukum dosa
Roma 7: 14 - 26
Gaudium et Spes artikel 16 : Karena ketidaktahuan yang tidak teratasi. Ini tidak mengurangi martabatnya sebagai manusia.
Mengambil keputusan tergesa-gesa, dalam keadaan emosi yang belum stabil. Keputusan dalam situasi ini dapat saja membahayakan martabat manusia.
Terbiasa menolak suara hati yang baik dan menganggap biasa pada kejahatan. Keputusan dalam situasi ini adalah keputusan yang merendahkan martabat manusia.
Maka dari tiga penyebab di atas kita bisa mengenal tingkatan kesalahan keputusan suara hati :
No. 1 : tidak tahu apa yang diputuskan,
No. 2 : darurat, harus memutuskan sekarang,
No.3 : Tahu dan tetap melakukan, bahkan terecana.
Membina Suara Hati
Kebebasan bisa berarti bebas dari berbagai pengaruh dari luar berupa ancaman, tekanan, rangsangan dan lain sebagaianya. Kebebasan juga bisa berarti bebas untuk bertindak berdasarkan dorongan dari dalam hatinya dan kesadarannya sebagai manusia.
Karena akal budi dan perasaannya, manusia otomatis memiliki KEBEBASAN. Karena kebebasannya ini tiap pribadi menjadi otonom – mandiri, menjadi panglima atas dirinya sendiri. Dia bebas menentukan arah hidupnya sendiri. Namun juga mesti bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Maka kebebasan harus selaras dengan hukum moral di dalam suara hatinya dan norma-norma umum masyarakat. Tidak ada kebebasan mutlak, itu memang takdirnya. Tiap pribadi hanya bisa lahir di suatu tempat, dari orang yang satu, dan hanya bisa berada di satu tempat.
Kebebasan baru benar-benar bebas ketika seseorang mengikuti aturan hukum moral dalam hatinya dan norma umum dalam masyarakat.
Maka kata St. Paulus : “Jagalah supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.”
(1 Korintus 8:1-13)
Batas dari kebebasan diri adalah hukum moral. Batasan kebebasan dalam masyarakat adalah kebebasan sesama atau norma masyarakat.
Seberapapun kebebasan tiap orang mestilah ingat untuk bertindak sebagai manusia yang mulia dan terhormat, manusia yang di dalamnya Roh Kudus tinggal.
Kebebasan sejati menurut Gaudium et Spest artikel 17 adalah ketika manusia bertindak secara mulia sebagai gambar Allah dalam dirinya.
Fungsi dan Cara Kerja Suara Hati :
- Indeks - Petunjuk / Guru : memberi petunjuk atau pengetahuan keputusan-keputusan yang akan dipilih dan resiko-resiko yang bakal terjadi. Guru ini memberikan pengetahuan tentang fakta yang sedang dihadapi.
- Fudex - Hakim - memutuskan : Setelah data yang butuhkan lengkap, atau masih ambigu, Hakim lalu memutuskan salah satu dari pilihan-pilihan yang ada.
- Vindex - Juri - Penghukum : Setelah diputuskan, suara hati menilai keputusan tersebut. Jika keputusan itu sesuai / benar sesuai dengan norma yang telah terinstal maka dia akan memberikan rasa bangga, gembira, damai atau sukacita. Jika sebaliknya, suara hati membuat kita tidak nyaman, takut, menyesal atau bersedih.
Apakah suara hati suara Tuhan? Namun mengapa kita sering keliru memutuskan sesuatu, padahal Tuhan tidak pernah keliru. Dalam keadaan asali-nya suara hati adalah suara Tuhan, atau alat untuk Tuhan bersuara. Namun dalam pertumbuhan kita sebagai manusia, alat ini sering dikotori oleh pengaruh lain dan kita setuju pula untuk menyimpannya dalam hati.
Keputusan yang salah bisa membahayakan martabat kita sebagai manusia.
Hukum Allah dan Hukum dosa
Roma 7: 14 - 26
- Hukum Allah : selalu menyuruh dan mengarahkan pribadi untuk melakukan hal-hal yang baik.
- Hukum Dosa : hukum menawan anggota tubuh untuk melakukan kejahatan.
Gaudium et Spes artikel 16 : Karena ketidaktahuan yang tidak teratasi. Ini tidak mengurangi martabatnya sebagai manusia.
Mengambil keputusan tergesa-gesa, dalam keadaan emosi yang belum stabil. Keputusan dalam situasi ini dapat saja membahayakan martabat manusia.
Terbiasa menolak suara hati yang baik dan menganggap biasa pada kejahatan. Keputusan dalam situasi ini adalah keputusan yang merendahkan martabat manusia.
Maka dari tiga penyebab di atas kita bisa mengenal tingkatan kesalahan keputusan suara hati :
No. 1 : tidak tahu apa yang diputuskan,
No. 2 : darurat, harus memutuskan sekarang,
No.3 : Tahu dan tetap melakukan, bahkan terecana.
Membina Suara Hati
- Memperluas wawasan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan cara belajar, mendengar pendapat orang tua yang berpengalaman, membaca / mendengar berita.
- Memiliki banyak waktu tenang, berdoa, merenung, retreat, atau membaca kitab suci.
- Setiap pada hal-hal yang baik dan positif walau kadang sulit dan menyakitkan. Segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma umum. Lalu menginstal ulang suara hati / akal budi dengan perbuatan-perbuatan baik.
Kebebasan bisa berarti bebas dari berbagai pengaruh dari luar berupa ancaman, tekanan, rangsangan dan lain sebagaianya. Kebebasan juga bisa berarti bebas untuk bertindak berdasarkan dorongan dari dalam hatinya dan kesadarannya sebagai manusia.
Karena akal budi dan perasaannya, manusia otomatis memiliki KEBEBASAN. Karena kebebasannya ini tiap pribadi menjadi otonom – mandiri, menjadi panglima atas dirinya sendiri. Dia bebas menentukan arah hidupnya sendiri. Namun juga mesti bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Maka kebebasan harus selaras dengan hukum moral di dalam suara hatinya dan norma-norma umum masyarakat. Tidak ada kebebasan mutlak, itu memang takdirnya. Tiap pribadi hanya bisa lahir di suatu tempat, dari orang yang satu, dan hanya bisa berada di satu tempat.
Kebebasan baru benar-benar bebas ketika seseorang mengikuti aturan hukum moral dalam hatinya dan norma umum dalam masyarakat.
Maka kata St. Paulus : “Jagalah supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.”
(1 Korintus 8:1-13)
Batas dari kebebasan diri adalah hukum moral. Batasan kebebasan dalam masyarakat adalah kebebasan sesama atau norma masyarakat.
Seberapapun kebebasan tiap orang mestilah ingat untuk bertindak sebagai manusia yang mulia dan terhormat, manusia yang di dalamnya Roh Kudus tinggal.
Kebebasan sejati menurut Gaudium et Spest artikel 17 adalah ketika manusia bertindak secara mulia sebagai gambar Allah dalam dirinya.
No comments:
Post a Comment