PERDAMAIAN DAN PERSAUDARAAN SEJATI
Perang, kerusuhan dan pecekcokan membuat manusia lelah dan hidupnya tertekan. Berangkat dari keadaan itu, muncullah suatu kerinduan akan suasana dan iklim yang menyejukkan hati, suatu keadaan yang damai. Keinginan seperti itu dapat kita rasakan di dalam lubuk hati kita masing-masing. Itulah keinduan hati yang ditanamkan oleh sang Pencipta.
A. Fakta – fakta pertikaian dan perang
1. Pertikaian bernuansa agama yang terjadi di Abon dan Poso
2. Pertikaian bernuansa suku yang terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah (sampit)
3. Perang di timur tengah, Israel vs Palestina
4. Perang antara Irak dan AS
B. Sebab akibat pertikaian dan perang
- Sebab
a. Fanatisme agama dan suku : hal ini disebabkan oelh kepicikkan dan perasaan bahwa dirinya terancam.
b. Sikap arogansi /angkuh : ini terjadi karena suku atau bangsa yang merasa dirinya kuat dan bisa bertindak sewenag-wenang.
c. Keserakahan : pertikaian dan perang berlatar belakang ekonomilah yang membuat keserakahan ini berkembang, hanya karena uang, kekuasaan dan kehormatan, maka banyak orang yang menderita.
d. Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak: Kadang-kadang perang terpaksa dilaksanakan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak!
- Akibat
- Kehancuran secara jasmani : kematian, kehancuran, ekologi punah.
- Kehancuran secara rohani : trauma, luka perkosaan terhadap martabat dan perendahan manusia
Perdamaian dalam Kitab Suci
Kitab Suci Perjanjian Lama
Dalam KSPL sering dibicarakan tentang shalom. Kata shalom berarti kesejahteraan pribadi dan masyarakat. Dalam hidup sehari-hari damai berarti sehat jasmani dan kesejahteraan keluarga. Konsidi merupakan berkat Allah bagi seseorang dan keluarganya. Ahalom juga mengandung makna “Tuhan sertamu!” (bdk, Hak 6 : 12; Mzm 129 : 7 – 8). Sering dilukiskan bahwa orang-orang benar memiliki damai melimpah (bdk. Mzm 37 :11 – 37). Ternyata damai sertamu merupakan salam umum (bdk. 1 sam 25 : 6) yang berlaku dalam perjanjian lama. Salam ini meruapakan pengharapan supaya manusia meperoleh kebaikkan dalam hidup. Damai tidak hanya berupa ketiadaan perang, tetapi lebih pada bagaimana terciptanya suasana aman dan berada dalam rumah Tuhan (bdk. 2 Sam 7 :1). Damai dalam arti sesungguhnya berupan persetujuan atau persesuaian denga keteraturan batiniah, penolakan terhadap ketidakadilan. Harapan akan damai ini digambarkan oelh nabi Yesaya dalam kalimat : “Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (bdk. Yes 2 : 4).
Kitab Suci Perjanjian Baru
Ajaran Yesus tentang Damai
Yesus berkata : “ damai Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu” (Yoh 14 : 27).
Damai macam apakah yang ditinggalkan oleh Yesus bagi kita?
Pada zaman Yesus orang Yahudi mengharapkan damai secara politis, yakni diusirnya penjajah dari negeri mereka, sehingga tidak ada perang dan penindasan lagi. Damai yang dibawa Yesus tidak seperti yang dibayangkan orang – orang jaman itu, akan tetapi Yesus mengajarkan perdamaian yang jauh lebih mendalam, yaitu damai yang membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai adalah hasil suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan serta pergulatan batin. Damai berarti pula ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama dan dunia; damai sejahtera yang menampakkan Kerajaan Allah.
Ajaran Gereja tentang Perdamaian
Perdamaian yang dimaksud Gereja tidak hanya berarti tidak ada perang. Damai sejati berarti situasi selamat sejahtera dalam diri manusia. Perdamaian adalah keadilan. Perdamaian adalah hasil tata masyarakat manusia yang haus akan keadilan yang lebih sempurna. Damai merupakan kesejahteraan tertinggi yang sangat diperlukan demi perkembangan manusia dan lembaga-lembaga kemanusiaan. Dalam hal ini diandaikan tatanan sosial yang adil, selaras dan harmonis yang menjamin ketenangan dan keamanan hidup setiap manusia.
Perjuangan Gereja Menegakkan Perdamian dan Persaudaraan Sejati.
Untuk memperjuangkan perdamaian dan persaudaraan sejati ada baiknya menempuh langkaj-langkah berikut ini :
1. Jadikanlah usaha ini sebagai suatu gerakan moral, bukan indoktrinasi, dan gunakan berbagai jaringan dan libatkan sebanyak mungkin orang tanpa membedakan agama, suku/etnis dan ideologi!
2. Bangunlah gerakan moral ini mulai dari akar rumput!
3. Mulailah dari diri dan golongan sendiri untuk menghayati budaya damai dan membangun persaudaraan yang sejati.
Evaluasi :
- Mengapa sebagian besar orang merindukan perdamian
- Apa akibat pertikaian atau perang bagi umat manusia?
- Sebut dan jelaskan beberapa alasan, mengapa pertikaian atau perang itu terjadi!
- Apa kata kitab suci perjanjian lama tentang damai atau shalom?
- Apa kata kitab suci perjanjian baru tentang damai dan perdamian?
- Bagaimana ajaran Gereja tentang perdamaian?
- Apakah ciri-ciri hidup damai dan hidup dalam persaudaraan sejati?
- Apa yang dapat kamu usahakan di dalam menciptakan perdamaian sejati?
No comments:
Post a Comment