Bab 2 : Beragama dan Beriman sebagai Tanggapan atas Kehendak Allah
Dalam
kebaikan dan kebijaksanaan-Nya. Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan
memaklumkan rahasia kehendak-Nya; berkat rahasia itu manusia dapat
menghadap Bapa melalui Kristus, Sabda yang menjadi daging, dalam Roh
Kudus, dan ikut sera dalam kodrat ilahi (DV 2)
Unsur Hakaki dari Agama adalah Wahyu dan Iman
Wahyu
adalah pernyataan diri Allah terhadap manusia (Allah menyatakan
diri-Nya kepada manusia). Unsur dari wahyu adalah
mengenalkan/memperkenalkan, menunjukan, menghadirkan Diri dan
kehendak-Nya (datang, mendekat/melawat, mendekatai, menyapa, menolong).
Harapan
dengan wahyu agar manusia dapat mengenal/mengetahui Tuhannya, mengakui
dan menerima Tuhannya, dan mencintai-Nya dengan penuh berserah diri
kepada-Nya. Iman adalah tanggapan manusia terhadap perwahyuan diri
Allah. Penyerahan diri secara total kepada Allah dan kehendak-Nya. (Lih.
Kejadian 22:15-19, Ayub 1: 20-22; Lukas 1 : 30-38).
Yang
memiliki unsur dari wahyun dan iman, tidak hanya dihayati secara
personal tetapi juga secara kolektif (Kebersamaan sebagai umat/jemaat,
sehingga agama yang lembaga ini membutuhkan ungkapan-ungkapan yang
obyektif seperti : Hidup mengumat (jemaat), Ibadah (ritual keagamaan),
Ajara, Pelayanan kemasyarakatan.
Hidup
manusia dalam beragam selalu bersifat dianamis, maksudnya manusia dapat
bergerak semakin mengerti, memahami, menghayati dan mengaplikasikan
ajaran imannya dalam kehidupan sehari-hari dan berkembang menuju
perbaikan diri (Pertobatan). Demikian juga manusia bergerak menjawab
tuntutan dan perkembangan jaman, orientasi hidupnya semakin
luas/universal dalam misi keselamatan Tuhan.
Menurut Thomas Aguinas (Teolog abad 13) agama berarti “Keterarahan manusia kepada Allah secara benar.”
Pandangan Umum tentang Agama
Agama adalah sesuatu yang melekat dalam diri seseoran, berupa ungkapan dan perwujudan keyakinan
pribadi yang menuntun seseorang pada keselamatan kini dan nanti di
akhirat. Dari dulu manusia sudah menyadari bahwa Allah merupakan sumber
kepercayan kepada Allah yang menyelamatkan itu. Ungkapan kepercayaan
yang dibuat manusia misalnya dalam bentuk ritual-ritual atau
upacara-upacara keagamaan/kepercayaan.
Di Indonesia terdapat berbagai agama yang dapat dipakai sebagai sarana
untuk menanggapi kasih Allah yang menyelamatkan. Agama-agama yang diakui
Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, kepercayaan
(agama asli).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama didefinisikan sebagai
ajaran/ sistem yang mengatur tata (keimanan) dan peribadatan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia serta lingkungannya. Dalam Glossary Katekismus Gereja Katolik dikatakan
bahwa agama adalah setu perangkat kepercayaan dan tindakan yang diikuti
oleh mereka yang berkomitmen untuk melayani dan menyembah Allah. Jadi,
secara singkat dapat disimpulkan bahwa agama merupakan satu perangkat
kepercayaan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan manusia
dengan sesamanya serta lingkungannya, melalui doa, ritual atau lituri
dan ajaran moral.
Berikut ini merupakan alasan/motivasi yang muncul saat manusia menganut suatu agama :
1. Mencari perlindungan (rasa aman) bagi hidupnya
· 2. Menemukan jawaban atas persoalan hidup
· 3. Menemukan arti/makna hidup
· 4. Sebagai pedoman dalam menentukan tindakan yang baik
· 5. Memuaskan kerinduan akan masa depan yang lebih baik
Agama
menjadi sarana bagi manusia untuk mengenal dan membangun relasi yang
akrab dengan Tuhan Yang Maha Esa dan juga dengan sesama manusia beserta
lingkungannya. Namun, tidak semua orang mampu menghayati hidup
beragama secara benar. Beberapa penghayatan yang tidak benar :
· 1. Menjalani hidup beragama hanya sebatas hal-hal lahiriah
· 2. Beragama KTP (beragama dirasa cukup jika mencantumkan identitas agama yang dianut dalam KTP)
· 3. Beragama hanya menjalankan perintah-perintah dari pemimpin agam saja
· 4. Menyalahgunakan untuk pentingan diri-sendiri atau kelompoknya
· 5. Menjadikan agama untuk kepentingan politis, dsb.
Tujuan manusia beragama
· Menemukan rasa aman ketika menghadapi kesulitan di dalam hidup
· Untuk memperoleh arti hidup
· Untuk pedoman dalam menentukan tindakan yang baik
Penghayati
nilai-nilai hidup beragama yang tidak benar akan menimbulkan sikap
munafik, fanatisme sempit dan munculnya berbagai bentuk tindakan manusia
yang tidak baik ,misalnya pelanggaran-pelanggaran hukum, pelanggaran
HAM, pelanggaran kemanusiaan, korupsi, dsb.
Beragama
yang benar harus didasarkan pada dorongan dari salam untuk mencari
kebenaran. Beragama harus dengan motivasi untuk membangun hubungan yang
semakin menadalam dengan Tuhan dan sesamanya.
Bergama
yang benar, tidak cukup hanya menjalankan ajaran agama sebatas
mengikuti aturan-aturan dalam aamanya untuk menghindari hukuman (dosa)
dan memperoleh pahala.
Pandangan Gereja Tentang Beragama (Berdasarkan Nostra Aetate art. 1)
Gereja
melihat adanya kemajuan dalam relasi manusia dalam berbagai bangsa,
dalam membangun relasi dan kerja sama itu, Gereja harus mempertimbangkan
bahwa tujuannya adaah cinta kasih antar umat manusia makin berkembang
dan dilandasi oleh nilai-nilai universal yang terdapat pada semua bangsa
dan semua agama.
Berdasarkan Nostra Aetate art. 1 tersebut, beragama yang benar adalah sebagai berikut :
· Tidak
bersikap formalistis dalam beragama, artinya kita jangan hanya sebatas
memenuhi tuntutan/kewjiban semata, apalagi hanya sekedar ingin dilihat
dan nilai baik orang lain.
· Benar-benar mendalami ajaran agama kita, sehingga kita tidak jatuh pada pemahaman yang dangkal dan setengah-setengah.
· Bersikap
kritis dalam menyikapi pandangan agama sendiri maupun agama orang lain,
dengan mengutamakan kehendak Allah sebagai ukuran kebenaran.
Tuhan
Yesus pun menghendaki agar menusia menghayati hidup keagamaannya secara
benar. Berhadapan dengan orang yang tidak benar dalam menghayati hidup
beragama, Yesus akan selalu mengkritiknya.
Agama
harus dipahami, dihayati dan dilaksanakan, karena agama penting. Agama
pentin karena membawa kita pada persahabatan dengan Allah sekarang dan
selamanya, dan tiada lain yan lebih penting daripada hal ini.
Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? (Mat. 16:261)
Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu. ( Yoh. 8:32)
Terima kasih materinya Pak... Bagus sekali untuk sebagai referensiku dalma menyiapkan materi pembelajaran untuk siswaku.
ReplyDeleteSalam kenal untukmu dari Guru Timur / Flores Lembata