Selamat Datang

Selamat Datang di Blog ini bersama R. Slamet Widiantono ------**------ TUHAN MEMBERKATI -----* KASIH ITU MEMBERIKAN DIRI BAGI SESAMA -----* JANGAN LUPA BAHAGIA -----* TERUS BERPIKIR POSITIF -----* SALAM DOA -----* slammy

Monday, May 31, 2021

Materi Pokok 8 Sem Genap

 Gereja sebagai Paguyuban Orang Beriman 

A. Gereja sebagai Paguyuban 😃🎁👍🏼
B. Ciri Gereja sebagai Paguyuban 
C. Bentuk-bentuk Pelayanan Gereja sebagai Paguyuban 

PENILAIAN HARIAN I

Gereja sebagai Tanda dan Sarana Penyelamatan 
A. Tanda dan Sarana Penyelamatan dalam Hidup Manusia
B. Gereja sebagai Tanda dan Sarana Penyelamatan Manusia 

PENILAIAN HARIAN II

PTS

Sakramen-Sakramen Gereja 
A. Sakramen Baptis 
B. Sakramen Ekaristi 
C. Sakramen Penguatan 

PENILAIAN HARIAN III

D. Sakramen Tobat 
E. Sakramen Pengurapan Orang Sakit

PENILAIAN HARIAN IV

PAT

VIII) SAKRAMEN PENGUATAN

Pokok-pokok materi:
1. Pengantar
2. Arti Sakramen Penguatan
3. Makna Sakramen Penguatan
4. Dasar dari kitab suci tentang Sakramen Penguatan
5. Hal yang pokok dalam penerimaan Sakramen Penguatan
6. Tujuan dari Sakramen Penguatan
7. Rahmat dari Sakramen Penguatan
8. Syarat bagi seseorang agar dapat menerima Sakramen Penguatan
9. Konsekuensi orang yang sudah menerima Sakramen Penguatan
10. Buah-buah Sakramen Penguatan

Pengantar
Ketika seorang remaja memasuki usia 17 tahun, biasanya orang tua mereka mengadakan pesta atau syukuran secara khusus agar anaknya semakin menyadari bahwa dirinya sudah beranjak dewasa.
Syukuran pada usia 17 tahun merupakan suatu acara untuk menyatakan bahwa seseorang sudah beranjak dewasa, bukan lagi anak-anak.
Dewasa berarti mampu mengambil keputusan dan bertindak secara mandiri sesuai nilai-nilai kebaikan / moral, serta mampu bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat bahwa ciri orang yang dewasa antara lain:
  1. mandiri
  2. bertanggungjawab
  3. mampu mengendalikan diri
  4. tidak mudah terbawa arus
  5. mampu membedakan yang baik dan jahat
  6. mampu mengambil keputusan dengan bijak
  7. mempunyai pendirian tegas terhadap kebenaran yang seharusnya ia pertahankan
Ciri-ciri kedewasaan tersebut juga berlaku dalam kedewasaan hidup beriman.
Dalam Gereja Katolik, ada suatu upacara untuk menyatakan seseorang beriman Kristiani telah dewasa dalam iman, seperti halnya upacara pada masyarakat sekarang.

Dalam Gereja Katolik, upacara untuk menandai kedewasaan seseorang secara imani adalah dengan pemberian Sakramen Penguatan kepada orang tersebut.
Sebagai orang Kristiani, ada beberapa tanda kedewasaan iman dalam Kristus:
  1. memusatkan perhatian pada Kristus, bukan pada diri sendiri
  2. memberikan diri untuk pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia
  3. tidak mudah bertengkar dengan sesama, terutama dengan sesama umat
  4. bertumbuh dalam iman
  5. mengikuti seluruh ajaran dan kehendak Tuhan

Arti Sakramen Penguatan
  • sakramen kedewasaan, pemantapan; dengan menerima sakramen ini, orang sudah dianggap dewasa dalam iman.
  • sakramen yang memberi Roh Kudus supaya mengakarkan kita lebih kuat dalam persekutuan anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian yang lebih banyak dalam perutusan-Nya dan membantu kita supaya memberi kesaksian iman Kristen dengan perkataan dan perbuatan.

Makna Sakramen Penguatan
sakramen yang
  • menjadikan penerimanya menjadi sungguh anak Allah, menyatukan dirinya lebih dekat dengan Kristus, menambah karunia Roh Kudus, mengikat dirinya lebih sempurna dengan Gereja.
  • memberikan "Kepenuhan Roh Kudus" yang mendewasakan rohani kita, sehingga secara dapat secara penuh dan aktif berkarya dalam Gereja.

Dasar dari kitab suci tentang Sakramen Penguatan
  • Kis 8:16-17
  • "Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus"
  • Sakramen Penguatan menyebabkan curahan Roh Kudus dalam kelimpahan seperti yang pernah dialami para rasul pada har Pentakosta, yang lebih berani mengakui nama Kristus.

Hal yang pokok dalam penerimaan Sakramen Penguatan
  • penumpangan tangan oleh uskup sebagai pencurahan Roh Kudus secara istimewa.
  • pengurapan minyak krisma (Sanctum Chrisma), yang melambangkan penerima sakramen ini dikuduskan. dikhususkan, dan menerima kuasa untuk menerima tugas perutusan sebagai umat beriman

Tujuan dari Sakramen Penguatan
(melalui penumpangan tangan oleh uskup) memberikan Roh Kudus kepada orang-orang yang sudah menerima Baptis dengan mendoakan mereka dan meletakkan tangan di atasnya sambil berkata: "Terimalah tanda karunia Roh Kudus; aku menandai engkau dengan tanda salib dan aku menguatkan engkau dengan krisma keselamatan: atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.

Rahmat dari sakramen penguatan
pencurahan Roh Kudus, yang memberikan kekuatan dalam memberikan kesaksian iman dan kita dijadikan berani untuk mewartakan Kabar gembira di tengah dunia.

Sakramen ini diterimakan satu kali seumur hidup.
Untuk menerima penguatan/sakramen Krisma, orang harus berada dalam suasana rahmat
- Karena itu dihimbau supaya mereka menerima sakramen tobat terlebih dahulu sehingga dibersihkan sebelum menerima anugerah Roh Kudus.
- doa yang intensif juga akan mempersiapkan orang untuk menerima kekuatan dan rahmat Roh Kudus dengan kerelaan batin

Syarat bagi seseorang agar dapat menerima sakramen penguatan
1) sudah menerima sakramen baptis dan ekaristi
2) berusia minimal 12 tahun ke atas
3) mengikuti pelajaran agama (persiapan) kurang lebih 1 tahun.

Konsekuensi orang yang sudah menerima Sakramen Penguatan
bertanggung jawab menjadi saksi Kristus baik dalam Gereja sendiri, dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja, dan di lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Buah-buah Sakramen Penguatan
  1. Sakramen Penguatan mencurahkan Roh Kudus dalam kelimpahan, seperti yang dialami oleh para rasul pada hari Pentakosta
  2. Sakramen Penguatan menghasikan pertumbuhan dan pendalaman rahmat pembaptisan
  3. Sakramen Penguatan mengukir suatu tanda rohani yang tidak terhapuskan sebagai suatu karakter dalam jiwa
  4. Sakramen Penguatan menyempurnakan imamat bersama (umum) yang diterima dalam pembaptisan)

Lat So 8.1

Pilihlah salah satu jawaban yang benar!

1. Bentuk kelompok atau perkumpulan dapat disebut sebagai communio. Arti communio adalah ….
A.persatuan
B.persukuan
C.persekutuan
D.perseteruan

2. Suatu kelompok atau perkumpulan akan dikatakan sebagai sebuah communio, jika dalam kelompok atau perkumpulan tersebut memiliki ciri khas yaitu ....
A. adanya transaksi yang saling menguntungkan
B. selalu menerima pemberian mereka yang baik hati
C. komunikasi dan interaksi berlangsung terus menerus
D. menolong orang yang setiap hari berada dalam kumpulannya

3. Gereja merupakan suatu persekutuan umat yang lazim disebut sebagai sebuah communio. Hal yang lebih diutamakan dalam Gereja sebagai communio adalah ....
A. organisasinya
B. hukum dan peraturan yang ada
C. kepemimpinannya terutama hierarki
D. keterlibatan semua anggota umat dalam hidup menggereja

4. Gereja sering digambarkan sebagai Tubuh Kristus, maksudnya ....
A. setiap anggota dapat dimanfaatkan sesuai dengan kekuatannya
B. setiap anggota mempunyai peran dan fungsinya masing-masing
C. setiap anggota wajib memberikan semua yang dimilikinya
D. Gereja bentuknya sama dengan Kristus

5. "Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya" (1 Kor 12:12-18).

Dalam kutipan kitab suci tersebut, santo Paulus mengajarkan bahwa setiap anggota Gereja memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Arti dari ajaran santo Paulus ini adalah bahwa ....
A. dalam Gereja terdapat satu tubuh dan banyak anggota
B. ajaran Kristiani adalah iman, harapan dan kasih
C. para rasul diutus untuk mewartakan Injil Kristus
D. Gereja adalah tempat untuk beribadah

6. Mayoritas anggota Gereja adalah kaum awam. Arti dari kaum awam dalam Gereja Katolik adalah ....
A. semua anggota Gereja termasuk imam dan uskup
B. orang yang telah diberi tugas dan wewenang memimpin Gereja
C. semua orang Katolik yang sudah dibaptis dan mengucapkan kaul kebiaraan
D. semua umat Katolik dan bukan termasuk para hierarki dan bukan biarawan/biarawati

7. Kaum klerus merupakan anggota Gereja yang ditahbiskan dan bertugas untuk menggembalakan, melayani dan mengajar umat. Berikut ini yang termasuk sebagai kaum klerus adalah ….
A. suster
B. bruder
C. diakon
D. prodiakon

8. Ciri-ciri Gereja Katolik yang disebutkan dalam doa Aku Percaya (Syahadat hasil konsili Nicea-Konstantinopel) adalah ....
A. satu, kudus, katolik dan apostolik
B. satu, melayani, menguduskan dan apostolik
C. menguduskan, menjadi saksi, satu dan melayani
D. menjadi saksi, satu, kudus dan persekutuan

9. Kesatuan Gereja yang utama adalah kesatuan ....
A.pelayanan
B.daerah
C.agama
D.iman

10. Gereja berciri satu karena dalam Gereja ada kesatuan ....
A. hak waris, kecerdasan, rahmat, pertolongan dan ajaran para rasul
B. pengharapan, penguasaan diri, kedosaan dan pertobatan
C. iman, pimpinan, kebaktian, dan kehidupan sakramental
D. iman, harapan, cinta kasih dan penguasaan diri

11. Kekudusan Gereja tidak terletak dari kekudusan umat manusia, melainkan disebabkan oleh ....
A. sifat baik dari manusia yang dipanggil oleh Allah
B. kasih karunia Allah dalam diri Yesus Kristus dan penyertaan Roh Kudus
C. Roh Kudus yang memberi karunia agar kita dapat berbicara dengan berbagai bahasa Roh
D. kerja keras dari para rasul sehingga jemaat mampu bertekun dalam pengajaran Tuhan

12. Gereja bersifat universal, umum dan terbuka. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan keterbukaan di tengah masyarakat; antara lain sebagai berikut yaitu ....
A. mengembangkan sikap fanatik yang berlebihan
B. terbuka dan menghormati budaya lain
C. memilih teman yang seagama
D. menghormati budaya sendiri

13. Berikut ini merupakan salah satu cara untuk mewujudkan kekatolikan Gereja yaitu ....
A.lebih melihat kesamaan daripada perbedaan
B.saling memberi kesaksian hidup sebagai putera/puteri Allah
C.mengadakan berbagai kegiatan sosial maupun peribadatan bersama
D. terbuka dan menghargai kebudayaan, adat istiadat dan bahkan agama bangsa manapun

14. Perhatikan pernyataan berikut ini!
1) Rahmat dan keselamatan yang ditawarkan.
2) Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum.
3) Fungsi dan kuasa hirarki dari para rasul
4) Pengakuan iman yang satu dan sama diwariskan oleh para rasul.

Berdasarkan pernyataan tersebut, alasan Gereja memiliki ciri Katolik ditunjukkan oleh nomor ....
A. 1) dan 4)
B. 1) dan 2)
C. 2) dan 3)
D. 3) dan 4)

15. Segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan yang dilakukan oleh umat, baik secara pribadi maupun bersama-sama, baik yang sakramen maupun yang bukan sakramen disebut ....
A. liturgia
B. koinonia
C. diakonia
D. martiria

16. Kerygma merupakan salah satu kegiatan pelayanan Gereja dalam bentuk ....
A. ibadat kepada Tuhan dalam bentuk doa pribadi maupun bersama
B. pelayanan kepada semua orang yang membutuhkan pelayanan
C. hidup secara baik dan berani mati karena membela iman
D. pewartaan, pengajaran iman, dan komunikasi iman

17. Perhatikan hal-hal berikut ini!
1) perayaan Ekaristi
2) yayasan yatim piatu
3) pelajaran agama
4) katekese umat
5) kelompok Legio Mariae

Dari aneka kegiatan di atas, yang termasuk dalam bidang pewartaan ditunjukkan oleh nomor ....
A. 1) dan 2)
B. 4) dan 5)
C. 2) dan 3)
D. 3) dan 4)

18. Bentuk pewartaan yang tepat di Indonesia yang memiliki kemajemukan suku, agama, ras dan golongan adalah ....
A. memberikan jatah beras miskin agar umat aktif dalam kegiatan Gereja
B. membiarkan semua pemeluk agama agar berkembang dengan pesat
C. memberikan sekolah gratis kepada warga yang berkeyakinan lain
D. mewartakan iman kita melalui kesaksian hidup kita sehari-hari

19. Pengikut Kristus memberi kesaksian tentang imannya melalui sikap hidup dan tindakan yang kudus. Dalam Gereja Katolik dikenal dengan istilah martir putih. Berikut ini yang merupakan salah satu contoh dari martir putih adalah
A. santa Agata
B. santo Petrus
C. santo Tarsisius
D. santo Thomas Aquinas

20. Bapak Johan setiap hari Minggu memberikan pembekalan bagi para calon penerima sakramen Penguatan. Aktivitas yang dilakukan oleh Bapak Johan merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan lima tugas Gereja yaitu ….
A. diakonia
B. kerygma
C. koinonia
D. liturgya

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
  1. Sebutkan dan jelaskan keanggotaan yang terdapat dalam Gereja dengan berbagai tugas dan perannya masing-masing!
  2. Sebagai remaja SMP, sebutkan lima peran yang dapat kita lakukan sebagai anggota Gereja!
  3. Jelaskan beberapa alasan mengapa Gereja itu disebut kudus!
  4. Sebutkan lima tugas Gereja!
  5. Buatlah sebuah refleksi tentang makna tugas-tugas Gereja bagi hidupmu sebagai seorang remaja Katolik!

VIii Ciri Gereja Paguyuban

 Kompetensi Dasar

1.6 Menghayati makna Gereja sebagai Paguyuban umat beriman.
2.6 Bertanggung jawab mengembangkan kehidupan agar Gereja makin dirasakan sebagai Paguyuban umat beriman.
3.6 Menggali informasi penghayatan umat tentang makna Gereja sebagai Paguyuban umat beriman.
4.6 Melakukan aktivitas berkaitan dengan makna Gereja sebagai paguyuban umat beriman.

Pokok Bahasan
1. Jemaat Perdana: cikal bakal berdirinya Gereja
2. Ciri-ciri Gereja: satu, kudus, katolik dan apostolik
3. Usaha untuk mewujudkan ciri-ciri Gereja

--

RANGKUMAN MATERI


Cikal bakal Gereja adalah Jemaat Perdana atau jemaat para rasul.

Kebiasaan hidup dari Gereja Perdana sebagai persekutuan sampai sekarang masih dipelihara dan dilanjutkan oleh Gereja.

Kekhasan hidup Jemaat Perdana adalah: bertekun dalam ajaran para rasul, berkumpul memecahkan roti dan berdoa, saling memerhatikan dan memenuhi kebutuhan hidup, memuji Allah. 

Gereja Katolik masih senantiasa bertekun dalam pengajaran para rasul dengan memelihara dan tetap berpegang pada tradisi Gereja.

Gereja masih memerhatikan anggotanya dalam berbagai karya sosial untuk memerhatikan kebutuhan hidup jemaatnya → melalui sakramen-sakramen berusaha untuk senantia samenjaga kekudusan jemaatnya, agar jemaat selalu memuji dan memuliakan Allah.

Dalam doa syahadat Katolik, kita mengenal dan mengamini akan ciri-ciri Gereja, yaitu: 
Gereja yang Satu
Gereja yang Kudus
Gereja yang Katolik
Gereja yang Apostolik



GEREJA YANG SATU
Tampak dalam satu Injil, satu Baptisan, dan satu jabatan yang dikaruniakan kepada Petrus dan kedua belas Rasul.

Kesatuan Gereja → lahir dari persekutuan dalam persaudaraan baik dalam pengungkapan iman liturgis dan kateketis maupun dalam perwujudan persekutuan dalam organisasi atau penampilan dalam masyarakat.

Menurut KGK, Gereja itu satu karena:
  * asal dari Gereja itu sendiri
  * pendiri Gereja itu sendiri
  * menurut jiwanya


GEREJA YANG KUDUS
Gereja menjadi perwujudan kehendak Allah yang mahakudus untuk bersatu dengan manusia dan mempersatukan manusia dalam kekudusannya.

Gereja itu kudus, karena:
  * sumber dari mana ia berasal adalah kudus
  * tujuan ke mana ia diarahkan adalah menuju kekudusan
  * jiwa dari Gereja itu sendiri adalah kudus
  * unsur-unsur ilahi yang otentik di dalamnya adalah kudus
  * anggotanya adalah kudus


GEREJA YANG KATOLIK
Gereja diperuntukkan bagi semua manusia dari segala bangsa, tempat dan zaman. 

“katolik” → memiliki arti umum, universal, meresapi segala-galanya.

Kekatolikan Gereja antara lain tampak dalam:
  * rahmat dan keselamatan yang ditawarkan
  * iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum (dapat diterima dan dihayati siapa pun)


GEREJA YANG APOSTOLIK
Gereja dibangun atas dasar para rasul dengan Kristus sebagai Batu Penjuru.

Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka.

Gereja bersifat apostolik → Gereja mengakui sama dengan Gereja Perdana, yakni Gereja Para Rasul. 

Gereja disebut Apostolik karena Gereja berhubungan dengan para rasul yang diutus Kristus. Hubungan itu tampak dalam:
  * Fungsi dan kuasa hierarki dari para rasul
  * ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul
  * Ibadat dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari para rasul



Sifat atau ciri Gereja yang satu, kudus, Katolik dan Apostolik akan tetap berjalan seterusnya apabila semua komponen dalam Gereja turut mengusahakan agar semuanya senantiasa diwujudkan dalam berbagai usaha/kegiatan nyata yang diikuti oleh semua manusia


Berbagai usaha untuk mewujudkan ciri-ciri Gereja
Mewujudkan Kesatuan Gereja
- memperkuat persatuan ke dalam:
- aktif dalam kehidupan Gereja
- setia dan taat pada persekutuan umat, termasuk hierarki

menggalang persatuan antar Gereja:
- lebih bersifat jujur dan terbuka satu sama lain
- lebih melihat kesamaan daripada perbedaan
- mengadakan berbagai kegiatan sosial maupun peribadatan bersama


Mewujudkan kekudusan Gereja
- Saling memberi kesaksian hidup sebagai putera/i Allah
- memperkenalkan anggota-anggota Gereja yang hidup secara heroik untuk mencapai kekudusan
- merenungkan dan mendalami Kitab Suci khususnya ajaran dan hidup Yesus yang merupakan pedoman hidup kita

Mewujudkan kekatolikan Gereja:
- terbuka dan menghargai kebudayaan, adat istiadat dan bahkan agama bangsa manapun
- bekerja sama dengan pihak mana saja yang berkehendak baik dalam mewujudkan nilai-nilai yang luhur di dunia ini 
- berusaha untuk memprakarsai dan mewujudkan suatu kehidupan di dunia yang baik untuk seluruh umat manusia

Mewujudkan keapostolikan Gereja :
- setia dan mempelajari Injil yang merupakan iman Gereja para rasul
- Menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret dengan didasarkan atas iman Gereja para rasul
- setia dan royal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul

Viii Gereja Paguyuban

Kompetensi Dasar

1.6 Bersyukur atas kehadiran Gereja sebagai paguyuban umat beriman.
2.6 Peduli terhadap kegiatan Gereja sebagai paguyuban umat beriman.
3.6 Memahami makna Gereja sebagai paguyuban umat beriman.
4.6 Melakukan aktivitas berkaitan dengan makna Gereja sebagai paguyuban umat beriman.

Pokok Bahasan:
- Ciri-ciri perkumpulan yang disebut sebagai persekutuan (communio)
- Gereja sebagai suatu persekutuan / paguyuban umat Allah
- Keanggotaan dalam Gereja


Rangkuman Materi
Ciri perkumpulan yang disebut sebagai Persekutuan (communio)
- Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjumpai banyak kelompok atau perkumpulan.
- Tidak semua bentuk kelompok atau perkumpulan dapat disebut sebagai 
   communio/persekutuan
- Suatu kelompok atau perkumpulan akan dikatakan sebuah komunio, jika dalam kelompok 
   atau perkumpulan tersebut
   * komunikasi dan interaksi berlangsung terus-menerus
   * saling memperhatikan, saling memiliki, memberi, mendukung, menasihati,             
      mengingatkan, mengembangkan, melayani
   * berusaha agar kebersamaan tersebut terus-menerus terjaga keutuhannya demi 
      kebahagiaan bersama

Gereja sebagai Sebuah Persekutuan/Paguyuban Umat Allah
- Model orang-orang yang berkumpul untuk membentuk persekutuan (communio) bisa kita 
   lihat dalam kehidupan para murid Yesus, sebagaimana dikisahkan dalam Kis 2: 41-47.
- Persekutuan para murid Kristus ini sering disebut sebagai Gereja Perdana.
- Gereja Perdana adalah cikal bakal Gereja yang hingga kini memiliki berbagai unsur 
   keanggotaan Gereja.
- Ciri hidup Jemaat perdana:
   * Memiliki iman yang sama kepada Kristus
   * Menjalankan cara hidup yang sesuai dengan kehendak Kristus
   * Mereka selalu hidup dalam persekutuan dengan bertekun dalam pengajaran para rasul
   * Selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa bersama
   * Segala kepunyaan mereka adalah milik bersama
   * Satu sama lain saling melayani dan berkurban
   * Selalu hidup dengan gembira dan tulus hati
- Santo Paulus kepada jemaat di Galatia → “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau 
   orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau   perempuan, 
   karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus” (Gal 3:27-28).
- Sebagai suatu paguyuban, Gereja memiliki banyak anggota tetapi satu tubuh; oleh karena 
   itu bila ada satu orang menderita semua orang ikut menderita atau bila satu   anggota 
   dihormati semua anggota ikut bergembira.
- Kesatuan tubuh tidak menghapus perbedaan anggota dan tugas.
- Walaupun mereka satu tubuh, tetapi di dalam setiap anggota itu memiliki peran dan tugas 
   masing-masing yang berbeda satu sama lain.
- Dalam ajaran Gereja Lumen Gentium dikatakan: “Dalam Tubuh itu hidup 
   Kristus  dicurahkan ke dalam umat beriman. Melalui sakrame-sakramen mereka itu  
   secara  rahasia namun nyata dipersatukan dengan Kristus yang telah menderita dan     
   dimuliakan”
- Artinya: orang beriman yang menjawab sabda Allah dan menjadi anggota Tubuh Kristus 
  dipersatukan secara erat dengan Kristus.

Keanggotaan Gereja
- Anggota Gereja dengan berbagai tugas dan peran masing-masing, antara lain: 
   1) Kaum Klerus/Tahbisan yang terdiri dari episkopat (uskup), presbiterat (imam), dan 
       diakonat (diakon). 
       Tugas utama mereka adalah pelayanan rohani dan menguduskan Gereja melalui 
       perayaan-perayaan sakramen. 
   2) Kaum Hidup Bakti/biarawan-biarawati yang terdiri dari tarekat religius dan tarekat 
        sekular. 
        Mereka membaktikan diri untuk mewartakan kabar gembira dalam pelayanan  
        pendidikan, medis, rumah-rumah retret, dan lain-lain. 
   3) Kaum Awam
       Mengemban tugas perutusan dalam Gereja dan dunia sesuai kehendak Allah yakni 
       mengelola tata dunia dengan nilai Kristiani. 
       Di antara kaum awam ada yang menikah dan ada yang tidak menikah (selibat).

VIII SAKRAMEN2

KOMPETENSI DASAR
1.9.Bersyukur atas sakramen inisiasi dalam hidup menggereja.
2.9.Bertanggung jawab atas panggilan dan perutusan anggota Gereja sebagai kon-sekuensi menerima sakramen inisiasi.
3.9.Memahami ajaran Gereja tentang makna dan konsekuensi sakramen inisisasi dalam hidup menggereja.
4.9.Melakukan aktivitas (misalnya mempraktikkan/mendramatisasikan/membuat produk) yang berkaitan dengan tata cara penerimaan sakramen inisiasi.

PENGANTAR: SAKRAMEN
Gereja merupakan sarana untuk mengomunikasikan rahmat Allah bagi umat beriman yang menerimanya.

Istilah "Gereja" dapat diartikan sebagai
- persekutuan orang beriman yang percaya kepada Kristus.
- tempat ibadah/bangunan untuk ibadah orang Kristiani.

Menurut ajaran Gereja, Lumen Gentium art. 1, Gereja itu dalam Kristus bagaikan sakramen yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat (LG1).
Tujuan utama Gereja ialah menjadi sakramen persatuan manusia dengan Allah secara mendalam.(KGK 775).

Dalam Katekismus Gereja Katolik no. 776 dinyatakan bahwa sebagai sakramen, Gereja adalah alat Kristus.

Menurut ajaran Gereja Lumen Gentium art. 9, 48 dan 45 Gereja di dalam tangan Tuhan adalah alat penyelamatan semua orang (LG 9), sakramen keselamatan bagi semua orang (LG 48), yang oleh Kristus menyatakan cinta Allah kepada manusia sekaligus melaksanakannya (GS 45,1).

Dalam Gereja Katolik dikenal 7 (tujuh) sakramen yakni sakramen baptis, ekaristi, penguatan (yang dimasukkan dalam sakramen inisiasi), kemudian sakramen tobat dan pengurapan orang sakit (dikelompokkan menjadi sakramen penyembuhan), dan sakramen imamat dan perkawinan (sakramen perutusan).

Membaptis berasal dari bahasa Yunani "baptizo" yang berarti pembasuhan atau pencucian.

Membaptis berarti membenamkan calon ke dalam air atau menuangkan air ke atas kepala sambil mengucap atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.

Sakramen baptis merupakan sakramen dasar bagi orang Kristiani.

Dengan dibaptis berarti orang bergabung menjadi anggota Gereja.

Setelah kebangkitan, Yesus memberikan tugas perutusan kepada para rasul untuk membaptis (Mat 28:19). Maka sejak Pentakosta Gereja melayani Sakramen pembaptisan kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus.

Ada beberapa istilah yang kita jumpai untuk mempelajari sakramen baptis, yakni:
  • Katekumen (calon baptis)
  • katekis (guru pengajar agama dalam gereja)
  • katekese (bahan ajaran/pewartaan tentang Yesus Kristus)
  • Katekismus (kamus/buku yang mencakup materi pewartaan Yesus Kristus)
Pembaptisan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Baptisan dewasa
2) Baptisan bayi

Dalam Gereja Katolik, secara umum yang lazim dipergunakan dalam pembaptisan adalah dengan menuangkan air ke dahi orang yang dibaptis.

Lambang yang dipergunakan dalam sakramen baptis antara lain:
  • Air yang berarti membersihkan dari dosa-dosa.
  • Lilin yang melambangkan cahaya Kristus sebagai penerang dalam kehidupan, karena kita adalah anak terang Kristus (Ef 5:8).
  • Kain Putih yang melambangkan kita “mengenakan Kristus” artinya bahwa sesudah dibaptis kita mengandalkan kekuatan Kristus dalam menjalani hidup.

Dalam proses pembaptisan dewasa ada tahapan-tahapan yang harus dilalui yakni:
a) Masa Prakatekumenat yang diakhiri dengan upacara tahap pertama: pelantikan menjadi katekumen;
b) Masa Katekumenat yang diakhiri dengan upacara tahap kedua: Upacara pengukuhan Katekumenat terpilih;
c) Masa persiapan terakhir yang diakhiri dengan tahap ketiga Upacara penerimaan sakramen baptis;
d) Masa mistagogi, yaitu masa pembinaan lanjutan setelah seseorang menerima sakramen baptis.



Menurut Kitab Hukum Kanonik (KHK Kan 872), hendaknya calon baptis didampingi oleh wali baptis, yang bertugas untuk mendampingi calon baptis dewasa dalam inisiasi kristiani, dan bersama orang tua calon baptis bayi untuk dibaptis, dan juga mengusahakan agar yang dibaptis hidup secara kristiani yang sesuai dengan baptisnya serta memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptis itu




MAKNA SAKRAMEN BAPTIS BERDASARKAN KITAB SUCI
Baca Kis 2:37-47
- Seseorang yang ingin menjadi murid Kristus, syarat utamanya adalah harus percaya atau beriman kepada Yesus Kristus.

- Percaya, terlebih beriman tidak berarti hanya sekedar mengetahui, melainkan percaya dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya dan berupaya untuk mewujudkan ajaran-Nya dalam kehidupan nyata sehari-hari.



Buah/rahmat dari sakramen Baptis:
1) Menghapuskan dari segala dosa
2) Dilahirkan kembali menjadi anak Allah
3) Mendapat rahmat pengudusan dan pembenaran yang mempersatukan seseorang dengan Kristus dan Gereja-Nya
4) Ikut ambil bagian dari tugas Gereja
5) Dimateraikan yang menandakan menjadi milik Kristus selama-lamanya.


VIII Bentuk Pelayanan Gereja

Ciri hidup dari jemaat perdana seperti yang terungkap dalam Kis 2: 41-47, sampai sekarang masih dipelihara dan dilaksanakan oleh Gereja.
Pelaksanaan ciri hidup dari Jemaat Perdana oleh Gereja sekarang ini kita kenal dengan 5 tugas pokok Gereja, yaitu:
- Menguduskan (Liturgya)
- Melayani (Diakonia)
- Mewartakan (Kerygma)
- Menjadi saksi (Martyria)
- Membangun persekutuan (Koinonia)


Menguduskan (Liturgya)
- merupakan segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan yang dilakukan oleh umat, secara personal maupun sosial baik yang sakramen dan bukan sakramen.
- contohnya Perayaan Ekaristi, ibadat, doa novena, dll


Melayani (Diakonia)
- merupakan segala bentuk pelayanan kepada semua orang yang membutuhkan bantuan
- contohnya dalam paroki terdapat poliklinik, dana solidaritas, yayasan yatim piatu, dll


Mewartakan (Kerygma)
- merupakan segala bentuk pewartaan, pengajaran iman, dan komunikasi iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan pandangan iman, - contohnya: pelajaran agama, pelajaran untuk calon baptis, katekese umat, khotbah, dll


Menjadi saksi (Martyria)
- segala bentuk pewartaan melalui kesaksian hidup
- kesaksian hidup itu dapat diwujudkan dengan cara hidup yang benar (martir putih) dan juga kematian (martir merah)
- contoh orang yang rela mengorbankan diri dalam iman dan rela sampai mati disebut martir (martir merah) misalnya: St. Stevanus, St. Tarsius, dll.
- contoh santo/a yang memberikan kesaksian hidup sebagai murid Kristus (martir putih) misalnya: Santa Monika, Santo Agustinus, Santo Thomas Aquino, dll.


Membangun Persekutuan (Koinonia)
- merupakan segala usaha untuk semakin mewujudkan dan mengukuhkan persaudaraan murid-murid Kristus dengan saling membantu, saling berbagi, dan memenuhi kebutuhan bersama
- contohnya kegiatan retret, rekoleksi, kelompok legio maria, Marriage Encounter (ME), wanita Katolik, dll



PENGEMBANGAN IMAN MELALUI KETERLIBATAN DALAM KEGIATAN PELAYANAN DI GEREJA
- Landasan kitab suci lih. Ef 4:11-16
- Berdasarkan Surat Paulus kepada jemaat di Efesus tadi kita ketahui bahwa Allah telah memperlengkapi kita umatnya ini dengan berbagai kemampuan khusus untuk melakukan kegiatan pelayanan.
- Santo Paulus juga menegaskan bahwa keterlibatan seseorang dalam pelayanan merupakan tanda kedewasaan iman seseorang, yang dalam pelayanannya disesuaikan dengan kemampuan dan kadar pekerjaannya masing-masing.






Gereja dalam melaksanakan tugas perutusan yakni mewartakan Kerajaan Allah telah mengupayakan banyak kegiatan di dalamnya, seperti yang terungkap dalam lima tugas gereja tersebut.


Sebagai orang muda, diharapkan agar mampu untuk turut serta ambil bagian dalam tugas tersebut.


Untuk melaksanakan tugas perutusan di dunia ini tidak mudah, apalagi di zaman sekarang yang semakin modern, sehingga membentuk karakter orang untuk semakin egois dan merasa bahwa hidup hanya mengandalkan kekuatan manusia saja.


Dalam Gereja Katolik, kita mengenal ada banyak wadah untuk pelayanan yang melibatkan remaja, misalnya Putra-Putri Altar, Legio Maria Yunior, Anthiok, Remaja Katolik, Orang Muda Katolik, Kelompok Karyawan Muda Katolik, dan sebagainya.


Melalui berbagai wadah dan kegiatan tersebut, Gereja mengharapkan agar remaja berkembang dalam iman dan kepribadian sebagai murid-murid Kristus, melatih diri untuk menjadi kader-kader pemimpin Gereja dan masyarakat, dan mengasah kepedulian terhadap sesama.


Namun demikian belum banyak remaja Katolik yang terlibat dalam pelayanan Gereja. Oleh karena itu, kepada setiap remaja Katolik perlu lebih sering saling mengingatkan dan menyemangati untuk turut serta dalam tugas pelayanan di gereja.


Gereja memerlukan remaja-remaja yang mempunyai inisiatif dan kreatiftas untuk mengembangkan Gereja.


Dengan terlibat dalam kegiatan pelayanan Gereja kita turut serta dalam karya pewartaan Yesus Kristus yaitu mewartakan Kerajaan Allah. Ini merupakan panggilan bagi setiap orang yang percaya dan mengimani Kristus.

VIII GEREJA JALAN KESELAMATAN KITA

PEMAHAMAN TENTANG KONSEP KESELAMATAN

Setiap orang selalu mengharapkan adanya keselamatan dalam dirinya.
Berbagai upaya dilakukan oleh setiap orang untuk mendapatkan keselamatan.
Keselamatan banyak diungkapkan dengan berbagai simbol, baik dengan menggunakan kata-kata maupun gambar-gambar.
Keselamatan berarti terhindar dari bahaya maut, sehingga masih dapat melanjutkan hidupnya di dunia ini.
Keselamatan terjadi di waktu sekarang ini di tempat kita hidup, yaitu di dunia ini maupun kelak dalam kehidupan kekal, setelah kita meninggal dunia yaitu di surga.

Keselamatan merupakan anugerah Tuhan. Namun demikian kita perlu mengupayakan untuk mendapatkan keselamatan itu dengan cara selalu berbuat baik sebagai pertanggung jawaban kita kepada Tuhan.

Ada orang yang dengan cara yang salah mengusahakan keselamatan dalam hidupnya; tidak mengarahkan keselamatannya kepada sumber keselamatan yang sejati yaitu Allah yang Maha Esa, melainkan diarahkan pada keselamatan dunia dengan cara-cara yang bertentangan dengan kehendak dan ajaran dari Allah sendiri.

Ada sebagian orang yang mengandalkan keselamatannya melalui benda-benda yang dikeramatkan, ada yang mengandalkan kalimat-kalimat yang bertuah atau kalimat yang memiliki daya kekuatan mistis, ada yang mengandalkan kemajuan Ilmu pengetahuan sebagai sumber keselamatan. Bahkan di zaman sekarang ini, makin banyak orang yang memandang bahwa sumber keselamatan baginya adalah uang atau harta kekayaan.

AJARAN KESELAMATAN DALAM GEREJA BERDASARKAN KITAB SUCI
Mat 14:30-31; Keselamatan diartikan sebagai mendapat pertolongan sehingga terhindar dari bahaya. Ketika Petrus akan tenggelam ia berseru, “Tuhan tolonglah aku!” segeralah Yesus mengulurkan tangan-Nya.
Luk 8:35-36; Keselamatan diartikan sebagai sembuh dari penyakit dan penderitaan.
Yak 5:20; Keselamatan diartikan sebagai bebas dari kematian. “Ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.”
Mat 9:22; Keselamatan diartikan sebagai beriman. Maksudnya, jika seseorang beriman kepada Yesus ia tergolong orang yang mendapat keselamatan. Seperti yang dikatakan Yesus kepada perempuan yang sakit pendarahan itu, “Teguhkanlah hatimu, hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Kis 15:11; bdk. Ef 2:5-8; Keselamatan diartikan sebagai kasih karunia Tuhan. “Kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan...”

Sebagai seorang yang beriman, tentunya memandang dan sangat yakin bahwa sumber keselamatan itu ada pada Allah.

Allah yang menjadikan kita sampai pada keselamatan yang sejati, yaitu keselamatan abadi bersama Allah di Sorga. Dengan demikian, sumber keselamatan itu adalah datangnya dari Allah sendiri.


Untuk memperoleh keselamatan itu, kita perlu senantiasa mendekatkan diri kepada sumber keselamatan itu sendiri yaitu dalam diri Allah bersama sang Putera yaitu Yesus Kristus, sang Sabda yang Hidup.

VIII SAKRAMEN REKONSILIASI



Pemahaman tentang "dosa" dan "tobat"
Ada ungkapan yang menyatakan “Tiada gading yang tak retak”.
Ungkapan ini mengandung makna bahwa tiada seorang manusia yang sempurna. Berarti tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbuat dosa.


Dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama.


Suatu tindakan disebut dosa apabila tindakan tersebut dilakukan secara sadar, sengaja, dan dalam keadaan bebas, yang berakibat merugikan orang lain dan dirinya sendiri serta merusak hubungannya dengan Tuhan.


Akibat dari dosa adalah retaknya/rusaknya bahkan terputusnya hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungannya.


Bertobat artinya berbalik kembali kepada Allah. Kembali ke jalan menuju kepada Allah.


Gereja Katolik menyadari hal ini karena setiap orang mempunyai kelemahan dan keterbatasan, itulah sebabnya manusia kerap jatuh ke dalam dosa.




Dimensi Kerahiman Allah
Allah adalah Maha Rahim:
- Ia Maha pengampun, Ia tidak mau manusia hidup dalam kungkungan dosa.
- Dalam kebaikan-Nya, Ia selalu menanti dan mengusahakan agar manusia kembali kepadaNya, bahkan membebaskannya, tanpa memperhitungkan besarnya dosa manusia (lih. I Yoh 4: 16b).
- Allah selalu mengundang orang yang berdosa untuk kembali bersatu dengan-Nya.
- Ia mengundang orang berdosa untuk bertobat (bdk I Yoh 1: 9).




Pertobatan berdasarkan Kitab Suci
Baca Luk 15: 11-32!
Si Bungsu melakukan tindakan meninggalkan bapanya. Itulah dosa dari si Bungsu yaitu meninggalkan kebersamaannya dengan bapa, meminta warisan seolah mengharapkan orang tuanya cepat mati.
Dosa juga dapat diartikan sebagai tindakan meninggalkan kebersamaan dengan Allah dan umat-Nya, dan memilih hidup menurut kehendak diri sendiri dalam dunia yang tanpa rahmat Allah.
Berdasarkan kisah yang dialami oleh si bungsu, maka bertobat dapat diartikan sebagai tindakan/sikap yang berani untuk kembali kepada bapa, kembali pada pangkuan bapa, kembali ke jalan menuju kepada bapa.




Kuasa Pengampunan dalam GereJa Katolik
Kerahiman Allah terhadap orang yang berdosa digambarkan secara indah oleh Yesus dalam perumpamaan “Anak yang Hilang” (lih. Luk 15: 11-32) dan dinyatakan dalam kuasa-Nya sendiri untuk mengampuni dosa.
Kuasa itulah yang diwariskan Yesus kepada Gereja-Nya yaitu untuk memberikan pengampunan atas anggota Gereja yang bertobat (lih. Yoh 20: 19-23; bdk. Mat 18: 20).
Pada saat manusia dirundung dosa, maka Roh Kudus terus bekerja untuk mengembalikan manusia kepada Tuhan. Inilah yang dialami oleh si bungsu, yang pada akhirnya “menyadari
keadaannya, menyadari kedosaannya” (ayat 17).


Dalam Gereja Katolik, Peristiwa kerahiman Allah tersebut terjadi di dalam Sakramen Tobat, yang disebut juga dengan istilah Sakramen Rekonsiliasi.


Sakramen Tobat menjadi tanda dan sarana pemulihan hubungan yang retak atau rusak akibat perbuatan dosa, menjadi suatu hubungan yang damai dan harmonis antara Allah dan Manusia, manusia dan sesama, serta lingkungannya.
Seseorang yang telah menerima Sakramen Tobat , telah diampuni dosanya (lih Yoh 20: 23; bdk. Mat 18: 19).


Sakramen Tobat atau Pengakuan Dosa adalah sakramen yang memberikan berkat pengampunan dan kesembuhan dari Tuhan kepada anggota Gereja atas dosa-dosa berat dan ringan yang dibuat setelah menerima Sakramen Baptis.




Proses penerimaan sakramen rekonsiliasi
Untuk bertobat biasanya seseorang tidak sertamerta begitu saja bertobat, tetapi melalui beberapa tahapan atau proses. Tahapan itu antara lain:
1) Mengakui/ menyadari akan kesalahan/dosa
2) Menyesali segala kesalahan/dosa
3) Berjanji untuk tidak mengulangi lagi atas kesalahan/dosa yang pernah dilakukan
4) Menyatakan diri bertobat


Pertobatan dalam Gereja Katolik diwujudnyatakan pula dengan melakukan pengakuan dosa.




Langkah-langkah dalam melakukan pengakuan dosa antara lain
1. Melakukan pemeriksaan batin. Orang yang mengaku dosa diajak untuk mengingat kembali dosa yang telah diperbuat dalam suasana hening dan berdoa.
2. Mempunyai niat untuk bertobat menyesali dosa-dosa.
3. Masuk ruang pengakuan dan mengakui segala dosa-dosanya, minta pengampunan dan melakukan penitensi sebagi silih atas dosa yang diperbuat.
4. Merubah sikap dan tutur kata yang senantiasa menjadi baik.




Buah dari sakramen tobat
- memberikan kedamaian, ketenangan, dan kekuatan untuk berjuang mengalahkan kuasa dan dosa.
- mendapatkan perdamaian, yaitu kita berdamai dengan Allah dan juga dengan sesama.
- kekudusan gereja di pullihkan kembali karna pertobatan kita.

VIII SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT

Makna Sakit / Menderita Penyakit
Setiap orang pasti pernah mengalami sakit, meskipun berbeda-beda sakit yang diderita. 

Dalam menyikapi sakit yang dideritanya:
- ada yang menyikapinya secara positif, dengan menyesali tindakan sebelumnya yang menyebabkan sakit, banyak berdoa, dan berserah diri kepada Tuhan
- ada pula yang menyikapi secara negatif dengan terus-menerus mengeluh, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain, merasa ditinggalkan sanak keluarga, dan takut mati

Apa pun sikap yang dimiliki oleh orang yang sakit, pada dasarnya mereka sangat membutuhkan dukungan dan motivasi dari orang lain untuk kesembuhannya.

Gereja senantiasa memperhatikan orang yang sakit, yaitu dengan memberikan pendampingan kepadanya melalui pemberian Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

Sakramen Pengurapan Orang Sakit
- diberikan kepada orang beriman yang merasa mulai menghadapi bahaya maut karena sakitnya atau karena lanjut usia atau orang yang menghadapi operasi besar.
- dapat diterima seseorang lebih dari satu kali.


Dasar Alkitab Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Yak 5: 13-16
- doa (resmi Gereja) menjadi hal yang sangat penting karena dibawakan oleh para penatua jemaat
- selain doa resmi, dilakukan juga pengolesan dengan minyak dalam nama Tuhan
- kita percaya bahwa melalui doa Allah akan menyelamatkan orang sakit dan membangunkan dia serta mengampuni segala dosa-dosanya


Ajaran Gereja tentang Sakramen Pengurapan orang Sakit
Lumen Gentium art 11
Melalui perminyakan suci dan doa para imam, seluruh Gereja menyerahkan orang sakit kepada Tuhan, yang bersengsara dan telah dimuliakan, supaya Ia menyembuhkan dan menyelamatkan mereka; bahkan Gereja mendorong mereka untuk secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara dan wafat Kristus dan dengan demikian memberikan sumbangan kepada umat Allah

Makna yang terkandung dalam Lumen Gentium art 11:
melalui sakramen pengurapan orang sakit, seseorang dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan bangkit dengan mulia yang menjadi sumber pengharapan dan kekuatan bagi si sakit

Sakramen Pengurapan Orang Sakit hanya boleh diberikan oleh imam atau uskup dengan mengoleskan minyak orang sakit (OI: oleum infirmorum) di dahi dan tangan si sakit sambil mengucapkan “semoga karena pengurapan suci ini, Allah yang Maharahim menolong saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Tuhan membebaskan saudara dari dosa san membangunkan saudara di dalam rahmat-Nya".

Dalam menerimakan Sakramen Pengurapan Orang Sakit dapat dilakukan di gereja, di rumah, atau di rumah sakit.

Simbol pokok yang harus kelihatan dalam sakramen ini adalah 
- uskup/imam yang meletakkan tangan ke atas orang sakit sambil berdoa bagi si sakit
- pengurapan dengan minyak.

Urutan perayaan sakramen ini adalah:
- jika masih memungkinkan, sangat baik jika pemberian sakramen ini didahului dengan penerimaan Sakramen Tobat
- Uskup/ Imam meletakkan tangan ke atas orang sakit sambil berdoa bagi si sakit.
- Pengurapan dengan minyak
- Jika memungkinkan juga dapat dilanjutkan dengan penerimaan komuni.

Dalam pelaksanaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, paling tidak ada tiga unsur pelakunya:
- Imam: pemimpin upacara yang menerimakan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, yang tidak dapat diwakili oleh orang yang tidak ditahbiskan.
- Si sakit: orang yang menderita sakit berat dan sudah dibaptis. Ia akan mendapat penghiburan dan kekuatan dari doa-doa Gereja serta rahmat Tuhan.
- Jemaat: keluarga si sakit beserta umat lingkungan setempat yang menjadi pendukung si sakit untuk menerima rahmat Tuhan. 

Makna dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit
- menganugerahkan rahmat Roh Kudus yang menjadikan si penderita mempunyai kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan akibat sakitnya.
- mengajak si sakit untuk mempersatukan penderitaan yang dialaminya dengan penderitaan Yesus Kristus.
- menganugerahkan rahmat Gerejani, keikutsertaan dalam penderitaan dan sengsara Kristus menyucikan dirinya.
- menyiapkan orang agar bila akhirnya meninggal, ia layak menghadap Bapa.


Rahmat yang diterima dari sakramen pengurapan orang sakit:
- menganugerahkan Roh Kudus yang menjadikan si penerima mempunyai kekuatan, ketenangan dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan
- menganugerahkan rahmat Gerejani
- mengajak penderita untuk mempersatukan penderitaannya dengan penderitaan Yesus
- Menyiapkan agar bila penerimanya meninggal ia layak menghadap Bapa

VIII GEREJA TANDA SARANA KESELAMATAN MANUSIA

 TANDA DAN SARANA KESELAMATAN

Kehadiran Tuhan yang menyelamatkan menjadi suatu kebutuhan mutlak bagi manusia; namun demikian dalam karya penyelamatan-Nya, Tuhan tidak serta merta hadir secara fisik dalam menyelamatkan manusia sekarang ini. 

Kehadiran Allah dalam kehidupan kita melalui tanda-tanda; Allah tidak secara tiba-tiba hadir di hadapan kita secara fisik, melainkan melalui tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Allah itu ada dan berkarya. 

Allah menyelamatkan manusia melalui sarana-sarana yang ada di dunia ini, dengan simbol atau lambang-lambang.

Manusia atau sesama dapat pula dipakai oleh Allah untuk menjadi sarana keselamatan bagi orang lain. Jadi, Tuhan dapat berkarya melalui sesama kita.

Bagi umat Kristiani, Gereja adalah sarana yang dipergunakan oleh Tuhan dalam melaksanakan karya penyelamatan-Nya.



AJARAN GEREJA TENTANG TANDA DAN SARANA PENYELAMATAN OLEH ALLAH
Gereja hadir untuk melaksanakan tugas perutusan yang telah diterima oleh para Rasul dari Yesus. Tugas perutusan tersebut merupakan tugas untuk melanjutkan karya Yesus dalam mewartakan kerajaan Allah.

Gereja berperan untuk membawa umat semakin berkenan kepada Yesus dan tetap setia kepada Yesus.

Yesus yang telah wafat dan bangkit, tidak lagi hadir secara langsung kepada setiap orang. 

Wajah dan kehadiran Yesus nampak dalam wajah dan kehadiran Gereja di tengah masyarakat.

Gereja menjadi sarana bagi umat untuk dapat menjalin komunikasi yang semakin  dekat dan erat dengan Allah.

Dalam komunikasi atau pertemuan dengan Tuhan dipergunakan simbol-simbol atau tanda. Tanda atau simbol dalam komunikasi atau pertemuan kita dengan Tuhan itulah yang disebut dengan sakramen.


GEREJA DAN SAKRAMEN
Sakramen berasal dari bahasa Latin “sacramentum” yang berarti sarana dan tanda keselamatan Allah bagi manusia.

Gereja adalah merupakan sakramen, yaitu 
- tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. 
- tanda yang menyelamatkan umat manusia. 

Gereja memiliki tugas untuk menjadi sarana dan pembawa keselamatan bagi umat manusia.

Gereja itu dalam Kristus bagaikan sakramen yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat (lih. Lumen Gentium art. 1).

Tujuan utama Gereja ialah menjadi sakramen persatuan manusia dengan Allah secara mendalam (lih. Katekismus Gereja Katolik no. 775).

Sebagai sakramen, Gereja adalah alat Kristus, Gereja di dalam tangan Tuhan adalah alat penyelamatan semua orang, sakramen keselamatan bagi semua orang, yang oleh Kristus menyatakan cinta Allah kepada manusia sekaligus melaksanakannya.

Sakramen-sakramen merupakan pengungkapan diri Gereja sebagai Sakramen Kristus dan menjadi lambang serta sarana penyelamatan.
Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk 
- menguduskan manusia
- membangun Tubuh Kristus
- mempersembahkan ibadat kepada Allah
Dalam setiap sakramen terkandung materia (perbuatan) dan forma (kata) yang dapat dipahami oleh manusia.

Aspek-aspek dalam sakramen:
- aspek antropologis (manusiawi)
   berhubungan dengan sifat manusiawi atau kemanusiaan manusia
- aspek Kristologis (peran Kristus)
   bersumber kepada Kristus sebagai asal daru semua sakramen
- aspek eskatologis (peran Gereja)
   berhubungan dengan Gereja sebagai pelaksana sakramen berdasarkan perintah Kristus dan sebagai jemaat

Gereja menyalurkan rahmat keselamatan melalui 7 (tujuh) sakramen 
- sakramen Baptis, Penguatan dan Ekaristi (yang termasuk sebagai sakramen inisiasi); 
- Sakramen Tobat dan Pengurapan Orang Sakit (yang termasuk dalam sakramen penyembuhan); 
- Sakramen Tahbisan dan Perkawinan (yang termasuk dalam sakramen perutusan).

Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan bagi semua orang karena melalui sakramen Gereja menyalurkan rahmat keselamatan dari Allah yang tampak nyata dalam kata-kata dan tanda-tanda dalam setiap sakramen.

XI SMAK GEREJA DAN DUNIA : MASALAH DIHADAPI DUNIA

 Kompetensi Dasar

1.5.   Bersyukur atas hubungan Gereja dengan dunia sehingga dapat terlibat 
         dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia.
2.5.  Bekerja sama mengembangkan keterlibatan Gereja dalam kegembiraan dan 
         keprihatinan dunia.
3.5.  Memahami hubungan Gereja dengan dunia agar dapat terlibat 
         dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia.
4.5.  Melakukan aktivitas tentang hubungan Gereja dengan dunia 
         agar dapat terlibat dalam kegembiraan dan keprihatinan dunia.


Sekilas Label
Acapkali muncul pertanyaan seputar sikap Gereja menghadapi keadaan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan politik dalam hidup sehari-hari. Bagaimanakah Gereja menyikapi umat yang hidup melarat, tidak cukup makan dan minum, tidak bisa bayar uang obat, tidak bisa mengecapi pendidikan dasar? Apakah Gereja hanya meminta mereka untuk berdoa dan memohon kepada Tuhan supaya Dia menolong untuk menghadapi masalah-masalah yang sedang dihadapi di dunia ini? , Disamping memohon kepada Tuhan dengan tekun, Gereja juga mengambil sejumlah tindakan nyata untuk mengeluarkan mereka dari kungkungan sosial yang menyengsarakan, menyakitkan, dan menekan lahir dan batin.

Konsili Vatikan II merupakan tonggak pembaharuan hidup Gereja Katolik secara menyeluruh. Gaudium et Spes menaruh keprihatinan secara luas pada tema hubungan Gereja dan Dunia modern. Ada kesadaran kokoh dalam Gereja untuk berubah seiring dengan perubahan kehidupan manusia modern. Hal-hal yang disentuh oleh GS berkisar tentang kemajuan manusia di dunia modern. Selain menyoroti masalah jurang yang tetap lebar antara si kaya dan si miskin, hubungan Gereja dan dunia dibahas secara lebih gamblang. Sebagai contoh menyentuh nilai hubungan timbal balik antara Gereja dan dunia pada beberapa masalah mendesak, seperti; perkawinan, keluarga, kebudayaan, pendidikan kristiani; kehidupan sosial-ekonomi, perdamaian dan persatuan bangsa-bangsa, pencegahan perang serta kerja sama internasional. Konsili menegaskan bahwa kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan manusia-manusia zaman ini, terutama kaum miskin dan yang menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga (GS art.1).

Dalam topik ini, kita akan belajar untuk memahami bahwa Gereja sebagai kumpulan orang beriman yang hidup dalam dunia yang dinamis, maka Gereja pun harus bersifat dinamis pula. Dalam dinamika itu, Gereja terpanggil untuk melaksanakan dan mewujudkan amanat Yesus Kristus. Gereja (kita semua) diutus ke tengah-tengah dunia untuk membangun kehidupan manusia yang damai, adil, sejahtera serta senantiasa menjaga keutuhan alam ciptaan Tuhan.


Permasalahan-Permasalahan yang Sedang Dihadapi Dunia Saat Ini
Ada 8 persoalan sosial yang sekarang ini dihadapi oleh manusia yaitu
Hak Asasi Manusia
Hak dasar yang dimiliki oleh manusia sejak awal kehidupan dan merupakan anugerah Allah sehingga harus dibela dan diperjuangkan.
Yang menjadi fokus Gereja dalam persoalan Hak Asasi Manusia adalah memperjuangkan agar hak asasi manusia ditegakkan sesuai dengan hakikatnya. Perjuangan ini dilakukan melalui antara lain melarang tindakan aborsi dan mengembangkan kepedulian sosial, terutama bagi kaum KLMTD (kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel)


Ketidakadilan Gender
Pembedaan sikap yang dilakukan seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu, terhadap orang atau kelompok lain karena faktor jenis kelamin. Dalam persoalan ketidakadilan gender, yang menjadi fokus Gereja adalah mengembangkan kesetaraan martabat dan derajat antara laki-laki dan perempuan.
Perjuangan ini dilakukan antara lain dengan:
a. menempatkan suami istri sebagai kepala keluarga
b. memberi peran yang lebih banyak kepada perempuan dalam Gereja


Ideologi
Ideologi adalah sekumpulan gagasan atau ide yang digunakan sebagai dasar hidup bagi seseorang atau sekelompok orang tertentu.
a. Liberalisme : ideologi yang mengagungkan kebebasan individu sebesar-besarnya
b. Komunisme : ideologi yang mencita-citakan kehidupan bersama tanpa hak pribadi
c. Monarkisme : ideologi yang menempatkan pemimpin sebagai penguasa mutlak
d. Demokrasi : ideologi yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan
Yang menjadi fokus Gereja dalam persoalan ideologi adalah mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik melalui penerapan ideologi yang seimbang. Hal itu dilakukan melalui penyebarluasan pemahaman bahwa ideologi yang seimbang adalah ideologi yang dapat mengarahkan hidup pada kesejahteraan umum atau bonum commune.


Sistem Ekonomi
Pola yang dipakai seseorang atau sekelompok masyarakat tertentu untuk mengatur kehidupan ekonomi di wilayahnya.
Secara umum ada 3 sistem ekonomi, yaitu:
a.Pasar bebas: memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap orang untuk menjalankan usaha.
b.Sentralistik: mewujudkan kesejahteraan melalui kepemilikan bersama atas alat produksi dan pembatasan kepemilikan pribadi.
c. Campuran: kombinasi antara 2 sistem ekonomi pasar bebas dan sentralistik. Ada dua contoh sistem dari sistem ekonomi campuran, yaitu Welfare State dan Pancasila.
d.Welfare State: warga kaya ditarik pajak tinggi untuk membantu kesejahteraan warga miskin.
e.Pancasila: sektor ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara, sedang yang lain diberikan pada swasta.
Fokus Gereja dalam persoalan Sistem Ekonomi adalah mendorong semakin banyak orang mengembangkan sistem ekonomi yang berkeadilan. Gereja selalu mengusahakan tercapainya sistem ekonoi yang berkeadilan. Menurut Gereja Katolik, sistem ekonomi yang berkeadilan adalah sistem ekonomi yang mengembangkan prinsip “solidaritas” dan “subsidiaritas” dalam kehidupan bersama.


Keutuhan Lingkungan Hidup
Keutuhan lingkungan hidup adalah keseluruhan hidup dan relas harmonis yang terjadi serta berkembang di antara manusia dan ciptaan lainnya. Keutuhan lingkungan hidup ini terancam akibat aktivitas manusia yang cenderung mengakibatkan kerusakan dan tidak memperhatikan keseimbangan alam ciptaan. Sebagai tanggapan atas persoalan yang mengancam lingkungan hidup sudah ada 3 gerakan menjaga keutuhan lingkungan hidup, misalnya:
a. etika ekologis : sikap sadar bahwa manusia merupakan sebagian kecil dari ekosistem yang bertugas mengakui dan memelihara keseluruhan ekosistem tersebut.
b. ekologi sosial : sikap mau membatasi aktivitas manusia dan menjaga keharmonisan agar tidak terjadi dominasi kekuasaan manusia terhadap alam ciptaan
c. eko-feminisme : sikap yang mewujudkan culture of caring (budaya memelihara) dalam segala aktivitas manusia.
Berkenaan dengan persoalan lingkungan hidup, fokus yang diambil Gereja adalah mengembangkan bentuk kehidupan yang berpusat pada pemeliharaan keutuhan alam ciptaan. Tindakan ini dilakukan melalui penyebaran pandangan ekopastoral serta sosialisasi dan aksi pemeliharaan keutuhan alam ciptaan, seperti Gereja Ramah Lingkungan, Silih Ekologis, Bank Sampah Gereja, dan sebagainya.


Pemanfaatan Media
Massa Media massa adalah seperangkat alat yang dipakai oleh manusia untuk menyebarkan informasi secara luas. Media massa ibarat dua sisi mata uang. Jika dimanfaatkan secara benar, hasilnya akan baik dan jika dimanfaatlam secara salah, hasilnya pun tidak kalah merusak.
Ada 4 persoalan yang ada dalam media massa, yaitu:
a. Pengaruh televisi : bobot siaran televisi semakin tidak mendalam dan hanya menekankan yang diminati saja, tanpa mempertimbangkan kualitas isi
b. Sensor : sensor kadangkala tidak didasarkan pada hukum yang adil sehingga sensor tidak sepenuhnya dapat dikatakan memadai bagi masyarakat.
c. Pornografi : tidak ada pemahaman yang sama mengenai pornografi sehingga persoalan ini tidak dapat diputuskan secara pasti
d. Tanggung jawab konsumen : tidak semua konsumen media massa dapat bertindak secara bijaksana sehingga tidak sedikit yang terjerumus pada hal-hal yang merugikan.
Terhadap persoalan media massa, Gereja memiliki pokok perhatian, yaitu mendorong umat beriman serta umat manusia untuk mengembangkan sikap yang sehat dalam pemanfaatan media massa. Tindakan ini dilakukan melalui penyampaian pesan pemanfaatan media komunikasi sosial secara sehat, terutama pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia.


Rekayasa Genetika
Rekayasa Genetika adalah proses pemuliaan makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan melalui teknologi canggih agar memiliki kualitas yang lebih baik. Beberapa contoh hasil rekayasa genetika: cairan insulin buatan (1978), tembakau, jagung dan kedelai transgenik (1983). Meskipun sudah banyak dilakukan, rekayasa genetika masih menimbulkan keraguan berkenaan dengan kemungkinan akibat yang ditimbulkan dari pemanfaatan hasil rekayasa genetika terhadap kesehatan manusia.
Berkenaan dengan persoalan Rekayasa Genetika, fokus yang diambil oleh Gereja adalah memberikan pemahaman agar seluruh umat manusia dapat memanfaatkan produk-produk hasil rekayasa genetika secara aman sehingga kesehatan manusia Gereja Katolik melihat sudah ada usaha untuk memberikan jaminan keamanan terhadap pemanfaatan produk rekayasa genetika seperti yang dinyatakan dalam Protokol Kartanega. Protokol Kartagena telah memberikan pemecahan terhadap persoalan ini melalui prinsip kehati-hatian (precautionary principles). Prinsip inilah yang diadopsi Gereja dalam bersikap menyadarkan masyarakat dalam memanfaatkan produk hasil rekayasa genetika.


Perdamaian
Perdamaian adalah situasi yang memungkinkan manusia dan masyakart hidup dengan tenang tanpa kekhawatiran sehingga dapat mengejar tujuan hidupnya secara paripurna. Ajaran mengenai perdamaian tersebar secara luas dalam Kitab Suci (lih. Bil 6:26; Yes 11:6-9; 48:18-19; 54:13; dan sebagainya).
Berkaitan dengan persoalan perdamaian yang menjadi fokus Gereja adalah mengembangkan bentuk kehidupan yang mengusahakan terciptanya perdamaian demi kesejahteraan manusia. Sikap ini sudah dinyatakan dalam beberapa tindakan Gereja berikut, antara lain:
- Menetapkan Hari Perdamaian Dunia
- Menolak perang dan usaha penyelesaian persoalan dengan menggunakan kekerasan
- Membudayakan kasih dan pengampunan sebagai solusi persoalan sosial


Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang Keadilan, Perdamaian, dan Lingkungan Alam.
Ajaran Kitab Suci tentang Perdamaian dan Keadilan
Mat 5: 13-16
Yesus yang mulai membangun Kerajaan Allah di bumi ini telah mengamanatkan kepada kita para pengikut-Nya agar menjadi garam dan terang dunia (lih. Mat 5:13-16) serta ragi bagi masyarakat.
Yesus Kristus Sang Juru Selamat, Sang Raja Damai, akan membangun kerajaanNya di bumi ini, tempat manusia akan mengalami kesejahteraan lahir dan batin.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk berperan serta secara aktif dalam membangun Kerajaan Allah di dunia, supaya dunia lebih manusiawi dan layak untuk dihuni.


Ajaran Gereja tentang Perdamaian dan Keadilan, serta Kesejahteraan
Gaudium et Spes.art.26
Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan menderita, merupakan keprihatinan Gereja.
Gereja mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya. Gereja yang hidup dalam dunia yang dinamis, maka Gereja pun harus hidup dinamis. Dalam dinamika itu, Gereja terpanggil untuk melaksanakan dan mewujudkan amanat Yesus Kristus. Gereja diutus ke tengah-tengah dunia untuk membawa damai sejahtera.